KEHAMILAN EKTOPIK/HAMIL DILUAR KANDUNGAN

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, August 30, 2016

Senin, 15 Agustus 2016
Narasumber : Bidan Ratih
Kajian Grup Bunda M7 (Ana)
Tema : Kajian Kesehatan
Editor : Rini Ismayanti


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan sayaafaat beliau di hari akhir nananti. InsyaAllah aamiin.



KEHAMILAN EKTOPIK/HAMIL DILUAR KANDUNGAN

Kenapa bisa hamil diluar kandungan ya? Nah......hamil itu seharusnya dikandungan,tetapi ada beberapa kasus yang hamil tidak dikandungan. Lalu hamilnya dimana ya???

Pengertian

Kehamilan berawal dari sel telur yang telah dibuahi. Dalam proses normal, janin akan menempel pada dinding rahim dan berkembang selama sembilan bulan.

Namun ada sekitar dua persen sel telur yang telah dibuahi menempel pada organ selain rahim sehingga disebut kehamilan ektopik. Tuba falopi merupakan organ yang paling sering ditempeli sel telur tersebut. Sementara organ lain yang mungkin menjadi lokasi berkembangnya kehamilan ektopik meliputi rongga perut, ovarium, serta leher rahim atau serviks.

Salah satu penyebab kehamilan ektopik yang paling umum terjadi adalah kerusakan tuba falopi, misalnya karena inflamasi. Kerusakan ini akan menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk masuk ke rahim sehingga akhirnya menempel dalam tuba falopi itu sendiri atau organ lain. Di samping itu, kadar hormon yang tidak seimbang atau perkembangan abnormal semasa wanita sedang dalam kandungan juga terkadang dapat berperan sebagai pemicu.


Faktor Risiko Kehamilan Ektopik

Penyebab pasti dari tiap kehamilan ektopik terkadang sulit diketahui. Tetapi terdapat beberapa faktor risiko yang diduga dapat memicu kondisi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:

Alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi spiral atau intrauterine device (IUD) diduga sebagai faktor pemicu utama sehubungan dengan kehamilan ektopik.

Pernah mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik memiliki risiko 15-20 persen lebih tinggi untuk kembali mengalaminya.

Infeksi atau inflamasi. Wanita yang pernah mengidap inflamasi tuba falopi atau penyakit radang panggul akibat penyakit seksual menular, seperti gonore atau chlamydia (klamidia), memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.

Masalah kesuburan. Pengobatan untuk masalah kesuburan terkadang dapat memicu kehamilan ektopik.

Proses sterilisasi dan sebaliknya. Prosedur pengikatan tuba atau pembukaan ikatan tuba yang kurang sempurna juga berisiko memicu kehamilan ektopik.


Gejala Kehamilan Ektopik
Pada awalnya, kehamilan ektopik cenderung tanpa gejala atau memiliki tanda yang mirip dengan kehamilan biasa sebelum akhirnya muncul gejala lain yang mengindikasikan kehamilan ektopik. Di antaranya adalah:
a. Sakit perut hebat.
b. Nyeri pada tulang panggul.
c. Menstruasi berhenti.
d. Pendarahan ringan dari vagina.
e. Pusing atau lemas.
f. Mual dan muntah.
g. Nyeri pada bahu.
h. Rasa sakit atau tekanan pada rektum saat buang air besar.
Jika tuba falopi sobek, akan terjadi pendarahan hebat yang mungkin memicu hilangnya kesadaran.

Kehamilan ektopik termasuk kondisi medis yang membutuhkan penanganan darurat. Karena itu, sebaiknya Anda segera ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejala seperti di atas.


Diagnosis Kehamilan Ektopik
Selain menanyakan kondisi kesehatan secara umum, dokter akan mengadakan pemeriksaan fisik pada rongga panggul. Tetapi kehamilan ektopik tidak bisa dipastikan hanya melalui pemeriksaan fisik. Dokter juga membutuhkan USG atau tes darah.

Metode USG yang paling akurat untuk mendeteksi kehamilan ektopik adalah USG transvaginal. Prosedur ini akan mengonfirmasi lokasi kehamilan ektopik sekaligus detak jantung janin.

Jika lokasi kehamilan ektopik tidak dapat diketahui melalui USG dan kondisi Anda stabil, dokter akan menganjurkan tes darah untuk konfirmasi. Tes ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan hormon hCG (Human chorionic gonadotropin). Hormon ini diproduksi plasenta selama awal kehamilan.


Langkah Penanganan Kehamilan Ektopik

Sel telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh dengan normal jika tidak di dalam rahim. Karena itu, jaringan ektopik harus diangkat untuk menghindari komplikasi yang dapat berakibat fatal.

Wanita yang dicurigai mengalami kehamilan ektopik segera dibawa ke rumah sakit untuk menjalani penanganan secepatnya. Kehamilan ektopik yang terdeteksi secara dini tanpa rasa nyeri yang signifikan dan tidak ada janin yang berkembang secara normal dalam rahim umumnya ditangani dengan suntikan methotrexate. Obat ini akan menghentikan pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel-sel yang sudah terbentuk.

Dokter akan memantau kadar hCG pasien setelah menerima suntikan. Jika kadar hCG dalam darah pasien tetap tinggi, hal ini biasanya mengindikasikan bahwa pasien membutuhkan suntikan methotrexate lagi. Potensi efek samping obat ini meliputi mual, muntah, serta gangguan hati.

Kehamilan ektopik juga dapat ditangani dengan operasi. Prosedur ini biasanya dilakukan melalui operasi lubang kunci atau laparoskopi. Tuba falopi yang ditumbuhi jaringan ektopik akan diperbaiki jika memungkinkan.

Diagnosis dan hasil tes yang tepat tentunya sangat membantu. Diperkirakan lebih dari 80 persen wanita yang didiagnosis mengalami kehamilan ektopik dapat pulih dengan terapi obat dan/atau prosedur laparoskopi tanpa pengangkatan tuba falopi.


Komplikasi Kehamilan Ektopik
Diagnosis yang tidak tepat dan penanganan yang terlambat untuk kehamilan ektopik dapat memicu pendarahan hebat dan bahkan kematian akibat sobeknya tuba falopi atau rahim. Jika mengalami komplikasi ini, pasien harus menjalani operasi darurat melalui bedah terbuka. Tuba falopi kemungkinan dapat diperbaiki, tapi umumnya harus diangkat.

Penanganan dengan operasi pun memiliki risiko tersendiri, seperti pendarahan, infeksi, serta kerusakan pada organ-organ di sekitar bagian yang dioperasi.

Kehamilan ektopik tidak bisa dicegah sepenuhnya. Tetapi Anda tetap dapat menurunkan kemungkinannya dengan menghindari atau mengurangi faktor risiko tertentu. Misalnya, melakukan pemeriksaan dengan tes darah dan USG sebagai pendeteksian awal atau memantau perkembangan kehamilan, khususnya wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik.

TANYA JAWAB

Q : Usia kehamilan berapa bulankah harus USG ? Kalau ada mual, muntah, kadang dikit pusing dan lemas  dan kadang perut tersa kencang ,apakah itu termasuk gejala kehamilan Ektopik? Dan klo usia udah 40an kan udah termasuk beresiko tinggi, adakah kiat kiat kusus agar bisa lahiran normal dan lancar ?,
Mohon penjelasannya bunda terimakasih,,,
A : Kehamilan ektopik tidak memandang umur. Semua wanita usia reproduktif berisiko untuk bisa mengalami kehamilan ektopik. Usia paling baik untuk usg adalah pada trimester 1. Selain untuk menentukan apakah benar hamil, lokasi kehamilan di dalam atau di luar rahim dan usia kehamilan. Penentuan usia kehamilan dengan tingkat kesalahan paling minimal yaitu kurang lebih 5 hari adalah pengukuran usia kehamilan trimester 1. Yaitu kira-kira 10-12 minggu. Karena makin besar usia kehamilan makin besar pula tingkat kesalahan. Karena kita mengukur berdasarkan besar kecilnya anak. Mual - muntah merupakan salah satu gejala subyektif kehamilan. Bila berlebihan harus dipikirkan apakah ada kondisi penyakit lain. Selain itu bisa juga kalau kehamilan kembar, hamil anggur atau molahidatidosa. Dan sudah bisa ditentukan saat usg trimester 1.  Untuk persalinan normal ditentukan oleh kondisi ibu. Selagi kondisi ibu fit, normal tidak ada penyulit persalinan normal tetap memungkinkan.
Kehamilan ektopik kalau belum terganggu atau belum pecah malah tidak ada keluhan sama sekali. Tetapi bila sudah terganggu atau pecah baru timbul keluhan seperti yang telah dijelaskan di atas. USG minimal 3 kali, terutama trimester 1, tapi ibu-ibu sering datangnya setelah lewat trimester1. Tm 2 khususnya untuk 20-24 miggu untuk menilai apakah ada kelainan anatomis dan kelainan jantung. Trimester3 untuk lokasi plasenta bila pada pemeriksaan sebelumnya lokasi plasenta ada di bawah atau kecurigaan plasenta previa, yang paling penting juga menilai volume air ketuban. Pada trimester 1 juga kita sudah bisa menilai apakah ada kemungkinan trisomi 21 atau down syndrome. Kalau dilakukan setiap bulan lebih baik lagi karena untuk menilai keaadaan janin tergantung pada posisi janin juga.

Q : Gejala kaki bengkak itu bukan ektopik ya tapi preeklamsia.. ?
A : Kaki bengkak bisa saja suatu kondisi normal kehamilan. Cuma memang betul hati-hati jangan sampai preeklamsia. Kenaikan berat badan berlebih juga harus hati-hati demikian juga sebaliknya. Hindari supaya bayi tidak lahir dibawah 2500 gram. Atau istilah kami pertumbuhan janin terhambat. Berat bayi lahir rendah. Demi untuk masa depan bangsa.

Q : Jika ingin bisa hamil lagi gimana tipsnya....usia semakin bertambah sepertinya..sulit untuk bisa hamil lagi...dulu anak pertama masih kecil..begitu cepet hamil lagi anak kedua.
A : Berhubungan rutin bu minimal setiap 2 hari

Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis :

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!