Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 18
Januari 2017
Rekapan
Grup Bunda G5 (Bun Ning)
Narasumber
: Ustadz Tri Satyahadi
Tema : Syakhsiyah
Islamiah
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dlm lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
SHALAT
"Shalat"
merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara
"manusia" dengan Allah SWT., hubungan yang sangat dibutuhkan oleh
jiwanya."
"Shalat"
mempunyai kedudukan yang sangat mendasar dalam Islam, yang tidak bisa
disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain. "Shalat" bukan hanya
sekedar kewajiban, yang apabila tidak dilaksanakan akan berdosa dan masuk
neraka, melainkan juga merupakan kebutuhan secara ruhani maupun jasmani,
individu maupun masyarakat.
"Shalat"
merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara
"manusia" dengan Allah SWT., hubungan yang sangat dibutuhkan oleh
jiwanya. Hubungan tersebut tidak harus dibuktikan dengan terpenuhinya
permohonan seseorang yang melakukan "Shalat". "Manusia"
membutuhkan "Shalat" kecuali jika naluri ke"manusia"an
mereka mengalami perubahan yang tidak kita ketahui atau tidak kita duga.
Allah
SWT. telah mewajibkan "Shalat" terhadap kaum muslimin untuk
menyampaikan pujian, karena memang Dia berhak untuk mendapatkan pujian dan
terima kasih atas segala nikmat-Nya yang tidak terhingga. Sebagaimana Dia telah
mewajibkan "manusia" untuk
mengingat perintah-perintah-Nya, dan supaya "manusia" dapat memohon
pertolongan melalui "Shalat"
tersebut untuk meringankan beban kesulitan serta cobaan yang dialami
oleh "manusia" dalam menjalani kehidupan di dunia.
"Shalat" ibarat alat penghimpun tenaga listrik,
seperti Charger HP. Apabila Chargernya baik, maka batere HP akan full dan siap
digunakan dg maksimal. Begitu juga dengan "Shalat" , apabila
"Shalat" telah selesai
dilaksanakan, maka tenaga akan pulih kembali dan akal pikiran akan menjadi lebih
jernih.
komunikasi,
pujian, harapan, takut, bergantung, penolong, motivasi merupakan rangkaian yang
terhubung antara sang Khalik dan Makhluk yang disebut cinta.
Allah
SWT berfirman tentang orang-orang yang dicintai-Nya : “Katakanlah : “JIka kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.
Ali-Imran [3]:31)
Buah cinta kita adalah Sholat
Ketika
hakikat penciptaan kita sebagai manusia tidak dipahami secara utuh melalui
ilmu, pemahaman, dan pengamalan. Shalat hanya menjadi beban, hambar, atau
sekedar pengguguran kewajiban. Nauzubillah.
“Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” (QS : Adz Dzaariyaat ayat 56).
Kedudukan
"Shalat" , urgensi, peran dan juga fungsi "Shalat" dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. "Shalat" adalah tiang agama, yang agama tidak akan
dapat berdiri tegak kecuali dengan "Shalat".
Hal
ini sebagaimana Hadits Riwayat Tirmidzi, yang artinya:
'Pokok
urusan ialah Islam, sedang tiangnya adalah "Shalat", dan puncaknya
adalah jihad di jalan Allah.'
2. "Shalat" merupakan
ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah.
Perintah "Shalat" kepada kaum
muslimin yang diwajibkan di Mekkah sekitar satu setengah tahun sebelum hijrah,
bahkan merupakan satu-satunya ibadah yang diwajibkan di langit pada malam Isra'
dan Mi'raj saat terjadi pembicaraan langsung dari Allah kepada Rasul-Nya
tentang kewajiban "Shalat". Ini merupakan bukti tentang adanya
perhatian dari Allah akan pentingnya kedudukan "Shalat".
3. "Shalat" merupakan
wasiat terakhir Rasulullah.
Sebagaimana
Hadits Riwayat Ibnu Majah, Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud dan Nasa'i, yang artinya:
Dari
Anas bin Malik ra. ia berkata:
'Mayoritas wasiat Rasulullah SAW. ketika
detik-detik terakhir beliau akan wafat (bahkan sampai saat) nyawa beliau sudah
di tenggorokan adalah (peliharalah) "Shalat" dan hamba sahaya yang
kamu miliki.'
4. "Shalat" adalah
ibadah yang pertama kali dipertanggung-jawabkan nanti di akhirat.
Sebagaimana Hadits Riwayat Ahmad dan Para
Penulis Kitab as-Sunan, yang artinya:
Dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAWn bersabda:
'Sesungguhnya
yang pertama kali dihisab dari amal perbuatan "manusia" nanti di hari
kiamat ialah "Shalat". Allah berfirman (pada hari itu) kepada para
Malaikat-- sedangkan Dia (Allah) Maha Mengetahui: 'Periksalah
"Shalat" hamba-Ku, apakah ia menyempurnakannya atau menguranginya?'.
Maka jika "Shalat" yang dikerjakannya itu sempurna, akan ditetapkan
sebagai "Shalat" yang sempurna baginya, tetapi jikalau terdapat
kekurangan, Allah berfirman: 'Periksalah! Apakah hamba-Ku itu mengerjakan
"Shalat" sunat?' Dan jika hamba itu memiliki ibadah sunah, maka Allah
berkata: 'Cukupkanlah (sempurnakanlah) kekurangan "Shalat" fardlu
hambaKu itu dengan "Shalat" sunatnya. Kemudian amal-amal itu
diperhitungan berdasarkan yang demikian itu.'
Hadits
Riwayat ath-Thabrani, yang artinya:
Dari
Abdullah bin Qurth, bahwa Rasulullah
bersabda:
'Yang
pertama kali dihisab atas seorang hamba pada hari kiamat adalah
"Shalat". Maka jika baik, baiklah seluruh amalannya, sebaliknya, jika
rusak, maka rusaklah semua amalannya.'
5. Meninggalkan
"Shalat" dapat menjerumuskan ke dalam siksaan Allah di Akhirat.
Allah
berfirman dalam Surat al-Muddatstsir, ayat 42-43:
'Apakah
yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?': 'Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang mengerjakan "Shalat", dan kami tidak (pula) memberi
makan orang miskin.'
Saqar
adalah salah satu nama tempat penyiksaan (neraka) di hari kemudian. Menurut
al-Qurtubi, berdasarkan satu riwayat yang dinisbatkan kepada sahabat Nabi, Ibnu
Abas, Saqar adalah lapis keenam dari tujuh lapis neraka.
6. "Shalat" sebagai
kontrol terhadap moral dan mental.
Menurut
Hadits Riwayat Muslim, yang artinya:
Dari
Jabir ra. berkata, bersabda Rasulullah sallahualahiwassalam:
'Perumpamaan
"Shalat" lima waktu seperti sebuah sungai dekat pintu rumah
seseorang, yang airnya mengalir dan melimpah, dan ia mandi di sungai itu lima
kali setiap hari.'
7. "Shalat" dapat
mencegah pelakunya dari berbuat perbuatan keji dan mungkar.
Firman
Allah dalam Surat al-Ankabut, ayat 45:
'Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah
"Shalat". Sesungguhnya "Shalat" itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah ("Shalat") adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.'
8. "Shalat" sebagai
sarana untuk mohon pertolongan kepada Allah.
Firman
Allah dalam Surat al-Baqarah, ayat 153:
'Hai
orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) "Shalat" , sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.'
9. "Shalat" dapat
meredam kebencian.
Firman
Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 109-110:
'Sebagian
besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada
kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah
mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Dan dirikanlah "Shalat" dan tunaikanlah zakat.
Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat
pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.'
10."Shalat" dapat
menghapuskan kesalahan.
Firman
Allah dalam Surat Hud ayat 13-114, yang artinya:
'Dan
laksanakan "Shalat" pada kedua
tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuata yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat kebaikan.'
Hadits
Riwayat Muslim, bahwa Rasulullah sallahualahiwassalam. bersabda:
"Shalat"
yang lima, Jum'at yang satu hingga Jum'at berikutnya dan Ramadhan yang satu
hingga Ramadhan berikutnya menghapuskan kesalahan yang terdapat diantaranya,
jika menjauhi dosa-dosa besar.'
Penghapusan
dosa-dosa adalah merupakan balasan yang besar dan rahmat yang luas dari Allah,
sebagai penutup dari kekurangan, kelemahan dan keterbatasan. Tetapi dosa-dosa
yang dapat dihapus oleh Allah melalui "Shalat" adalah dosa-dosa
kecil, yang kita sulit terhindar darinya dan hampir setiap saat dilakukan.
Sedangkan dosa-dosa besar hanyalah dapat dihapus dengan jalan bertaubat, mohon
ampun kepada Allah dengan segenap penyesalan, dan bertekad tidak akan mngulanginya
lagi.
11.Dengan "Shalat"
dapat memperoleh rahmat.
Dalam
firman Allah subhanahuwata'ala dalam Surat an-Nur ayat 56:
'Dan
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kemada rasul, supaya kamu
diberi rahmat.'
Curahan
rahmat Allah di dunia berupa terhindar dari kerusakan, penyimpangan, ketakutan,
kekhawatiran, kesesatan dan lain sebagainya akan senantiasa tercurah kepada
hamba-hamba yang selalu menjalin hubungan dengan-Nya, meluruskan hati dengan
mendirikan "Shalat", menguasai sifat bakhil dan kikir, mensucikan
jiwa dan jama'ah dengan menunaikan zakat, mentaati Rasulullah dan ridha dengan
keputusan hukumnya. Dan di akhirat nanti akan terbebas dari kemurkaan, azab,
dan penyiksaan.
12.Dengan "Shalat"
dapat memperoleh keberuntungan.
Allah
berfirman dalam Surat al-Mukminun ayat 1-2, yang artinya:
'Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
"Shalat"nya.'
Ayat
di atas menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin yang mantap imannya
dan mereka membuktikan kebenarannya melalui amal-amal saleh, seperti
"Shalat" yang khusyu', berpaling dari perbuatan sia-sia, menunaikan
zakat, menjaga kemaluan, memelihara segala amanah dan janji, senantiasa
memelihara dan menjaga "Shalat" pasti memperoleh keberuntungan.
13. "Shalat"
merupakan perniagaan yang laba dan keuntungannya tidak ada tandingannya.
Motivasi
"manusia" beribadah kepada Allah sangatlah beragam, ada yang
melakukannya sebagai perlakuan hamba sahaya kepada tuannya, dia melakukan
aktivitas karena takut menerima hukuman, ada juga seperti pelaku bisnis yang
selalu memperhitungkan untung dan rugi, dan ada lagi yang terdorong oleh cinta,
bagaikan cinta ibu kepada anak-anaknya, atau bagaikan seorang pecinta kepada
kekasihnya.
Ayat
di bawah ini seakan-akan tertuju kepada para pelaku bisnis yang selalu
mempertimbangkan untung dan rugi dalam setiap usaha yang dilakukan. Untuk
mereka yang tidak ingin melakukan aktivitas kecuali bila memperoleh keuntungan,
Al-Qur'an juga merespon mereka dengan menawarkan satu perniagaan yang tidak
mengenal kerugian, penipuan, dan kecurangan lainnya, yaitu firman Allah dalam
Surat Fathir ayat 29-30, yang artinya:
'Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan "Shalat"
dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan
diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak
akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.'
14."Shalat" dapat
membebaskan diri dari keluh kesah.
Allah
subhanahuwata'ala berfirman dalam Surat al-Ma'arij ayat 19-23, yang artinya:
'Sesungguhnya
"manusia" diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan "Shalat", yang mereka itu
tetap mengerjakan "Shalat"nya.'
Ada
tiga sifat "manusia" yang digambarkan oleh ayat di atas:
a.
Cepat gelisah.
b.
Keluh kesah ketika ditimpa suatu musibah.
c.
Sangat kikir apabila mendapat nikmat.
"Shalat" yang dilaksanakan secara berkesinambungan
dan senantiasa memelihara dan menjaganya adalah "Shalat" yang tidak
pernah terputus dengan meninggalkannya karena sembrono atau malas. Dengan
senantiasa melaksanakan ini, berarti ia terus menerus berhubungan kepada Allah
tanpa pernah terputus. Rasulullah SAW. selalu melakukan suatu ibadah dengan
mantap, yakni konsisten dan berkelanjutan. Sebagaimana Hadits Riwayat Muslim,
yang artinya:
'Amalan
yang paling disenangi Allah ialah yang dilakukan secara berkesinambungan
meskipun sedikit.'
"Shalat" yang dilaksanakan seperti ini akan
mendatangkan buah dan hasil yang tiada ternilai dalam kehidupan, terutama bila
dilakukan secara rutin dan berjamaah, diantaranya adalah:
a.
Dapat meredam kegelisahan, duka-nestapa dan keluh kesah.
b.
Dapat melunturkan sifat tamak dan serakah yang bersarang pada diri.
c.
Dapat meluluhkan sifat egois yang mengakibatkan tidak peduli kepada orang lain.
15."Shalat" Mendidik
"Manusia" Untuk Berdisiplin dan Mematuhi Peraturan.
Allah
berfirman dalam Surat an-Nisa' ayat 103, yang artinya:
'Jika
kalian telah melaksanakan "Shalat" maka ingatlah Allah dalam keadaan
berdiri, duduk, ataupun tidur. Jika kamu telah tenang maka laksanakanlah
"Shalat" , sesungguhnya "Shalat" itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.'
"Shalat" adalah kewajiban atas setiap muslim yang
telah ditentukan waktunya, yakni Subuh, Dzuhur, 'Ashar, Maghrib dan 'Isya.
Masing-masingnya telah ditetapkan oleh Allah kepada Rasul-Nya melalui malaikat
Jibril, sekembalinya dari perjalanan Isra' dn Mi'raj.
Adanya
waktu-waktu untuk "Shalat" dan aneka ibadah yang ditetapkan Islam
mengharuskan adanya pembagian teknis menyangkut masa (dari milenium sampai ke
detik). Ini pada gilirannya mengajar ummat agar memiliki rencana jangka pendek
dan panjang, serta menyelesaikan setiap rencana pada waktunya.
Disamping
kaum muslimin diperintah menunaikan "Shalat" pada waktu yang telah ditentukan, maka tata
cara, tata laksana, dan tata krama harus juga sesuai dengan yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah sallahualahiwassalam. sebagaimana sabda Rasulullah
yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari:
"Shalat"lah
kamu sebagaimana kamu melihatku "Shalat".
Wallahua'lam
(Disarikan
dari berbagai Sumber.)
TANYA
JAWAB
Q
: Ustdz.. apakah jika orang yang sholatnya tergesa gesa ia tidak mendapat kan
nikmat sholatnya..? Bagaimana jika ia sholatnya tergesa gesa karena sesuatu
hal..?
A
: Tergesa-gesa membuat tidak khusyu, sudah
pasti tidak ada kenikmatan bahkan pahala yang ia dapat, cuman sebatas tidak
berdosa saja.
"Ketenangan
itu dari Allah dan tergesa-gesa itu dari syaitan” (HR. Turmudzi).
Q
: Assalamualaikum...Ustadz Bagaimanakah sholat di atas kapal laut yang selalau
berubah arah,, sedangkan kita tidak tau arah kiblatnya d mana
A
: Kalo memungkinkan Tentukan kiblat sesaat kita mau sholat jika saat sholat
berlangsung berubah arah kiblat, tidak apa-apa sholat tetap sah..
Q
: Ustadz bagaimana caranya mendatangkan nikmat dalam sholat? Ini pertanyaan
klise tapi kadang saya masih bingung jawabnya, kenapa seseorang sdh sholat tapi
masih melakukan kriminal?
A
: Sholat masih maksiat berarti hakikatnya ia belum menegakan sholat.
“Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al
‘Ankabut: 45).
“Barangsiapa
yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan
oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari
Qotadah dari Al Hasan)
“Ada
seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia
berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di pagi hari ia
mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan
mencegah apa yang ia lakukan.” (HR. Ahmad 2: 447, sanadnya shahih kata Syaikh
Syu’aib Al Arnauth).
Nah
berarti shalat yang baik adalah shalat yang bisa mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar. Inilah shalat yang mesti dibentuk. Jadi kalau ia rajin shalat,
malah masih terus melakukan dosa besar, maka shalatnya lah yang mesti diperbaiki.
Bagaimana
memperbaiki shat agar nikmat dan membekas menjadi akhlak yang baik.
Banyak
kiat untuk mendapat nikmat dalam shalat, Salah satunya dengan melaksanakan
petunjuk ulama ini :
Abul
‘Aliyah pernah berkata,
إِنَّ
الصَّلاَةَ
فِيْهَا
ثَلاَثُ
خِصَالٍ
فَكُلُّ
صَلاَةٍ
لاَ
يَكُوْنُ
فِيْهَا
شَيْءٌ
مِنْ
هَذِهِ
الخَلاَل
فَلَيْسَتْ
بِصَلاَةٍ:
الإِخْلاَصُ،
وَالْخَشْيَةُ،
وَذِكْرُ
اللهِ.
فَالإِخْلاَصُ
يَأْمُرُهُ
بِاْلمعْرُوْفِ،
وَالخَشْيَةُ
تَنْهَاهُ
عَنِ
المنْكَرِ،
وَذِكْرُ
القُرْآنِ
يَأْمُرُهُ
وَيَنْهَاهُ.
“Dalam shalat ada
tiga hal di mana jika tiga hal ini tidak ada maka tidak disebut shalat. Tiga
hal tersebut adalah ikhlas, rasa takut dan dzikir pada Allah. Ikhlas itulah
yang memerintahkan pada yang ma’ruf (kebaikan). Rasa takut itulah yang mencegah
dari kemungkaran. Sedangkan dzikir melalui Al Qur’an yang memerintah dan
melarang sesuatu.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 65)
Wallahua'lam
Q
: Ustdz apa diperbolehkan sholat dengan adanya catatan didepannya karena ingin
memperbaiki bacaam solat tapi belum hafal( takut salah) ? Dan bagaimana caranya
agar sholat lebih khusuk? Jazakillah
A
: Kalo untuk memperbaiki bacaan sholat tidak boleh. Tapi kalo untuk
memperpanjang bacaan surat, bisa karena sudah hapal atau belum (syaratnya sudah
bagus bacaan) ini pun hanya untuk sholat sunnah beberapa ulama masih
membolehkan
Q
: Ustadz, anak saya usia 2 bulan saat ini, Saya bahagia bisa memilikinya, karena memang saya harapkan sejak 8 tahun
lalu. Tetapi, Ustadz, ada hal lain yang
membuat saya sangat tertekan, saya stress sepanjang 2 bulan ini. Saya masih
belum berhasil menyingkirkan pikiran negatif dari otak saya. Saya sering
ketakutan sendiri. "Bagaimana kalo ada gempa terus saya mati anak saya
tidak? Siapa yang ngurusin dia? Bagaimana kalo ada dinosaurus nginjak rumah
saya terus anak saya keinjek? Bagaimana kalo di lemari dan kardus kardus
dipojok kamar isinya ular dan menggigit anak saya? Bagaimana jika ada perang
terus saya terpisah dengan anak saya? Siapa yang akan mengurus anak saya?"
Saya ketakutan sekali membayangkan itu semua. Tapi saya sulit sekali
menyingkirkannya. Saya sholat, tapi pikiran saya tidak tenang. Saya berdoa dan
mengaji, tapi masih belum bisa menyingkirkan juga. Apa yang harus saya lakukan
Ustadz? Sholat tidak bisa membuat saya tenang. Saya benar-benar stress dengan
ini semua.
A
: Ketakutan itu manusiawi bunda, tapi kliatannya ketakutan bunda bisa dianggap
luar biasa, jika perlu konsultasikan dengan psikiater yang muslim atau ustadz yang
mempunyai pemahaman terkait psikis.
Tapi
in syaa Allah awal bisa lakukan:
1.
Perbanyak istighfar
2.
Dzikir pagi dan petang (tilawah
quran)
“Orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat)
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs.
ar-Ra’du: 28).
3.
Shalat tahajud dengan doa terbaik.
4.
Sama komunikasikan dengan ustadz yang
faqih (memahami ilmu) bersama suami
Q
: Beberapa anak didik kami menerima bingkisan dari kementrian sosial yang
isinya perlengkapan natal beresta injil kecil. Sementara mereka muslim
semua...maaf karena dsini pngetahuan agama masih minim baik muslim maupun non
muslim jadi mereka yang sudah menerima lebih dahulu sebelum saya tau tetep diterima
dan dipakai buat mainan. Menurut ustadz apa yang harus saya lakukan?
A
: Kalo mereka tidak tau tidak mengapa, dan untuk mainan masih jatuh dalam
perkara mubah. Kalo tidak memungkinkan di kembalikan ke si pengirim atau kasih
ke gereja terdekat, sebaiknya disimpan yang rapi..
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment