Kajian Online WA Hamba الله SWT
Kamis, 17 Maret 2016
Narasumber : Ustadzah
Riyanti
Rekapan Grup Bunda M6 (Rini)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
TINGKATAN
DAN KELAZIMAN CINTA
Tidak
dipungkiri, cinta akan membawa dampak terjadinya penghambaan dari yang
mencintai kepada yang dicintainya. Secara fitri manusia sebagai makhluk
mencintai al-Khaliq, Allah. Namun tidak dipungkiri pula bahwa ada sekadar
hubungan cinta manusia kepada selain Allah. Melihat dampaknya yang demikian
besar maka manusia [apabila ia adalah muslim] harus menata cintanya dengan
baik. Jangan sampai cinta kepada sesuatu menyebabkan terjadinya keburukan pada
dirinya maupun pihak lain.
Setiap
yang dikenalnya akan mendapatkan sentuhan cinta darinya. Allah sebagai Tuhannya,
Rasulullah saw. sebagai Nabinya, Islam sebagai agamanya, mukmin sebagai saudara
seiman, muslim yang merupakan saudara seagama, manusia yang merupakan
saudaranya sesama manusia, dan alam sekitar dimana dia hidup, semua mendapat
bagian tertentu dari cintanya itu. Sudah barang tentu, cintanya kepada semua
itu tidak akan sama besar. Cinta tertinggi diberikan kepada Allah. Cintanya
kepada yang lain adalah dalam rangka cinta kepada Allah.
Melihat
dampak yang akan terjadi dalam cinta itu, berikut ini dibicarakan
tingkatan-tingkatannya:
1. Hubungan terendah
dalam cinta adalah hubungan biasa-biasa saja. cinta dengan tingkat ini
diberikan kepada materi maupun fasilitas hidup di dunia, baik itu hewan,
tumbuhan maupun benda-benda lainnya. Semua materi yang ada di langit dan di
bumi Allah ditundukkan untuk manusia sebagai fasilita hidup dalam rangka ibadah
kepada-Nya.
2. Cintanya kepada
sesama manusia ada pada tingkat ‘athf [simpati]. Dengan cinta ini dia dakwahi
sesama manusia agar mereka selamat di dunia dan di akhirat, terhindar dari
hal-hal yang tidak baik.
3. Shabaabah [empati]
diberikan kepada manusia yang muslim lagi mukmin. Disini dia merasakan adanya
hubungan persaudaraan dengannya.
4. Asy-syauq
[kerinduan] diberikan kepada manusia yang muslim lagi mukmin. Kepada merekalah
kedekatan cinta dan kasih sayang diberikan.
5. Cinta kepada Rasul
tidak sampai ke tingkat penghambaan. Cinta kepada Rasul saw. dan Islam yang
diajarkannya ada pada tingkat ‘isyq [kemesraan] yang diwujudkan dengan
menteladaninya.
“Katakanlah
hai Muhammad, jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya
Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.”(Ali ‘Imraan: 31)
6. Cinta tertinggi
kalau terjadi tatayyun [penghambaan] dimana seseorang akan menghamba dan
menyembah apa yang ia cintai. Cinta dengan tingkat semacam ini hanya boleh
diberikan kepada Allah.
Hubungan
dengan tingkat perasaan cinta yang tertinggi, sudah barang tentu meliputi
perasaan dan tingkat cinta di bawahnya. Sebaliknya, cinta kepada sesuatu yang
ada di bawahnya tidak boleh melebihi cinta dan perasaan dan tingkat yang
diberikan kepada yang di atasnya. Cinta kepada materi misalnya tidak boleh
sampai pada tingkat simpati yang kemudian ditindaklanjuti dengan ajakan,
apalagi tujuan. Manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding materi.
Memberikan cinta kepada materi dengan tingkat simpati yang kemudian dilanjutkan
dengan ajakan adalah perbuatan sia-sia.
Hakikat
ini Allah ungkapkan dalam kitab suci-Nya dalam mengkritik kaum musyrikin:
“Dan
tuhan-tuhan yang kalian seru [sembah] selain Allah tiada memiliki walaupun
hanya sehelai qithmiir [kulit ari yang ada pada biji-bijian]. Jika kamu menyeru
mereka, mereka tidak dapat mendengar seruanmu; dan kalaupun mereka mendengar,
mereka tidak dapat mengabulkan permintaanmu.” (Fathir: 13-14)
Kelaziman
cinta menggambarkan siapa dan apa saja yang patut dicintai dan yang patut
dibenci. Cinta kepada Allah berarti juga mencintai siapa-siapa yang dicintai
Kekasih (Allah) dan mencintai apa saja yang dicintai kekasih (Allah). Mencintai
siapa dan apa yang dicintai Allah ini akan menghasilkan walaa, (loyalitas)
kepada Allah.
Sebaliknya
apabila membenci siapa saja yang dibenci Kekasih (Allah) dan membenci apa saja
yang dibenci Kekasih (Allah) akan menghasilkan baraa, (melepaskan diri) dari
segala perbuatan kufur. Walaa, dan baraa, merupakan sikap yang jelas kepada
objek cinta.
Wallahua'lam
bish showab
TANYA
JAWAB
Q
: Masalah cinta klo kita memandang anak-anak kan harusnya ada rasa cinta,
sayang. Tapi kenapa ya klo memandang anak tetangga ko malah kesel ya....
Heheheee.. Apa yang salah ya ? Rasanya inget aja nakalnya... Dinasehatin kadang
malah ngeyel.. Masya allah ustdzah. Apa
ada yang salah sama saya ya?
A
: He..he..bunda....Mungkin kita perlu mengubah cara pandang kita bunda. Bahwa
kelak...ini anak akan hidup di masa yang sama dengan masa anak kita. Kelak...ia
akan jadi teman anak kita. Ibaratnya...kita saat turut membantu mendidik anak
tetangga kita, seperti menanam biji,
agar buahnya manis kudu kerja keras dari awal...cabut rumput...siram
air...kasih pupuk....Nanti yang memetik buahnya bisa jadi bukan kita....tapi
anak kita. Ia punya teman yang baik. Lebih baik lagi kalo kita tahu tahapan
tumbuh kembang anak. Karena memang ada masa anak anak ingin dihargai
pendapatnya....dengan cara ngeyel itu.
Q
: Dia setiap hari diomeli bun. Suka dipukul sama mamanya. Serem klo lagi marah.
Kadang kasihan. Saya biarin main di rumah saya...Tapi klo sudah muncul sifat
jeleknya kadang bikin emosi...Gimana ya baiknya sikap saya? Klo dinasehati baik-baik
iya... Tapi suka jawabin.. Masya allah
bun.
A
: Saya punya tetangga, yang anaknya suka jahil. Klo pas ke
rumah main, mainan anak saya dioprek oprek gitu. Dan ortunya ngebiarin aja.
Anak saya yang liat suka kesel gitu, karena mereka terbiasa
habis main rapikan.
Ga mudah memang jika kita bertemu model kayak gini. Pendidikan
anak itu dimulai dari rumah dan akan terbwa ke lingkungannya. Bagaimana anak di
rumah begitulah mereka pada umumnya.
Saya sih awalnya ikut nimbrung main gitu. Ketika slesai saya ajak
anak tetangga ikut serta merapikan dan saya kasi reward walopun cuma snack kecil
harga 500 an. Sambil saya ajak cerita. Alhamdulillah.. Sekarang dai sudah mulai
terbiasa membereskan mainannya..Hehe...
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment