MARAH

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Saturday, October 31, 2015

Assalamualaikum, betul jadwal saya ya hari ini?
Diskusi hari ini in sya allah kita akan bahas tentang marah dan metode penanganannya secara medis dan islam. Marah adalah perkara unik bagi setiap manusia. Keberadaan sisi emosi yang satu ini tak lepas jadi pembahasan dalam dien sempurna kita.

Tak kurang beberapa hukum telah ditetapkan terkaitnya. Seperti sumpah saat marah, talak saat marah, hingga penanganan marah itu sendiri. Detail dalil dipersilakan ditanyakan ke assatidz yang ada, saya tidak memiliki kapasitas memadai dalam hal itu

Secara umum, agama kita menekankan pentingnya menahan amarah. Bahkan tak kurang dinyatakan tidak ada yang lebih istimewa selain menelan kemarahan kala emosi itu muncul
Lalu bagaimana dengan medis dan psikologis? Bukankah sigmund freud dan beberapa tokoh di bidang-bidang itu pernah menyampaikan risiko dari menahan ekspresi marah?

Saya sendiri selalu berprinsip, sesuatu dalam islam yang telah ditetapkan hukumnya secara kuat, tak banyak khilaf didalamnya, pasti mengandung kebenaran kuat. Jika ilmu modern masih berbeda, tinggal tunggu waktu peneliti lain baik yang seakidah atau bukan untuk memunculkan teori yang sejalan dengan prinsip islam tersebut.

Faktanya, terkait marah, juga sama hasilnya Adalah prof jeffrey M Lohr dari University of Arkansas yang mendobrak pola pandang lama sekaligus membuat saya tersenyum akan prinsip islam. Tentang prof lohr, dipersilakan googling jika diperlukan. Diantara karyanya:

Intinya prof lohr menyampaikan, jika ekspresi kemarahan itu lebih baik, kenapa orang yang saat marah lebih ekspresif justru sulit reda bahkan cenderung kalap. Prof lohr kurang lebih menyatakan pengaturan napas lebih baik dalam meredakan marah dibanding teriakan (breathing beat venting).

Maka menuruti marah, mulai dari teriak hingga memukul benda justru membuat marah itu makin menjadi. Ibarat bola salju yang menuruni bukit, makin besar. Dari sini sudah dapat ditarik kesimpulan, pola islami terkait marah sudah sangat sesuai dengan temuan ini. Jika marah, tahanlah. Bantu dengan penenangan jiwa yang lain seperti wudlu dan sebagainya. Manfaat wudlu insya allah kita bahas lain waktu. Tenangkan diri pula dengan mengubah ritme, jika awalnya berdiri, duduklah, dan seterusnya.

Alhamdulillah, inilah keserasian ajaran islam dengan temuan modern terkait kemarahan. Semoga sebagai hambaNya dan ummat Nabi saw, kita lebih bisa mengaplikasikannya.
Silakan jika ada yang ingin didiskusikan

DISKUSI

1. Dokter, benarkah orang yang selalu memendam amarah, berdampak terhadap fisiknya? Maksudnya marahnya dalam hati alias makan hati gitu. Ga diungkapkan kepada penyebab marahnya.
Jawab
Poin yang saya sampaikan di atas adalah marah yang ditahan dengan cara tepat dan islami. Mungkin yang dimaksud adalah marah yang terpaksa ditahan, jadinya terpendam ya?. Jika itu, maka jawabannya iya. Pada hakekatnya ia marah kecil dalam jangka lama. Kadang tak perlu kita mengungkapkan ke pihak yang membuat kita marah.. Maka banyak kajian bernuansa hati tentang cara memanajemen marah. Karena setelah bisa menahan marah, selanjutnya gimana? Menahan adalah solusi awal, solusi lanjutannya perlu manajemen emosi yang baik

2. Dokter apakah orang pendiem cenderung lebih emosian ya dok?
Jawab
Emosian dalam hal apa ini? Mungkin lebih tepat introvert dan ekstrovert kalo untuk perbandingan. Saya bukan pendiam, tapi tipe kepribadian saya lebih ke introvert

3. Dok, ada kejadian orang yang marah sangat marah terus meninggal, itu kenapa ya? Melanjutkan pertanyaan mb Nur, banyak penyakit yang timbul karena menahan marah dok, maksudnya ga iklas didzolimi/dimarahi, itu bagaimana dok prosesnya koq jadi penyakit?
Jawab
Sistem dalam tubuh kita terbagi dalam beberapa hal, diantaranya adalah sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Simpatis saat darurat macam dikejar anjing, parasimpatis kala santai dan rehat. Keduanya dibutuhkan secara seimbang. Dominansi satu sisi membuat kacau, bahkan bisa berujung fatal. Saat marah, sisi simpatis akan sangat dominan, kebutuhan energi meningkat, denyut jantung dan keluaran jantung meningkat, diikuti peningkatan2 lainnya. Itu yang bisa berujung ke fatal. Misal punya potensi sumbatan di pembuluh darah atau kecenderungan darah lebih kental atau punya gangguan jantung. Begitu makin dipacu oleh sisi simpatis ini ya bisa dibayangkan apa yang terjadi kemudian. Darah yang bergerak lebih cepat bisa menyumbat sana sini, jadilah stroke atau serangan jantung. Jantung yang awalnya sudah payah, makin dipacu ya makin berat kerjanya. Logika mirip terjadi jika kita memelihara kemarahan jangka panjang karena sakit hati yang terus diingat-ingat. Kita berada pada dominansi sisi simpatis. Bisa jadi ringan, tapi terus menerus
Jadi mari kendalikan. Saat ingin marah ditahan biar simpatisnya tak berkepanjangan. Untuk jangka panjang mari miliki manajemen qalbu dan emosi yang baik. 

3. Apakah benar darah tinggi identik dengan pemarah?
Jawab
Darah tinggi sebabnya beragam, dominasi tiap individu juga beda. Saat marah memang tekanan darah kita meningkat. Tapi dalam keseharian bisa jadi penderita darah tinggi tak berkaitan dengan amarah itu. Jika menilik diskusi awal di atas, sejatinya tak ada tempat untuk mengekspresikan fase akut kemarahan. Jadi upayakan seminimal mungkin kalo hemat saya. Saya pikir banyak hadits yang menunjukkan rasul saw memerah wajahnya karena menahan marah

Doa penutup majelis :

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ٭

Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamualaikum wr.wb

--------------------------------------------------
Hari / Tanggal : Sabtu, 31 Oktober 2015
Narasumber : dr. Egha Ramadhani
Tema : Kesehatan
Notulen : Ana Trienta

Kajian Online Telegram Hamba اَﻟﻠﱣﻪ Ta'ala

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!