Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 22 November 2017
Rekapan
Grup Nanda 2
Narasumber
: Ustadzah Tribuana
Tema : Kajian Umum
Editor
: Rini
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungakan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahanyaa ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangakitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dlm lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangakah indahanyaa kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
TENTANG HADITS AGAMA ADALAH NASIHAT
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Dari Tamim ad-dari bahwa Nabi SAW bersabda:” ad-Din adalah nasihat”.
Kami berkata untuk siapa? Rasul menjawab:” Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya,
untuk pemimpin Islam dan umatnya” (HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai’i)
Keutamaan Hadits
Hadits ini termasuk salah satu hadits yang dimuat dalam kumpulan 40
Hadits Imam An-Nawawi, yang berarti termasuk hadits dari pokok-pokok Islam yang
penting. Berkata Al-Hafizh Abu Nu’aim:”Hadits ini mencakup masalah yang besar”.
Berkata Muhammad bin Aslam Ath-Thusi:” Hadits ini merupakan seperempat bagian
dari agama”. Berkata Ibnu Rajab:”Fiqih berputar pada lima hadits….di antaranya
hadits nasihat ini”. Berkata Mukhidin bin Al-Arabi:” Tidak ada kesempurnaan
akhlaq yang lebih teliti, jeli dan agung melebihi nasihat”. Nash-Nash yang
Terkait dengan Hadits ini. Allah SWT berfirman: “Tiada dosa (lantaran tidak
pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan
atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila
mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun
untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang” (QS At-Taubah 91)
Hadits Rasulullah SAW: “Siapa yang tidak memperhatikan urusan umat Islam
maka bukan termasuk mereka. Dan siapa yang pagi dan siangnya tidak menyampaikan
nasihat kepada Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya, imam dan umumnya umat Islam maka
bukan termasuk mereka” (HR At-Tabrani) “Allah Ta’ala berfirman (dalam Hadits
Qudsi): Ibadah hamba-Ku kepada-Ku yang paling aku cintai adalah memberi nasihat
kepada-Ku (HR Ahmad, berkata Zainul Huffadz: Sanadnya dhaif).
Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya
ridha untukmu tiga hal, dan juga benci bagimu tiga hal: Ridha untukmu jika
menyembahnya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu, berpegang teguh pada
tali Allah dan tidak berselisih, dan saling nasihat menasihati terhadap orang
yang Allah beri kedudukan memerintah urusanmu. Dan Allah membenci, ungkapan
katanya, banyak tanya dan menyia-nyiakan harta” (HR Muslim).
Dari Jarir berkata:” saya membai’at Rasulullah SAW untuk menegakkan
shalat, membayar zakat dan memberi nasihat pada setiap muslim.” (HR Bukhari dan
Muslim) Memberi Nasihat adalah Aktivitas Para Nabi. Allah SWT berfirman tentang
nabi Nuh as. Nuh menjawab: “Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun
tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam”. “Aku sampaikan kepadamu
amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari
Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS Al-A’raaf 61-62). Firman Allah tentang
nabi Hud as:
Hud berkata: “Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun,
tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan
amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya
bagimu” (QS Al-A’raaf 67- 68). Firman Allah tentang nabi Shalih AS: Maka Shaleh
meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu,
tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat” (QS Al-A’raaf 79).
Firman Allah tentang nabi Syua’ib as:
Maka Syu`aib meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku,
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku
telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap
orang-orang yang kafir?” (QS Al-A’raaf 93).
Makna Nasihat
Nasihat secara bahasa dari kata ‘nash’ yang berarti khalus, bersih atau
murni, lawan dari curang atau kotor. Sehingga jika nasihat tersebut dalam
bentuk ucapan harus jauh dari kecurangan dan motivasi kotor. Sedangkan secara
istilah, sebuah kata yang mengungkapkan kemauan berbuat baik kepada obyek yang
diberi nasihat. Berkata Ibnu Shalah: Nasihat adalah kata-kata yang mencakup
aktivitas seorang nasih kepada yang diberi nasihat dalam bentuk iradah (tekad)
dan perbuatan. Disebutkan ‘nashaha tsaub’ artinya menjahit baju, seolah orang
memberi nasihat seperti orang yang menjahit lubang-lubang yang ada baju.
Nasihat kepada Allah berarti mentauhidkan Allah, menyifati-Nya dengan
sifat Kamal dan Jalal, dan mensucikan-Nya dari segala kemusyrikan. Ikhlas
kepada Allah dalam beramal, menjauhi kemaksiatan, mentaati dan mencintai-Nya
dan berjihad terhadap orang-orang yang mengingkari-Nya. Nasihat kepada Rasul
SAW dengan cara mengimani Rasul SAW dan segala yang datang darinya. Mencintai, menghormati,
menghidupkan sunnahnya, menyebarkan ilmunya. Mencintai orang yang mencintainya,
membenci dan memerangi orang yang membenci dan memeranginya, mencontoh
akhlaqnya, mengikuti adabnya dan mencintai keluarga dan sahabatnya.
Nasihat kepada Pemimpin Umat Islam dengan cara membantunya dalam
kebenaran dan mentaatinya. Mengingatkan dan menyadarkan jika lalai dan salah
dengan penuh kelembutan dan penghormatan. Mendoakan untuk kebaikan
pemimpin-pemimpin umat Islam. Nasihat kepada umat Islam dengan mengajarkan
mereka kepada ajaran Islam dan membimbingnya. Menutupi aib umat Islam,
mencintai mereka sebagaimana mencintai dirinya, membenci bagi mereka apa yang
dibenci dirinya dari keburukan dan mendoakan untuk kebaikan mereka di dunia dan
akhirat. Dan di antara bentuk nasihat kepada umat Islam juga menyingkirkan
segala sesuatu yang membahayakan umat Islam. Mengutamakan yang fakir, mengajari
yang belum tahu ajaran Islam, menyadarkan kesalahannya dengan penuh kelembutan
dan menolong mereka dalam kebaikan dan takwa.
Jika melihat makna dan ruang lingkup nasihat maka semua orang
membutuhkan nasihat, baik menerima nasihat atau memberi nasihat. Karena nasihat
merupakan aktivitas penyadaran atas kelalaian manusia dan penyempurnaan akan
kekurangan-kekurangannya. Dan orang yang menolak nasihat dan marah jika
dinasihati, mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan kebaikan, tidak
ingin maju, tertipu dan sombong. Dan salah satu bentuk nasihat yang harus
diutamakan adalah memberi nasihat kepada yang memintanya. Rasulullah SAW
bersabda:
“Jika salah seorang saudaramu minta nasihat maka berilah nasihat dan
mudahkanlah dalam memberi”(HR Bukhari)
Nasihat adalah prinsip dasar dalam kehidupan umat Islam karena kehidupan
umat dibangun atas dasar ukhuwah Islamiyah dan tolong menolong. Maka nasihat
adalah bentuk kongkret dari ukhuwah dan tolong-menolong. Walaupun begitu
nasihat harus dilakukan dengan penuh ikhlas sesuai dengan makna nasihat
tersebut. Lebih dari itu nasihat akan sampai pada sasaran jika dilakukan dengan
adab yang baik, yaitu dengan cara menyampaikannya dengan penuh kelembutan dan
kecintaan. Jika sesuatu yang disampaikan terkait dengan aib dirinya maka
penyampaiannya harus secara rahasia. Kecuali yang bersangkutan memang
melakukannya dengan terang-terangan dan terbuka.
Keutamaan Menyampaikan Nasihat
Nasihat adalah aktivitas para nabi sesuai dengan ayat-ayat di atas.
Tidaklah perbuatan yang dilakukan para nabi kecuali perbuatan utama. Nasihat
juga merupakan pilar Islam yang paling pokok. Berkata Abu Bakar Al-Muzani:”
Kelebihan Abu Bakar RA atas sahabat yang lain bukan pada saum dan shalatnya
tetapi pada sesuatu yang ada pada hatinya yaitu mencintai karena Allah dan
memberi nasihat kepada makhluknya. Ibnu Mubarak pernah ditanya: Amal apakah yang
paling utama?” Beliau menjawab:” Memberi nasihat karena Allah”. Demikianlah
betapa utamanya nasihat dalam pandangan Islam sehingga saling nasihat
menasihati harus dibudayakan oleh umat Islam. Hal ini karena tidak ada seorang
pun yang sempurna sehingga ketika kita melihat saudara kita lalai maka kita
wajib memberi nasihat padanya, begitu juga sebaliknya.
Dalam sejarah Islam banyak dicontohkan pemimpin-pemimpin umat yang
menerima nasihat dengan baik dan bahkan mengucapkan terima kasih kepada mereka
yang memberi nasihat. Umar bin Khathab mengatakan:” Semoga Allah merahmati
seseorang yang memberitahukan aibku”. Suatu hari seseorang berkata pada Umar :”
Bertaqwalah engkau!”. Maka mendengar ungkapan tersebut yang lainnya menghardik
dan mengatakan:” Engkau mengatakan kepada Amirul Mukminin, bertaqwalah!”.
Tetapi Umar bin Khathab mencegah dan berkata:” Tidak ada kebaikan padamu jika
engkau tidak mengatakan ungkapan tersebut, dan tidak ada kebaikan bagi kami
jika tidak mendengarkannya”. Begitu juga saat Umar ingin ikut berperang melawan
Persia, sebagian sahabat melarang, karena kesertaannya dalam suatu peperangan
akan berdampak buruk dan berbahaya bagi umat Islam. Maka Umar bin Khathab
menerima nasihat tersebut. Nasihat adalah prinsip dasar dalam kehidupan umat
Islam karena kehidupan umat dibangun atas dasar ukhuwah Islamiyah dan tolong
menolong. Maka nasihat adalah bentuk kongkret dari ukhuwah dan tolong-menolong.
Namun demikian dalam memberi nasihat haruslah dengan niat ikhlas karena Allah,
tidak mencari popularitas, ketenaran dan motivasi rendah lainnya. Karena
nasihat adalah agama dan dalam melaksanakan agama harus ikhlas karena Allah.
Nasihat juga harus dilakukan dengan baik dan bijaksana. Nasihat bukanlah
membuka aib seseorang di muka umum, karena nasihat adalah perbaikan sedangkan
membuka aib adalah kerusakan. Oleh karenanya dalam memberi nasihat harus
dijauhkan dari cara-cara yang kasar dan keras. Semakin lembut dalam memberikan
nasihat semakin diterima oleh hati, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah
SWT:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (QS
Ali-Imran 159).
Diceritakan di masa kekuasaan Bani Abasiah, ada seorang lelaki yang
memberi nasihat kepada al-Makmun, kemudian ia masuk istana dan memerintahkan
yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, tetapi dengan cara yang kasar. Maka
berkata al-Ma’mun: ”Wahai saudaraku, sesungguhnya Allah telah mengutus orang
yang lebih baik darimu kepada orang yang lebih jelek dariku. Allah mengutus
Musa dan Harun as kepada Fir’aun dan Allah berfirman, artinya: ”Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut”(QS Thaaha 44).
Begitulah, nasihat hendaknya dibungkus dengan kata-kata yang baik
sehingga mudah diterima dan mudah dilaksanakan. Sedangkan ungkapan yang kasar
akan menyakitkan dan menyebabkan permusuhan. Sifat orang beriman adalah memberi
nasihat dan menutup aib saudaranya sedangkan sifat orang fasik membiarkan
kesalahan temannya dan membuka aibnya. Seseorang yang hari ini memberi nasihat
mungkin saja besok mendapat nasihat, karena nasihat tidak terkait dengan orang
tertentu dan pekerjaan tertentu. Dan karena manusia memiliki karakteristik suka
salah dan lupa. Sehingga ketika ia pada hari ini lupa atau salah maka yang lain
mengingatkan begitu juga orang yang hari ini memberi nasihat mungkin besok lupa
atau salah sehingga harus dinasihati dan diingatkan.
Betapa pentingnya nasihat sampai imam asy-Syafi’i mengomentari surat
al-Ashr: ”Jika saja Allah hanya menurunkan surat al-Ashr maka sudah cukuplah
surat ini sebagai pedoman untuk manusia.” Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat
menjadi khalifah, beliau menulis surat kepada imam Hasan al-Bashri agar memberi
nasihat dan menceritakan sifat-sifat pemimpin yang adil. Maka imam Hasan
al-Bashri menulis surat di antara isinya: “Ketahuilah, wahai Amirul Mukminin
sesungguhnya Allah menjadikan pemimpin yang adil untuk meluruskan orang yang
menyimpang, mengembalikan arah bagi yang berdosa, memperbaiki yang rusak,
memberi kekuatan bagi yang lemah, menegakkan keadilan bagi yang zhalim,
menyadarkan yang lalai. Pemimpin yang adil wahai Amirul Mukminin seperti
penggembala yang penuh kasih sayang atas penggembalaannya, yang menggiringnya
ke tempat penggembalaan yang baik, menjauhkan dari bahaya yang mengancamnya,
memeliharanya dari binatang buas, menjaganya dari panas terik dan hujan.
Pemimpin yang adil wahai Amirul Mukminin seperti ayah yang
bertanggung-jawab. Lembut terhadap anaknya. Bekerja untuk anak-anaknya saat
masih kecil, mengajarkan mereka dan mengurusi kebutuhan hidupnya dan menabung
untuk mereka setelah matinya. Pemimpin yang adil wahai amirul Mukminin seperti
ibu yang lembut terhadap anaknya, mengandung dan melahirkannya dengan susah
payah, mengasuhnya ketika kecil, ikut begadang ketika anaknya bangun malam, dan
ikut tenang ketika anaknya tenang. Suatu saat menyusuinya, pada saat yang lain
melepaskannya. Merasa senang dengan kesehatannya dan merasa berduka dengan
sakitnya. Pemimpin wahai Amirul Mukminin seperti hati dengan anggota badan.
Anggota badan akan baik jika hatinya baik dan anggota badan akan rusak jika
hatinya rusak. Pemimpin yang adil wahai Amirul Mukminin adalah orang yang
berdiri di antara Allah dan hambanya, mendengar firman Allah dan
memperdengarkannya, mengenal Allah dan memperkenalkannya, dipimpin Allah dan
memimpin mereka. Jangan sampai engkau wahai Amirul Mukminin seperti hamba yang
diberi amanah Allah ibarat budak yang diberi amanah oleh majikannya tentang
harta dan keluarga , kemudian menyia-nyiakan harta dan menghancurkan keluarga,
membuat miskin anggota keluarga dan membuang harta benda.
Ketahuilah wahai Amirul Mukminin sesungguhnya Allah menurunkan hudud
(hukuman) agar menyadarkan orang dari perbuatan kotor dan keji, bagaimana jika
hal itu dilakukan orang yang mesti menegakkannya? Dan Allah menurunkan qishash
sebagai jaminan kehidupan bagi hambanya, bagaimana jika yang memimpin melakukan
pembunuhan yang mestinya menegakkan qishash kepada mereka? Ingatlah wahai
Amirul Mukminin akan kematian dan sesudahnya, sedikitnya temanmu dan pembelamu
di sana. Maka hendaknya engkau mempersiapkan bekal untuk kematian dan kehidupan
sesudahnya yaitu di hari yang besar”.
Wallahu a'lam
TANYA JAWAB
-
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engakau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan
yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment