Kajian Online WA/TG Hamba اَللّه SWT Ummi 15, 16, 27 dan 28
Admin:Nury dan Farabella
Selasa,18 November 2014
Narasumber: Ust Ivan
Materi: Kajian Islam
Editor: Indah Permata Sari
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, semnagat di hari yang baru ini, walaupun ini masih dini hari, sy ingin segera menuntaskan amanah sy sharing materi yg sy harus berikan kmrn sore. Sy baru menuntaskan amanah pekerjaan pkl 23.00 malam tadi, jadi baru skr saya sempat sharing materi. Bagi yang tidak berkenan menerima pesan ini dini hari, sy mhn maaf sebelumnya. Saya akan lapor juga ke coordinator admin.
Baik, langsung sj, perkenalkan sedikit, nama sy ivan ahda. Expertise sy di area psikologi/manajemen dan organisasi, hal ini selain latar belakang juga area di pekerjaan sy seputar dunia tsb. Dlm kapasitas sy sbg pembelajar, sy ingin sharing dengan tema besar terkait pendidikan anak. Tidak teknis parenting, krn sdh ada asatidz yang kafaahnya jauh lbh mumpuni,. Sy hanya akan membahas aspek besarnya sj.
Tema materi kali ini adalah pentingnya memberikan perhatian pada metakognisi seorang anak dan & apa saja life skills esensial yang dibutuhkan oleh anak kita.
1) kita semua ingin yang terbaik untuk anak kita dalam hidup ini, namun bagaimana memastikan bahwa anak kita tidak hanya ‘survive’ melainkan mampu ‘thrive’, menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya?
2) dalam konteks kehidupan secara umum, tentu sj anak-anak kita diberikan pengetahuan untuk memperkaya kognisi mereka. Saat ini, saya melihat fenomena keluarga terdidik dari kelas menengah berlomba-lomba untuk memastikan anak2 mereka berada pada sekolah ‘kelas satu;
3) saya juga mengalaminya, teman2 saya juga. Kita seakan ingin meyakinkan kepada diri kita bahwa kelak pendidikan yang baik (baca: tinggi) yang diberikan, akan mampu mensejahterakan dan mensukseskan anak kita
4) ada penelitian yang menarik dari James Heckman, kalau kita hanya fokus memberikan asupan pada aspek kognisi anak maka sesungguhnya kita tidak benar2 menyiapkan anak kita ‘bertarung’ didunia. Sekolah-sekolah yang sering kita lihat saat ini (terlalu kognitif dan membebani) tak akan mampu memutus mata rantai kemiskinan, atau setidaknya tidak jadi jaminan kesuksesan seorang anak. Sekolah kognitif terlampau mekanistik: anak dipandang dari nilai akademik saja, tanpa memperdulikan nilai yang diperoleh dari mencontek atau bukan, dsb
5) lantas, apa yang salah? Kembali ke istilah metakognisi diatas. Perlu kita ketahui, terdapat aspek-aspek nonkognitif yang tak diberikan di sekolah justru menjadi penentu keberhasilan seseorang. Aspek metakognisi secara sederhana dikatakan sebagai kemampuan ‘diatas kognisi’, yaitu kemampuan seseorang untuk bisa belajar dari apa yang dipelajarinya. Aspek ini yang kemudian sy mau pertajam dengan mengangkat beberapa kemampuan metakognisi yang seringkali luput oleh para orangtua
6) Ellen Galinsky, seorang ahli psikologi perkembangan telah meneliti selama 8 tahun untuk menemukan kemampuan apa sj yang dibutuhkan seorang anak untuk bisa menjalani hidup ini dengan sukses. Kemampuan ini diharapkan disadari oleh para orang tua. Peran kita terutama untuk menstimulus, melatih dalam berbagai situasi. Kemampuan ini dibutuhkan karena mengasah tidak hanya kemampuan intelektual, melainkan juga social dan emosional seorang anak. kemampuan ini bisa kita hadirkan dengan interaksi harian dengan anak kita secara alami. Tidak pernah ada kata terlambat, bahwa ketika kita merasa anak kita sudah dewasa, sebisa mungkin selagi masih ada kesempatan untuk memastikan amanah ALLAH ini sudah kita latih dengan kemampuan ini.
8) Sedikit cerita, sy punya teman dulu di sman 8 jakarta, orang terpintar di angkatan saya, salah satu siswa dengan IQ tertinggi, kelas akselerasi 2tahun dan langsung kuliah S1 keluar negeri. Banyak orang berpikir dan sangat yakin bahwa ybs akan sukses: karir lancer dan kehidupan bahagia. Nyatanya? perjalanan hidupnya memberikan insight untuk kita, berikut fragmen kehidpannya: studi S3 di luar negeri gagal karena ybs memiliki emosi yang tidak stabil, kemudian kembali ke Indonesia, lanjut studi S2 dan bahkan belum selesai disaat teman2 satu angkatannya sudah jauh melesat. Bahkan, hingga keputusan krusial dlm hidupnya: mencari jodoh untuk dirinya ybs kesulitan. Apa yang terjadi?
9) Orang ini semasa hidupnya, hampir selalu mjd bintang kelas. Orang tuanya selalu ikut kemanaopun dia pergi. Ketika ybs memperoleh nilai sedikit dibawah sempurna, ybs menyakiti fisiknya krn dianggap gagal dan tidak membahagiakan orang tua. Satu hal yang kemudian sy ketahui dibelakang: semua keputusan penting dalam setiap fase hidupnya selalu ditentukan orang tua, termasuk pilihan jodoh. Akhirnya teman sy yang punya kapasitas ‘rajawali’ akhirnya hanya menjadi ‘burung merpati’ yang tidak bisa keluar sangkar, hingga usia saat ini sekitar 30tahun.
Jadi, apa sj yang penting untuk kita bekali anak kita? Berikut beberapa diantaranya: focus & self control, perspective taking, communicating, making connections, critical thinking, taking on challenge, self directed-engage learning. Sy akan bahas bbrp sj.
11) Focus and self-control. Dunia saat ini begitu riuh dengan informasi, bising dengan keramaian yang menggoda anak-anak kita. Anak kita perlu dilatih untuk bisa fokus dan memiliki control diri di era yang penuh dengan distraksi (gangguan) dan overload informasi. Hal sederhana bisa dilakukan dengan melatih mereka agar memberi perhatian pd instruksi yg diberikan, latihan mengingat aturan bersama yang diciptakan (missal jam belajar, reward prestasi anak kita, dll). Menyepakati apa saja control yang harus dilakukan dengan kesepakatan tertulis.
12) Perspective taking. Dimulai dari empati, sering-seringlah mengajak dialog anak kita ketika terjadi perdebatan dengan saudara yang lain atau dengan kakaknya. Latihan melihat perspektif orang lain melibatkan aktivitas agar anak kita mampu menemukan apa yang dipikirkan orang lain dan juga merasakan perasaan orang lain. Ketimbang langsung menyelesaikannya, sedikit perdebatan dan konflik akan bagus karena kita tidak memotong proses pembelajaran anak kita. Dengan demikian, jika kita berikan ruang untuk anak kita melihat perbedaan yang ada, hal ini akan berpoengaruh besar di masa depan dan anak akan cenderung bisa mengambil posisi ketika konflik terjadi
13) Communicating. Lebih dari sekedar kemampuan berbicara, membaca dan menulis. Banyaknya anak tantrum (marah besar dan tak terkendali) atau kemudian tiba-tiba meledak adalah karena anak kita tidak terbiasa untuk mengkomunikasikan apa yang dia inginkan atau sebaliknya keberanian bertanya terhadap suatu hal yang masih mengganjal. Belakangan, kit amenyadari bahwa dominannya interaksi gadget pd anak kita ataupun pola komunikasi instan yang diterapkan oleh orang tua semakin memperburuk kemampuan komunikasi anak kita.
14) Making connections: Seringlah bertanya kepada anak kita apakah ia melihat keterkaitan dalam melihat satu kejadian/fenomena, menyimak apa yang sama dan apa yang berbeda. Kreativitas anak dalam menilai sesuatu sering tidak disambut dengan baik hanya karena orang tua ingin menjelaskan perspektif dirinya tanpa menggali kenapa anak kita bisa memiliki pandangan yang berbeda. Kemampuan dalam membuat keterkaitan merupakan kunci dari kreativitas. Di masa depan, hanya anak-anak yang mampu membuat keterkaitan seperti ini akan bisa sukses di kemudian hari.
15) Critical thinking. Mengasah rasa ingin tahu anak perlu dilestarikan hingga dewasa. Usaha untuk mencari apa yang benar dan salah, mengumpulkan informasi, hingga memberikan kesempatan anak kita memutuskan melakukan sesuatu akan melatih anak kita untuk bisa mengambil peran strategis dan memutuskan setiap keputusan penting dlm hidup
16) Taking on challenges. Memberikan tantangan sedari kecil merupakan simulai sederhana dari hidup yang penuh dengan stress dan kesulitan. Anak yang bersedia mengambil zona tidak nyaman (dan nantinya akan memperluas zona nyaman sendiri) terbukti memiliki performa yang lebih baik di sekolah dan dikehidupan kelak
Demikian materi yang sy sampaikan, mudah2an bisa bermanfaat untuk kawan-kawan sekalin. Jika ada yang bisa didiskusikan atau kita bisa berbagi ilmu silahkan,
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment