بسم اللّٰه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّٰه وبركاته
الحمد لله الذى ألف بين قلوبنا فأصبحنا بنعمته إخوانا
أشهد أن لا إله إلا اللّٰه وأشهد أن محمدا رسول اللّٰه ، أما بعد
أشهد أن لا إله إلا اللّٰه وأشهد أن محمدا رسول اللّٰه ، أما بعد
Assalamu'alaikum wr. wb
Semoga Allah memberi keberkahan pada kita semua. Sholawat dan salam kepada junjungan kita Rasulullah SAW.
Semoga Allah memberi keberkahan pada kita semua. Sholawat dan salam kepada junjungan kita Rasulullah SAW.
Kekasih Allah, dalam bahasa Arab, disebut waliyullah. Bentuk jamaknya adalah auliya Allah. Bila seseorang sudah menjadi kekasih-Nya, dia akan memperoleh beberapa keistimewaan.
Pertama, Allah akan memberi rezeki untuknya dari tempat yang tidak terduga. Kedua, doa mereka akan makbul. Oleh sebab itu, jika kita bertemu seseorang dan yakin bahwa orang itu wali Allah, mintalah doa kepadanya. Ketiga, kehadirannya mendatangkan berkah bagi tempat di sekitarnya. Dalam Madarij as-Salikin, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah menyebut beberapa ciri-ciri wali Allah.
Pertama,
wali Allah adalah orang yang sangat dekat dengan kaum fakir miskin.
Orang seperti itu jika berbuat dosa maka akan diampuni oleh Allah SWT.
Ini seperti terjadi pada seorang Yahudi ketika akan dihukum mati karena golongannya berkhianat kepada Rasulullah. Saat penghukuman mati,
Jibril datang menemui Rasulullah SAW seraya meminta seorang tawanan Yahudi
tersebut dibebaskan karena ia senang menjamu tamu dan suka menolong
fakir miskin.
Setelah itu, Rasulullah SAW menghampiri tawanan tersebut dan berkata, "Baru saja Jibril datang kepadaku dan aku akan bebaskan kamu." Tawanan itu bertanya, "Mengapa?" "Karena engkau suka menjamu tamu dan membantu fakir miskin." Ketika itu juga, si Yahudi masuk Islam. Orang Yahudi itu dimaafkan karena sifat kedermawanannya. Jika kita ingin menjadi kekasih Allah tetapi kita sulit berzikir dan shalat malam, cara yang paling baik ialah memberikan sebagian harta kita kepada kaum fakir miskin.
Kedua, wali Allah ialah anak muda yang taat beribadah kepada Allah. Dia persembahkan masa muda dan ketegapan tubuhnya untuk Allah. Dalam salah satu hadist disebutkan, "Tidak ada yang paling dicintai Allah selain pemuda yang sudah kembali kepada Allah dan tidak ada yang paling dibenci Allah selain orang tua yang terus menerus melakukan kemaksiatan." Jika ada anak yang masih kecil sudah taat kepada Allah dan rajin membaca Al-Quran, dekatilah ia.
Ia
akan menyebarkan berkah kepada kita. Dalam hadist lain di sebutkan:
"Sesungguhnya, makhluk yang paling dicintai Allah adalah anak muda yang
belia usianya, tegap tubuhnya, yang mempersembahkan kepemudaan dan
ketegapannya untuk taat kepada Allah. Itulah orang yang dibanggakan
Allah di hadapan para malaikat-Nya. Dikumpulkannya para malaikat itu,
kemudian Allah berfirman: `Inilah hamba-Ku yang sebenarnya'. "
Kita pernah membaca hadist yang bercerita mengenai tujuh orang yang mendapatkan pertolongan Allah di akhirat nanti salah satunya adalah anak muda yang dekat dengan Masjid. Mereka orang-orang yang taat, yang menjadi kekasih Allah.
Semoga kita bisa melakukan amalan-amalan yang menjadikan kita selalu dekat dengan Allah dan menjadi 'kekasih"Nya Wallahua'lam.
TANYA JAWAB
1. Ustadz,
apakah wali Allah itu terkait dengan mereka-mereka yang memiliki karomah?
Karena menurut kebanyakan masyarakat Indonesia, wali Allah itu yang bisa
berjalan diatas air, dan lain-lain.Jawab: Karomah itu maknanya adalah kemuliaan atau penghormatan dari Allah SWT. Secara istilah, karomah dimaknai hal atau kejadian yang luar biasa di luar nalar (logika) dan kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seseorang (wali Allah). Karomah dimiliki sebagian orang yang suka menjalankan kebaikan, sunnah, dan memiliki keistiqomahan yang sempurna. Allah SWT memberikan kemuliaan dengan karomah ini kepada siapa saja yang Dia dikehendaki. Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani adanya karomah bagi wali-wali Allah. Oleh karena itu, Imam At Thahawi didalam kitab akidahnya yang terkenal, Aqidah Thahawiyah, berkata:
"Kita tidak mengutamakan seorang wali pun lebih di atas para nabi a.s. dan kita katakan: satu orang nabi itu lebih utama dari seluruh para wali. Dan kita mengimani tentang karomah mereka dan kabar yang shohih dari orang-orang yang tsiqah (terpercaya) berkenaan dengan riwayat mereka."
Syarat
suatu kejadian itu dikatakan sebagai karomah, di antaranya orang-orang
yang beriman, jujur, bertakwa, dan menjalankan syariat Allah Ta’ala.
“Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada ketakutan terhadap mereka dan tidak (pula) bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira didalam kehidupan dunia dan (dalam kehidupan) akhirat .” (QS. Yunus : 61-63 )
Ayat di atas juga menegaskan "setiap muslim yang beriman dan selalu bertakwa adalah wali Allah". Diantara karomah yang ditetapkan oleh Al-Qur’an yang terjadi pada umat
terdahulu adalah kisah Ashabul Kahfi yang hidup di antara kaum musyrikin
sementara mereka beriman kepada Allah. Wallahu'alam
2. Assalamu'alaikum
ustadz, saya ingin bertanya mengenai wali Allah kerap kali identik
dengan sufi. Apakah orang-orang yang mengikuti thariqat atau yang disebut
sebagai mursyid atau murad dalam thariqat dapat dikatakan sebagai wali
Allah?
Jawab: Hakikat wali Allah tidak harus identik dengan sufi.
Memang terkadang ada anggapan sufi itu wali Allah. Tetapi sesuai dengan
surah Yunus di atas, mereka yang beriman dan bertakwa disisi Allah. Siapa
pun itu, tidak harus sufi. Dan karomah itu hanya ada pada orang-orang yang benar-benar
dekat dengan Allah. Itupun biasanya karomah itu tidak ditampakkan, hanya
ada jika sangat dibutuhkan. Wallahu'alam
3. Ustadz, tentang poin ke dua, mintalah doa kepada wali Allah. Bukannya lebih baik berdoa sendiri dan minta doa pada Ibu?
Jawab: Jumhur ulama berpendapat memang do'a itu lebih baik sendiri. Karena jika minta agar didoakan orang lain, seolah-olah, merendahkan dirinya sendiri. Tapi dalam kenyataan, misal ada saudara kita yang umroh, kita mohon kita diikutkan dalam doanya. Terkait dengan hal ini, Syekh Islam Ibnu Taimiyah — rohimahulloh — telah menjelaskan dengan gamblang dalam buku beliau “Qaidah Jalilah fit-Tawassul wal Wasilah”. Beliau menyatakan, “Apabila seseorang berkata kepada saudaranya, “Doakanlah saya atau kami”, kemudian dia mengharapkan agar saudaranya juga mendapatkan kebaikan dengan berbuat baik padamu atau dia ingin agar saudaranya juga mendapatkan manfaat karena telah mendoakanmu dalam keadaan dirimu tidak mengetahuinya, maka dia telah meneladani Nabi — shollallohu ‘alaihi wa sallam — dalam meminta doa dari orang lain. Namun, apabila dia hanya menginginkan semata-mata kemanfaatan pada dirinya sendiri saja, maka dia tidak meneladani nabi — shollallohu ‘alaihi wa sallam — dalam meminta doa dari orang lain”.
Dari penjelasan Syekh Ibnu Taimiyah, bisa kita pahami, bahwa meminta doa dari orang lain itu boleh, ketika seseorang meminta doa orang lain itu berniat agar saudaranya juga mendapatkan manfaat, yaitu manfaat karena diaminkan oleh Malaikat dan mendapatkan kebaikan yang semisal atau manfaat yang ditimbulkan oleh umumnya lafadz doa, seperti permintaan seseorang dari orang lain untuk mendoakan kampung mereka diberkahi oleh Allah. Wallahu'alam
Alhamdulillah kajian hari ini berjalan. Mari kita tutup dengan membaca do'a kafaratul majelis
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
اسْتَغْفِــــرُ اللّــــهَ الْعَظِــــيْم
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ آمــــــــــــــــــين يَا رَبَّالعَالَمِين
"Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memujiMu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepadaMu."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rekapan Kajian Online Hamba الله
Selasa, 26 Mei 2015
Narasumber: Ustadz Syahrowi
Tema: Menjadi Kekasih Allah
Hari: Selasa,09 Sya'ban/26 Mei 2015
Grup Nanda M116 (Asri & Sari)
Notulen : Lily
Editor: Wanda Vexia
Narasumber: Ustadz Syahrowi
Tema: Menjadi Kekasih Allah
Hari: Selasa,09 Sya'ban/26 Mei 2015
Grup Nanda M116 (Asri & Sari)
Notulen : Lily
Editor: Wanda Vexia
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT




0 komentar:
Post a Comment