Kajian Online Hamba الله SWT
Jum’at, 16 Januari 2015
Narasumber : Ustadzah
Ira Wahyudianti
Rekapan Grup Nanda M110 (Shofie)
Tema : Syakhsiatul Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
AL WALA WAL BARO (part 2)
Assalamu'alaykum
warahmatullahi wabarakatuh
“Alhamdulillahilahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”
“Alhamdulillahilahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wanastagh firuhu wana’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa waminsayyi ati a’ maalinaa man yahdihillahu falaa mudhilla lahu waman yudhlil falaa haadiya lahu, asyhadu anlaa ilaha illallaahu wah dahulaa syariikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu la nabiya ba’da.”
Segala puji serta
syukur milik Allah subhanahu wata'alla. Alhamdulillah kita masih diberi nikmat
iman dan islam sore ini dan juga kesehatan untuk menimba ilmu dan beraktifitas.
Shalawat serta salam
untuk Nabi besar Muhammad shallahu alaihi wassalam untuk para sahabatnya dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
kita buka dengan
membaca basmallah dan memperbanyak sholawat atas nabi
Kita lanjuntukan
materi minggu lalu yang Part Two ya sekilas pengertian al wala wal baro minggu
kemarin.
Al
Wala’ secara bahasa berarti pertolongan, dukungan, kasih sayang dan
seterusnya. Didefinisikan dengan cinta kepada Allah, Rasul, para Sahabat serta
orang-orang mukmin dan menolong mereka. Adapun Al Bara’ secara bahasa
adalah bersih, anti, bebas dan seterusnya. Didefinisikan dengan benci
kepada siapa yang menentang Allah, Rasul, para Sahabat dan orang-orang mukmin,
baik ia orang kafir, musyrik, munafik dan fasik. Al Wala’ wal
Bara’ mendorong seorang muslim untuk lebih mencintai dan ridha terhadap
muslim, ketimbang kepada siapa yang menyalahi dan menentang agama dan aturan
Allah dan RasulNya.
Kisah Al Wala wal Bara
dalam surat Al mumtahanah.
Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya surat ini turun berkaitan dengan rahasia fathu makkah
yang akan dilakukan nabi saw dibocorkan oleh seorang sahabat bernama Hatib bin
Abi Baltaah yang ingin memberitahu keluarganya di Mekah agar mereka selamat,
mengingat mereka tidak memiliki kerabat yang dapat melindunginya. Intinya kita
harus punya sifat loyalitas terhadap sesama muslim dan berlepas diri dari orang
kafir atau dikenal dengan istilah alwala wal baro'. Lalu Allah lanjuntukan
ayatNya.
لَنْ تَنْفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (3)
Maksudnya adalah,
bahwa keluarga kalian (kalau sebab mereka yang masih kafir, kalian jadi tidak
wala terhadap kaum muslimin) tidak akan dapat menolong kalian jika Allah telah
tetapkn keburukan bagi kalian. Bahkan di hari kiamat kalian akan dipisah....
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ (4)
Allah taala dalam ayat
ini memberikan contoh teladan praktis terhadap sikap wala dan baro, yaitu kisah
Nabi Ibrahim as, yang dengan tegas menyatakan baro kepada kaumnya bahkan kepada
bapaknya yang kafir. Hanya saja yang tidak boleh dicontoh adalah keinginan yang
sempat tercetus dari nabi Ibrahim untuk memohonkan ampunan bagi bapaknya.
Artinya, tidak boleh kita mintakan ampunan untuk siapa saja yang masih kafir
walaupn dia bapak kita. Wal iyaazu billah....
رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (5)
Doa agar kita tak
menjadi fitnah oleh orang-orang kafir. Fitnah disini maksunya adalah disiksa
karena di antara makna fitnah adalah siksaan sebagaimana dlm surat Al buruj
ayat 10...
(إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ)
Maksudnya adalah kita
berdoa semoga tidak ditawan orang-orang kafir dan kemudian di siksa.
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً وَاللَّهُ قَدِيرٌ وَاللَّهُ غَفورٌ رَحِيمٌ (7)
Boleh jadi Allah akan
menjadikan rasa cinta antara kalian dan orang-orang yang memusuhi kalian. Ayat
ini layak menjadi perenungan bahwa sikap wala dan baro, bukan dilandasi oleh
perasaan benci terhadap person atau individu, tapi terhadap nilai-nilai dan
ajaran-ajaran kesesatan yang dibawa individu. Sebab, terkait dengan individu
boleh jadi orangnya berubah dan berbalik kepada keimanan dan dengan demikian,
kalian akan saling mencintai. Ini adalah gabungan sikap tegas dan kasih sayang
serta harapan agar musuh-musuh Islam mendapat hidayah.
Pada zaman Rasulullah,
banyak para shahabat yang sangat mencintai Rasulullah saw dahulunya adalah
orang kafir yang membenci dan memeranginya. Bangsa Tatar yang awalnya
memberangus bumi Islam, namun anak keturunannya justru adalah pejuang Islam.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8)
Orang-orang Eropa yang
dahulu kakek-kakeknya menjadi penjajah negeri-negeri Islam, kini banyak anak
cucunya yang masuk Islam. Jadi sikap wala dan baro ini, tak berarti kita tidak
berharap mereka suatu saat dapat menerima Islam, atau tidak disimpulkan
menyebabkan semakin jauhnya mereka dari Islam sebab hati adalah milik Allah,
dia yang akan membolakbalikkan hati manusia,. Ayat ini turun setelah para
sahabat menampakkan sikap keras dan kasar terhadap orang-orang kafir bahkan
terhadap keluarganya. Maka Allah nyatakan, kalau orang kafir tersebut tidak
memerangi kalian dan tidak mengusir kalian, maka tidak dilarang kalian berbuat
baik dan bersikap adil kepadanya. Maka, wala dan baro bukan berarti kita boleh
menzalimi dan berlaku kasar terhadap orang kafir, khususnya mereka yang tidak
memerangi kaum muslimin. Kesimpulannya adalah tegas dalam prinsip dan akidah
namun luwes dalam bergaul.
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9)
Sesungguhnya yang
dilarang untuk melakukan wala dan baro dengan tegas dan keras adalah terhadap
mereka yang memerangi dan mengusir kaum muslimin dari negeri mereka maka siapa
yang tetap wala dengan orang kafir, padahal sikap orang kafir demikian, maka
dia adalah orang yang zolim
Wallahu a'lam demikian
ikhwati fillah moga bermanfaat
TANYA JAWAB
Q : Mau nany ustz..misalnya
bos atau pimpinan di kantor orng non muslim gmn? Apa kita sebagai muslim
bsa pimpin oleh non islam??Apa kita tetap bertahan atau mengundurkan
diri??
A : Seperti yang sudah
saya sampaikan mgu lalu, berjual beli maupun bekerja sama dalam hal ekonomi dengan
bon muslim hukumnya mubah. Dalam hal pekerjaan kantor, selama non muslimnya
tidak menghambat kita dalam beribadah atau pun menggunakan kekuasaannya untuk
mengajak kita ke dalam agama mereka kita tetap boleh lanjut bekerja dengan
mereka.
Q : Di awal niat
adalah jihad ato dakwah,namun ketika di tngah-tengah dia trgoda ato
lalai,ketika dinasehati,bukankah saya hanya melakukn dlam skala kecil,bukan seperti
merka yang terang-terang melakukn kejahatan,toh kita tdak akan tau wlaupn sdah
melakukan kebaikn tetap masuk surga ato tidak.. Bgaimana skap kita menghadapix
ust?
A : Untuk pertanyaan
mba heppy boleh dirincikan lagi kah masalahnya? Apa titik masalah yang ukhti
heppy hadapi karena sy simak global sekali...
Q : Bgaimana menashati
se2orang,yang dia sdah tdk percya lg dengan adax kbaikan itu sendiri ust?
A : ooo...laki-laki
atau perempuan ?apa masalah awalnya? sampai dia futur drastis seperti itu ?
Q : Laki-laki karenaa
dia melihatx grupnya futur,kdua stlah dia debat panjang dengan orang filsafat.
Debat tentang apa saya krang tau,tetpi stlah itu dia agak aneh
A : Kita doakan
saya segera kembali ke jalan yang lurus, dan bukan tugas kita jg untuk
mengingatkan, itu tugas sesama ikhwan, sudah bukan area kita lagi.
Q : Ustadzah mau nanya.. Klo kita mendo'akan non
Muslim yang sakit boleh ga ya ust? Trus klo da orang non Muslim yang
meninggal boleh ga kita baca kalimat toyyibah? Bgmn hukum ny klo kita melakukn
ke 2 hal d atas.. Sblmnya syukron ats jawaban ny ustadzah..
A : Cukup kita mendoakan supaya mereka diberi hidayah saja dan tidak boleh mendoakan selain itu. Itu sebabnya, orang muslim tidak diperkenankan mengucapkan salam (dalam arti keselamatan) buat mereka. Termasuk juga, jika ada non-muslim mengucapkan salam, kita tidak perlu menjawabnya. Atau jawab saja, wa ‘alaikum, yang tidak mengandung doa keselamatan. Mendoakan selain hidayah saja tidak boleh, apalagi membacakan kalimat thoyyibah saat non muslim meninggal
A : Cukup kita mendoakan supaya mereka diberi hidayah saja dan tidak boleh mendoakan selain itu. Itu sebabnya, orang muslim tidak diperkenankan mengucapkan salam (dalam arti keselamatan) buat mereka. Termasuk juga, jika ada non-muslim mengucapkan salam, kita tidak perlu menjawabnya. Atau jawab saja, wa ‘alaikum, yang tidak mengandung doa keselamatan. Mendoakan selain hidayah saja tidak boleh, apalagi membacakan kalimat thoyyibah saat non muslim meninggal
Q : Ustadzah, bgmana
bila kita mendo'akan orang yang kita liat dijalan, trnyata orang itu nonis.
A : Kalau kita tidak
mengetahui orang tersebut nonis tidak ap, Allah memaafkan hal-hal yang belum kita
ketahui.
Q : Ustadzah mau
tanya jika kita mendatangi negri negri orang
kafir dengan niat untuk bekerja apa itu salah??? dan jika kita di
negri kafir tersebut ternyata berhadapan dengan lelaki kafir misalnya
pekerjaan kita perawat dan merawat lelaki kafir yang lumpuh dan tidak bisa
berjalan lagi . yang tentu nya tidak di sengaja. apa merawatnya
itu salah??? Sedangkan hukum islam wanita dan lelaki tidak boleh
bersentuhan. Gimana ustadzah??? Syukron
A : Bermuamalah dalam
pekerjaan dengan nonis boleh, untuk hubungan dengan lawan jenis non muslim
harus mengikuti hukum islam, yaitu menjaga hijab(sebisa menghindari
persentuhan). namun dalam dunia kesehatan ada rukhsah rukhsah tertentu jika
berkaitan dengan nyawa manusiakembali lg ke kita, harua dirasa sangat tidak
nyaman terus-menerus terjadi persentuhan yang berlebihan, ada baiknya mencari
pekerjaan yang lebih kondusif.
Q : Saya ada teman waktu
kuliah dulu, mamanya jadi mu'alaf waktu nikah sama ayahnya. Trus adik mamanya
(cowo dan msh nonis) tinggal sama mereka. Apa si-om ini jadinya bkn mahrom si
teman?
A : iya betul sekali,
karena perbedaan aqidah jadinya bukan mahrom dan di depan om yang nonis itu
harus tetap pakai jilbab
Q : Ustdzah...Truz klo
didunia ksehatan kan kdang mmberikn playanan pada pasien laki-laki n terkdang juga
mau gak mau terpaksa melihat auratny juga...itu gimana hukumnya ustdzah?
A : Dalam dunia medis,
d bolehkan karena kaitannya dengan proses penyembuhan terlebih pada kondisi
darurat yang menyangkut nyawa manusia
Q : Trus jdnya kalo
makan-minum bisa dibilang dr tempat yang sama kan Ustadzah, itu gmana?
A : Makan minum dari
tempat yang sama tidak apa, selama kita makannya d rumah kita sendiri yang
jelas tidak ad bekas masakan yang haram, kalau makan minumnya di rumah om non
muslim tersebut ya, sebisa mungkin kita hindari
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan
kita tutup kajiannya ya..
kita tutup kajiannya ya..
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment