Home » , , » MEMANTASKAN DIRI SEBAGAI ORANG TUA

MEMANTASKAN DIRI SEBAGAI ORANG TUA

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, March 23, 2016

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Alhamdulillahilladzii anzalassakiinata fii quluubil mu'miniin. Asyhadu anlaa ilaaha illallah. Wa asyhadu anna muhammadan rasuulullah. Kita bersyukur atas anugerah Allah berupa kehidupan, kesehatan, kesempatan, keislaman dan keimanan serta ukhuwah di jalan Allah
Shalawat salam semoga tersanjung kepada Rasulullah.

Mari kita mulai setiap langkah dgn Bismillah Jangan lupa janganlah lupa baca selalu bismillah.. Saudaraku, ayah bunda fillah.
Kajian kali ini kami sajikan Parenting :

MEMANTASKAN DIRI SEBAGAI ORANG TUA

Kajian ini sangat penting :

1. Banyak yang belum paham tabiat din dengan baik mulai dasar-dasar Islam, masalah thaharah, adab dan sebagainya
2. Adanya hubbud dunya cinta dunia dan karahiyatul maut takut mati menghinggapi orang tua dan menular ke putra putri
3. Ketidaktahuan terhadap tujuan semestinya bagaimana menjadi muslim yg berakhlak mulia


Saudaraku fillah, mari kita bekali diri sebagai orang tua. Al harits al muhasibi menasihati :
1. Tidak ada jalan yang lebih singkat daripada kejujuran.
2. Tidak ada petunjuk yang lebih tepat daripada ilmu.
3. Tidak ada bekal yang lebih mencukupi daripada taqwa

Sudahkah 3 hal ini kita miliki: kejujuran, ilmu dan taqwa. Karena itu bekal untuk memantaskan diri. Mari kita berkomitmen dengan memulai kebaikan dari diri. Kamaa tadiinu tudaanu. Sebagaimana engkau memperlakukan begitu pula engkau akan diperlakukan. Astaghfirullah. Kini mari kita mulai memahami dengan bercermin pada perilaku anak kita. Jangan sampai kita kehilangan buah hati kita gara kita tidak mengenali mereka dengan pengenalan yang benar.

Saudaraku fillah, paling tidak ada 6 perkara mendasar dalam pendidikan dalam islam. Sehingga kita selalu berupaya memantaskan diri di dalamnya.

1. Pendidikan adalah taufik dari Allah. Bahwa doa rabbighfirli waliwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayaani shaghiira memiliki hikmah ta'abudiyah yakni doa sebagai wujud ibadah kepada Allah karena orang tua telah mendidik, mentarbiyah sebab kalimat rabbayaani bermakna mendidik, merawat, menjaga, memelihara. Dus, sudahkah kita pantas mendapat doa itu dari anak anak kita bila kita belum mendidiknya dengan benar? Para ulama mengatakan, ash shalahu minallahi wal aadab minal aabaa. Kesalehan anak datang dari Allah (hidayah) sedang adab datangnya dari didikan orangtua. Kita tidak bisa menjadi pendidik yang baik jika kita tidak memulai mendidikkan kebaikan dari diri kita. Kita tidak bisa menshalihkan anak kita, tapi kita yang berupa membangun kesalihan diri agar Allah menjaga anak  anak kita dengan ibadah dan kesalihan yang kita lakukan. Meski jauh secara jarak, shalih tidaknya kita akan berpengaruh pada anak kita.

2. Waktu adalah bagian dari Solusi (ilaj) dan takwin (pembentukan). Alwaqtu juz 'un minal 'ilaj wat takwin. Pendidikan perlu proses dan sangat meniscayakan kesabaran. Tidak semua yang kita didikkan hari ini langsung dipahami atau diamalkan. Bisa jadi kita sudah mati anak kita baru sadar dapat hidayah. Karena itu kita maksimalkan saat hidup untuk mendidikkan kebaikan. "Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan belajar. Pengalaman didapat dari mengalami. Ketrampilan diperoleh dari berlatih." Ada anak yang sadar sedari dini untuk menjadi shalih. Ada yang nggak sadar-sadar. Maka orang tua harus lebih sabar dan sadar. Bercerminlah pada anak kita. Renungkan kapan kita mendapat hidayah Allah.

3. Hubungan yang takamul (saling menyempurnakan) antara ayah ibu. Ayah ibu harmoni dan saling melengkapi dan menguatkan. Ini dibangun dari kesamaan visi keluarga. Keharmonisan menyumbangkan 80% dalam kesuksesan. Orang yang gagal membangun keharmonisan keluarga dia akan gagal dalam kehidupan. Bila Ayah fokus peran bentuk karakter anak maka ibu sumber kelembutan bagi buah hati.

4. Memahami pentingnya suasana psikologis yang kuat di rumah sehingga anak anak memiliki kepercayaan yang kuat dan tinggi kepada orang tuanya dan keluarganya. Orang tua menjadi referensi. Orang tua jadi tempat terbaik dan terindah bagi anak-anak karena orang tua harmonis anak optimis. Orang tua sayang anak tenang dan senang. Orang tua perhatian anak brilian. Orang tua fokus anak terurus dan prestasi agamanya bagus. Sudahkah?

5. Membangun rasa percaya (TSIQOH) yang tinggi atas dasar penghormatan dan cinta.

6. Memahami wasail (sarana) dan asalib (cara) tarbiyah yang tepat untuk putra putri yang tepat. Setiap anak istimewa dan perlu perhatian yang khas. Sehingga setiap anak merasa berharga. Di balik kekurangannya tersimpan kelebihan yang luar biasa. Orang tua harus berlapang dada. Bukan menuntut tapi memberi teladan.

Akhirnya hanya kepada Allah kami mengadukan segala kerja keras kami dalam mendidik anak selama di rumah, meskipun didikan itu akan lenyap ketika anak pergi ke sekolah dan bermain di luar. (Musthafa As Siba'i)
Allahu a'lam bish shawab

Rekap Tanya Jawab
-----------------------
1. Bunda pernah baca ada anak-anak yang akhirnya 'stress' ketika orang tua masukkan ke pesantren padahal niatnya kan agar pendidikan agamanya bagus, bagaimana ustadz?
Jawab: 
Bunda Rusni. Orang tua sebaiknya mengambil keputusan bersama anak bukan sepihak. Saling ridha. Sehingga anak tetap merasa berharga dan orangtua menggambarkan bagaimana Muhammad kecil di bawah asuhan Halimatus Sa'diyah di desa yang bersih dari polusi

2. Bila Ayah fokus peran bentuk karakter anak maka ibu sumber kelembutan bagi buah hati. Untuk yang single parent nampak nya agak sulit ustadz karena seorang ibu harus berperan ganda, mohon tips nya agar bisa sabar dan kuat dalam mendidik anak-anak kadang sebagai wanita suka terbawa perasaan.
Jawab 
Single parent bisa mencontoh Hajar saat sendiri membersamai Ismail. Yakni menceritakan KARAKTER IBRAHIM sehingga Ismail sangat mengenal sosok ayahnya meski jauh jaraknya dan jarang bertemunya. Hasilnya? Ismail luar biasa. Ya abatif 'al maa tu'maru satajiduunii insyaa Allaahu minash shoobiriin. Ismail selalu sandarkan urusannya kepada Allah bukan dirinya sebagaimana sang Ibu, wahai Ibrahim jika ini perintah Allah, tentu Allah tidak akan menyia nyiakan kami. Kuncinya: the Great Power of Mother adalah doa. Bersama Ayah Meraih Jannah yaitu komunikasi yang baik untuk bentuk karakter anak

3⃣ Pak..doa rabbigfirli tu hanya untuk orang tua kandung atau bisa ke angkat atau guru/ustadz ya?
Jawab: 
Orang yang mendidik. Orang tua asuh, guru, murabbi murabbiyah. Namun orang tua lebih khusus karena yang mendidik saat kecill. Namun ibu asuh Nabi halimatus sa'diyah mendapat doa Nabi karena akhirnya masuk Islam. Allahu Akbar. Doa nabi untuk ibunya tertolak karena tidak ada hubungan keimanan. 
Asyiknya baca sirah Nabi
Dapat dari Ustadzuna DR Attabik Luthfi :

وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Dan katakanlah "Wahai Rabb, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mentarbiyah aku waktu kecil". (Al-Isra': 24)

Jasa besar orang tua yang diperintahkan oleh Allah swt untuk dikenang dalam do'a adalah jasa tarbiyah kamaa rabbayaanii shaghiiraa. 
a. Rabbayani berasal dari akar kata rabba-yarubbu yang bermakna luas: memelihara, menjaga, mengembangkan, meningkatkan, membaikkan, mendidik, meluruskan, mengisi, membaguskan, menguatkan, menghindarkan, menjauhkan dan makna lainnya yang terkait.

b. Rabbayaanii adalah bentuk mutsanna; urusan tarbiyah adalah tugas kedua orang tua ayah dan ibu bersama, bukan hanya tugas ibu atau ayah seorang.

c. Shaghiira: mengisyaratkan waktu tarbiyah bermula sejak kecil, sejak dini sehingga melekat dan membekas kuat.
Semoga kita termasuk yang nantinya 'layak' dido'akan oleh anak-anak kita karena rabbayaanii kita. Amiin

Tanggal: Rabu, 23 Maret 2016
Narasumber: Ustadz Solikhin Abu Izzuuddin (Muwajjih HA)
Tema: Memantaskan Diri Sebagai Orang Tua
Admin: Yudith
Notulen: Rohimah

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!