Senin, 15 Agustus 2016
Narasumber : Bidan Ratih
Kajian Grup Bunda M7 (Ana)
Tema : Kajian Kesehatan
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu
istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai
keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita
hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an
berjalan, kekasih Allah SWT yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga
dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan sayaafaat beliau di hari akhir
nananti. InsyaAllah aamiin.
KEHAMILAN
EKTOPIK/HAMIL DILUAR KANDUNGAN
Kenapa
bisa hamil diluar kandungan ya? Nah......hamil itu seharusnya dikandungan,tetapi
ada beberapa kasus yang hamil tidak dikandungan. Lalu hamilnya dimana ya???
Pengertian
Kehamilan
berawal dari sel telur yang telah dibuahi. Dalam proses normal, janin akan
menempel pada dinding rahim dan berkembang selama sembilan bulan.
Namun
ada sekitar dua persen sel telur yang telah dibuahi menempel pada organ selain
rahim sehingga disebut kehamilan ektopik. Tuba falopi merupakan organ yang
paling sering ditempeli sel telur tersebut. Sementara organ lain yang mungkin
menjadi lokasi berkembangnya kehamilan ektopik meliputi rongga perut, ovarium,
serta leher rahim atau serviks.
Salah
satu penyebab kehamilan ektopik yang paling umum terjadi adalah kerusakan tuba
falopi, misalnya karena inflamasi. Kerusakan ini akan menghalangi sel telur
yang telah dibuahi untuk masuk ke rahim sehingga akhirnya menempel dalam tuba
falopi itu sendiri atau organ lain. Di samping itu, kadar hormon yang tidak
seimbang atau perkembangan abnormal semasa wanita sedang dalam kandungan juga
terkadang dapat berperan sebagai pemicu.
Faktor
Risiko Kehamilan Ektopik
Penyebab
pasti dari tiap kehamilan ektopik terkadang sulit diketahui. Tetapi terdapat
beberapa faktor risiko yang diduga dapat memicu kondisi ini. Faktor-faktor
tersebut meliputi:
Alat
kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi spiral atau intrauterine device (IUD)
diduga sebagai faktor pemicu utama sehubungan dengan kehamilan ektopik.
Pernah
mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik
memiliki risiko 15-20 persen lebih tinggi untuk kembali mengalaminya.
Infeksi
atau inflamasi. Wanita yang pernah mengidap inflamasi tuba falopi atau penyakit
radang panggul akibat penyakit seksual menular, seperti gonore atau chlamydia
(klamidia), memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik.
Masalah
kesuburan. Pengobatan untuk masalah kesuburan terkadang dapat memicu kehamilan
ektopik.
Proses
sterilisasi dan sebaliknya. Prosedur pengikatan tuba atau pembukaan ikatan tuba
yang kurang sempurna juga berisiko memicu kehamilan ektopik.
Gejala
Kehamilan Ektopik
Pada
awalnya, kehamilan ektopik cenderung tanpa gejala atau memiliki tanda yang
mirip dengan kehamilan biasa sebelum akhirnya muncul gejala lain yang
mengindikasikan kehamilan ektopik. Di antaranya adalah:
a.
Sakit perut hebat.
b.
Nyeri pada tulang panggul.
c.
Menstruasi berhenti.
d.
Pendarahan ringan dari vagina.
e.
Pusing atau lemas.
f.
Mual dan muntah.
g.
Nyeri pada bahu.
h.
Rasa sakit atau tekanan pada rektum saat buang air besar.
Jika
tuba falopi sobek, akan terjadi pendarahan hebat yang mungkin memicu hilangnya
kesadaran.
Kehamilan
ektopik termasuk kondisi medis yang membutuhkan penanganan darurat. Karena itu,
sebaiknya Anda segera ke rumah sakit jika mengalami gejala-gejala seperti di
atas.
Diagnosis
Kehamilan Ektopik
Selain
menanyakan kondisi kesehatan secara umum, dokter akan mengadakan pemeriksaan
fisik pada rongga panggul. Tetapi kehamilan ektopik tidak bisa dipastikan hanya
melalui pemeriksaan fisik. Dokter juga membutuhkan USG atau tes darah.
Metode
USG yang paling akurat untuk mendeteksi kehamilan ektopik adalah USG
transvaginal. Prosedur ini akan mengonfirmasi lokasi kehamilan ektopik
sekaligus detak jantung janin.
Jika
lokasi kehamilan ektopik tidak dapat diketahui melalui USG dan kondisi Anda
stabil, dokter akan menganjurkan tes darah untuk konfirmasi. Tes ini digunakan
untuk mendeteksi keberadaan hormon hCG (Human chorionic gonadotropin). Hormon
ini diproduksi plasenta selama awal kehamilan.
Langkah
Penanganan Kehamilan Ektopik
Sel
telur yang telah dibuahi tidak akan bisa tumbuh dengan normal jika tidak di
dalam rahim. Karena itu, jaringan ektopik harus diangkat untuk menghindari
komplikasi yang dapat berakibat fatal.
Wanita
yang dicurigai mengalami kehamilan ektopik segera dibawa ke rumah sakit untuk
menjalani penanganan secepatnya. Kehamilan ektopik yang terdeteksi secara dini
tanpa rasa nyeri yang signifikan dan tidak ada janin yang berkembang secara
normal dalam rahim umumnya ditangani dengan suntikan methotrexate. Obat ini
akan menghentikan pertumbuhan sekaligus menghancurkan sel-sel yang sudah
terbentuk.
Dokter
akan memantau kadar hCG pasien setelah menerima suntikan. Jika kadar hCG dalam
darah pasien tetap tinggi, hal ini biasanya mengindikasikan bahwa pasien
membutuhkan suntikan methotrexate lagi. Potensi efek samping obat ini meliputi
mual, muntah, serta gangguan hati.
Kehamilan
ektopik juga dapat ditangani dengan operasi. Prosedur ini biasanya dilakukan
melalui operasi lubang kunci atau laparoskopi. Tuba falopi yang ditumbuhi
jaringan ektopik akan diperbaiki jika memungkinkan.
Diagnosis
dan hasil tes yang tepat tentunya sangat membantu. Diperkirakan lebih dari 80
persen wanita yang didiagnosis mengalami kehamilan ektopik dapat pulih dengan
terapi obat dan/atau prosedur laparoskopi tanpa pengangkatan tuba falopi.
Komplikasi
Kehamilan Ektopik
Diagnosis
yang tidak tepat dan penanganan yang terlambat untuk kehamilan ektopik dapat
memicu pendarahan hebat dan bahkan kematian akibat sobeknya tuba falopi atau
rahim. Jika mengalami komplikasi ini, pasien harus menjalani operasi darurat
melalui bedah terbuka. Tuba falopi kemungkinan dapat diperbaiki, tapi umumnya
harus diangkat.
Penanganan
dengan operasi pun memiliki risiko tersendiri, seperti pendarahan, infeksi,
serta kerusakan pada organ-organ di sekitar bagian yang dioperasi.
Kehamilan
ektopik tidak bisa dicegah sepenuhnya. Tetapi Anda tetap dapat menurunkan
kemungkinannya dengan menghindari atau mengurangi faktor risiko tertentu.
Misalnya, melakukan pemeriksaan dengan tes darah dan USG sebagai pendeteksian
awal atau memantau perkembangan kehamilan, khususnya wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik.
TANYA
JAWAB
Q
: Usia kehamilan berapa bulankah harus USG ? Kalau ada mual, muntah, kadang
dikit pusing dan lemas dan kadang perut
tersa kencang ,apakah itu termasuk gejala kehamilan Ektopik? Dan klo usia udah
40an kan udah termasuk beresiko tinggi, adakah kiat kiat kusus agar bisa
lahiran normal dan lancar ?,
Mohon
penjelasannya bunda terimakasih,,,
A
: Kehamilan ektopik tidak memandang umur. Semua wanita usia reproduktif
berisiko untuk bisa mengalami kehamilan ektopik. Usia paling baik untuk usg
adalah pada trimester 1. Selain untuk menentukan apakah benar hamil, lokasi
kehamilan di dalam atau di luar rahim dan usia kehamilan. Penentuan usia
kehamilan dengan tingkat kesalahan paling minimal yaitu kurang lebih 5 hari
adalah pengukuran usia kehamilan trimester 1. Yaitu kira-kira 10-12 minggu. Karena
makin besar usia kehamilan makin besar pula tingkat kesalahan. Karena kita
mengukur berdasarkan besar kecilnya anak. Mual - muntah merupakan salah satu
gejala subyektif kehamilan. Bila berlebihan harus dipikirkan apakah ada kondisi
penyakit lain. Selain itu bisa juga kalau kehamilan kembar, hamil anggur atau
molahidatidosa. Dan sudah bisa ditentukan saat usg trimester 1. Untuk persalinan normal ditentukan oleh
kondisi ibu. Selagi kondisi ibu fit, normal tidak ada penyulit persalinan
normal tetap memungkinkan.
Kehamilan
ektopik kalau belum terganggu atau belum pecah malah tidak ada keluhan sama
sekali. Tetapi bila sudah terganggu atau pecah baru timbul keluhan seperti yang
telah dijelaskan di atas. USG minimal 3 kali, terutama trimester 1, tapi
ibu-ibu sering datangnya setelah lewat trimester1. Tm 2 khususnya untuk 20-24 miggu
untuk menilai apakah ada kelainan anatomis dan kelainan jantung. Trimester3
untuk lokasi plasenta bila pada pemeriksaan sebelumnya lokasi plasenta ada di
bawah atau kecurigaan plasenta previa, yang paling penting juga menilai volume
air ketuban. Pada trimester 1 juga kita sudah bisa menilai apakah ada
kemungkinan trisomi 21 atau down syndrome. Kalau dilakukan setiap bulan lebih
baik lagi karena untuk menilai keaadaan janin tergantung pada posisi janin juga.
Q
: Gejala kaki bengkak itu bukan ektopik ya tapi preeklamsia.. ?
A
: Kaki bengkak bisa saja suatu kondisi normal kehamilan. Cuma memang betul
hati-hati jangan sampai preeklamsia. Kenaikan berat badan berlebih juga harus
hati-hati demikian juga sebaliknya. Hindari supaya bayi tidak lahir dibawah
2500 gram. Atau istilah kami pertumbuhan janin terhambat. Berat bayi lahir
rendah. Demi untuk masa depan bangsa.
Q
: Jika ingin bisa hamil lagi gimana tipsnya....usia semakin bertambah sepertinya..sulit
untuk bisa hamil lagi...dulu anak pertama masih kecil..begitu cepet hamil lagi
anak kedua.
A
: Berhubungan rutin bu minimal setiap 2 hari
Alhamdulillah, kajian kita hari ini
berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat.
Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment