Home » , , » PROFILING DALAM KONTEKS UMUM & PEMILIHAN PEKERJAAN

PROFILING DALAM KONTEKS UMUM & PEMILIHAN PEKERJAAN

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, November 12, 2014

Kajian Online WA Hamba اَللّه SWT 
(Nanda 113 & 114)

Hari / Tanggal : Kamis, 11 November 2014
Narasumber : Ustadz Ivan Ahda
Notulen : Rusmi/kina
Editor : Ana Trienta

Assalam'alaykumwrwb. 
Perkenalkan saya Ivan Ahda, biasa dipanggil Ivan. Hari ini, seperti yang telah ditugaskan oleh admin (mba Fifit dan mba Meera), saya akan sharing kajian umum di grup 113 dan 114. Untuk awalan, saya akan mulai dengan kajian yang ringan, mohon feedbacknya jika memang sudah pernah ada yang menyampaikan agar tidak redundant.

Kajian pertama saya mengenai profiling/kepribadian dalam konteks umum atau dalam konteks pemilihan profesi/pekerjaan. Mohon feedback dari teman-teman untuk yang pertama prefer yang umum atau langung konteks pemilihan profesi?

Materi pemicu diskusi akan saya kirim sekitar pkl. 15.00, jika setelah itu teman-teman ada respon, masukan atau pertanyaan, silahkan dipost digrup, saya akan coba jawab semampu saya. Salam, saya mulai berikan pemicu diskusinya ya, nanti kalau sudah selesai, saya akan berikan tanda.

Profiling pada dasarnya merupakan eksplorasi atas informasi yang dimiliki terhadap sesuatu. Umumnya, orang mengidentikkan istilah profiling pada aktivitas pencarian info atas tindak criminal (baca: pelaku kejahatan). Yang ingin saya share lebih ke personality profiling, yaitu aktivitas mengeksplorasi kepribadian seseorang untuk mendapatkan insight mendalam, dan pada akhirnya memudahkan kita dalam aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh, interaksi kita dalam sekolah, pekerjaan atau masyarakat akan lebih mudah dan (mungkin) lebih bermanfaat ketika kita terbiasa untuk melakukan profiling ini. Profiling yang dimaksud tentu tidak harus dilakukan oleh seorang psikolog, seorang awam juga bisa melakukannya, hanya saja kita harus berhati-hati karena adanya kecenderungan otak manusia yang memproses informasi secara singkat, sehingga tak jarang profiling meleading kita pada judging (penilain) yang mungkin bias (tidak tepat).

Profiling juga bukan berarti secara khusus meluangkan waktu untuk berdiam dan menganalisa sekeliling kita, karena kadangkala, proses itu terjadi sangat cepat di otak kita, hingga seringkali kita tidak menyadarinya (baca buku malcom gladwel, tipping point). Untuk itu, profiling personality bisa dikatakan sebagai: usaha untuk memahami kepribadian lawan bicara/partner kerja/orang lain agar insight yang kita dapatkan bisa mengarahkan kita ke tindakan yang tepat dalam merespon situasi/masalah. Selanjutnya untuk memudahkan diskusi profiling personality saya sebut dengan istilah profiling saja ya.

Untuk melakukan profiling, sebaiknya kita memiliki framework/kerangka ilmu atas dasar apa kita menilai personality seseorang. Dulu di masyrakat sempat popular buku personality plus (Florence Littauer) yang membagi kepribadian menjadi sanguine, melankolis, koleris dan flegmatis. Ini sangat disukai karena begitu mudahnya test dan langsung ketauan hasilnya. Kemudian ada juga test dari MBTI (myerr brigs type indicator) yang sering digunakan dalam berbagai psikotest. Selain itu ada juga yang agak pseudoscience, seperti kokologi (dulu sempet booming), dan sebagainya. Semua tipe itu lahir dengan dasarnya masing-masing. 

Untuk kajian ini, saya akan fokus membahas mengenai model STIFIN personality yang dikembangkan oleh KUBIK (pak Jamil Azzaini, pak Farid Poniman, Indrawan Nugroho). Model STIFIN ini sebenarnya berdasarkan atas teori dari brain dominance dari Ned Herrmann. Teori ini bilang kalo sebenarnya manusia udah punya bakat alami sebagai representasi dari dominannya kerja otak di bagian tertentu. Teori ini ingin bilang kalo misalnya orang dengan dominan otak kiri tentu saja akan memiliki karakter yang berbeda dengan otak kanan, dst. Nah, dalam model STIFIN, landasannya adalah manusia itu memiliki mesin kecerdasan yang menetap dari lahir. Adapun interaksi dengan lingkungannya, kemudian akan menentukan ekspresi kepribadian yang berbeda-beda dari masing2 individu. Misalnya, saya dan mba Fifit karakternya adalah A, tapi kok ternyata gak sama2 amat. Nah ini misalnya dipengaruhi oleh variable lingkungan (missal, parenting, tempat tinggal, pengalaman hidup, dll).

Yang dimaksud dengan mesin kecerdasan yaitu klasifikasi berdasarkan  salah satu fungsi dominan belahan otak manusia. Ada yang dominan pada otak kiri bawah atau limbik, yang disebut dengan mesin kecerdasan Sensing(S). Ada yang dominan pada otak kiri yaitu Thinking (T). Ada yang dominan pada otak kanan yaitu Intuiting (I). Ada yang dominan pada otak kanan bawah atau limbik kanan yaitu Feeling(F). Serta ada yang dominan pada otak tengahnya, yang kita sebut dengan mesin kecerdasan Instinct (In).

> Sensing: kekuatannya adalah pada memori yang besar, jika diibaratkan komputer maka hard disknya  besar. Tetapi kelemahannya sulit berpikir kreatif. 

> Intuiting: kekuatannya adalah dalam menemukan ide-ide kreatif, memikirkan sesuatu yang tidak terpikir oleh orang lain. Tetapi, lemah dalam urusan memori. 

> Thinking: kekuatannya ada pada kemampuan logika dan analisa, sedangkan kelemahannya adalah dalam hal empati dan emosi. 

> Feeling: orang yang sangat baik dalam urusan emosi dan empati, namun memiliki kelemahan dalam hal menganalisa. Agak berbeda dengan yang lain, bagi yang dominan di otak tengah dengan mesin kecerdasan Instinct, maka kekuatannya terletak pada keserba-bisaan dan kemampuan naluri yang tinggi. Hal ini dikarenakan orang ini dapat lebih mudah mengakses empat mesin kecerdasan lainnya. Sementara yang lain spesialis, orang Instinct adalah seorang generalis sempurna. Sayangnya, terkadang terlihat plin-plan karena tidak menunjukkan konsistensi pada salah satu mesin kecerdasan.

Mesin kecerdasan ini adalah sesuatu yang sifatnya bawaan atau genetik, tetapi tidak diturunkan, atau non hereditary. Misalnya, Ayah dan Ibu sama-sama memiliki mesin kecerdasan Sensing, bisa saja  anaknya memiliki mesin kecerdasan Thinking, Feeling, Instinct, atau bahkan Intuiting yang kekuatannya berseberangan dengan Sensing. Kemudian, dalam model STIFIN, selain mesin kecerdasan, manusia juga bisa dilihat dari bakat alami kepribadiannya, yaitu apakah termasuk Introvert (i) ataupun extrovert (e). (i) dan (e) ini  ibaratnya kemudi (drive), sedangkan jenis kendaraannya adalah mesin kecerdasan. Ketika kemudi membawa mesin kecerdasanmu ke dalam, maka jadilah kamu seorang introvert.Ketika kemudi membawa mesin kecerdasanmu ke luar, maka jadilah kamu seorang extrovert. Keempat mesin kecerdasan (S, T, I, F) memiliki kemudi, introvert atau extrovert, sedangkan pada jenis kecerdasan In tidak memiliki kemudi. Hal ini karena secara biologis pada mid brain (otak tengah) dan hind brain (otak bawah) yang merupakan dominasi seorang Instinct, tidak terdapat heterogenitas sel. Dengan demikian terdapat delapan jenis kepribadian yang berasal dari empat mesin kecerdasan, ditambah satu mesin kecerdasan Instinct. Sehingga total ada sembilan kepribadian. Sembilan jenis kepribadian tersebut adalah Si, Se, Ti, Te, Ii,Ie, Fi, Fe, dan In.

Selanjutnya, saya akan sharing profil keseharian dari masing-masing mesin kecerdasan. Karena terlalu banyak, saya fokus pada penjelasan utama saja, tidak sampai ke introvert dan extrovertnya.

Sensing
Berpijak pada yang nyata dan actual, Mengolah informasi berdasarkan panca indera, Lebih berminat pada aplikasi praktis, Faktual dan memperhatikan detil, Menguraikan peristiwa secara urut, Orientasi pada masa kini, Menyerap gagasan  secara bertahap, Menyukai kesempatan untuk praktek, Mengandalkan pengalaman, Pola bicara yang jelas dan teratur, Pikiran yang terangkai – satu diikuti yang lainnya, Berpikir linear, menggunakan fakta dan contoh yang jelas, Menggunakan bahasa sebagai alat  komunikasi, Lebih memahami tubuhnya, Tertarik pada pekerjaan yang membutuhkan kepraktisan, Menyukai cerita non fiksi, Memasukan detail dan fakta, Mengingat masa lalu dengan akurat, Cenderung mendengar sampai lengkap, Langsung menuju sasaran.

Thinking
Lebih menggunakan pikiran, Memecahkan masalah secara logis, ‘Though minded’, Menggunakan hubungan sebab akibat, Melakukan analisa tanpa mempertimbangkan pribadi, Menghargai sesuatu yang masuk akal, Adil, keputusannya didasarkan pada kriteria yang obyektif, Dingin, menjaga jarak dengan orang lain, Tampak seperti tidak peka Berargumen dan berdebat sebagai panggilan kritis, Jarang  bertanya bila waktu tidak memungkinkan, Menunjukkan data, Memberikan pujian yang formal, Memiliki ketegasan menuntut hak, Menggunakan bahasa yang tidak pribadi, Percaya diri mengatasnamakan diri sendiri, Lebih kritis membenahi pekerjaan

Intuiting
Perhatiannya pada gambaran umum, Mengolah informasi berdasarkan intuisi, Lebih berminat pada pemahaman imaginative, Abstrak dan teoritis, Melihat pola & makna, Orientasi pada masa depan, Mulai dari mana saja, Menyukai kemungkinan untuk berdaya cipta, Mengandalkan inpirasi, Pola bicara beragam, menggunakan banyak kalimat perbandingan, Memiliki pikiran yang berputar namun terpola, Figuratif, menggunakan analogi dan metafora, Menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri sendiri, Memberi ruang, alternatif, dan tidak cepak menyimpulkan, Tertarik pada pekerjaan yang melibatkan  kreatifitas, Menyukai cerita fiksi, Berbicara hanya hal-hal besar dan strategis, Memiliki visi ke depan, Cenderung untuk menyelesaikan kalimat orang lain, Tampak intelek atau berkelas

Feeling
Lebih menggunakan perasaan, Ingin menyenangkan orang lain, Mencari keharmonisan, Ingin selalu memimpin, Petimbangannya berdasarkan kasih sayang, Menghargai perasaan orang lain, Mengambil keputusan dengan mempertimbangkan akibatnya terhadap orang lain, Hangat dan ramah kepada orang lain, Pandai berempati, Bekerjasama di komunitas sosial yang baik, Menghindari argumen, konflik dan konfrontasi, Perasaan mereka mudah sakit dan dendam, Memulai dengan pembicaraan kecil, Bertanya jika memungkinkan, Mampu menunjukkan kekaguman dan emosional, Kurang memiliki ketegasan menuntut hak, Menggunakan banyak kata-kata berharga, Sering menggunakan nama orang lain

Insting
Bereaksi secara spontan, Mengolah informasi menggunakan naluri, Lebih berminat memberikan kontribusi, Pragmatis namun memiliki insight, Mengingat hal-hal yang berkesan, Orientasi pada mencari kebahagiaan, Menyerap informasi secara generalis, Menyukai kesempatan untuk berperan serta, Mengandalkan pertimbangan holistic, Pola bicara yang pendek, ya dan tidak, Pikiran sederhana, polos, dan tidak aneh-aneh, Berpikir spontan dan ad hock, Menggunakan interaksi impersonal, Keterampilan serba-bisa, Menyukai pekerjaan sosial menolong orang, Tidak suka konflik, Traumatik dengan kejadian yang menyakitkan, Mudah beradaptasi, Menjadi hub penghubung untuk mendamaikan, Sangat to the point

Kembali ke profiling tadi, sebenarnya secara sederhana, saya ingin bilang kalo kita sedikit banyak memiliki insight dengan siapa kita berhadapan, tentu kita akan lebih bijak dalam bersikap atau mengatasi masalah. Misalnya, kita punya anggota tim yang sebagian besar orang Feeling, maka tentu saja pendekatan kita akan berbeda ketika kita menghadapi orang thinking. Gaya bekerja orang intuiting tentu akan melelahkan dihadapi orang sensing karena begitu acak dan lompat-lompat. 

Nah, sekian pemicu diskusinya, saya ada tambahan materi yang lebih aplikatif terkait STIFIN, tapi nanti akan saya coba tambahkan sambil menunggu pertanyaan atau respond dari teman-teman. Terima kasih sebelumnya, maaf kalo kepanjangan dan membuat hang hape, hehe. Nuhun.

Anyway, karena kita belajar, kerangka kita adlh slg mengisi, monggo jika tmn2 ad yg lbh paham dan bs memberikan input lbh feel free tto discuss.

SESI TANYA JAWAB

PERTANYAAN NANDA:
1. Afwan kak , kok dr penjelasan saya cenderung tdk masuk dlm satu kriteria tertentu ya , apakan itu krn saya blm menyadari kepribadian saya atau bgmn ?

2. Dlu sya prnah mengikutoi kelas psi ya diajarin ilmu diatas itu ttg introvet dkk... klo penjelasn diatas lbh menjabarkan dlm artian luas...

3. Kok setiap kriteria sy ada ya
Paling tidak salah satu ny
Klo smua ada td istilah ny insting y?
Tp terkadang insting sy jf tdk bermain dgn tpat


JAWAB USTADZ:
Berikut jwbn sy dr bbrp pertanyaan yg masuk:
1. Utk test akurat STIFIn, sepertinya infonya bs dicek di stifin.co.id . Utk testnya menggunakan finger print.

2. STIFIn itu basisnya brain dominance, artinya yg plg dominan, dgn demikian bukan berarti bagian otak lain tidak bekerja, hehe. Mksdnya adalah tentu sj kalo qt perhatikan ad bbrp karakteristik dr kepribadian lain yg mirip, dan ini wajar. Tapi kalo qt mau look in lbh detail (selain test), qt akan menemukan karakter kita ada dimana.

3. Mengenai insting, kenapa disebut generalis, krn pd dasarnya tipikal ini disebut helper, krn serba bisa istilahnya. Sy ambil cth istri sy, istri sy orang insting. Relatif punya banyak kebisaan: bisa main bbrp alat musik, kuat juga di masalah angka, dll. Tapi ya itu dia, sangat keliatan plin plan or moody krn tipe generalis itu td. Mengenai naluri yg sering tidak tepat, ini sepertinya tdk bs jd patokan, hanya sj memang kalo dr bukti di lapangan scr empiris, orang2 insting punya naluri yg lbh tajam dibandingkan tipe yg lain

4. Kalo masih blm menemukan tipe yg mana, wajar sih. Sy juga awalnya gak nyadar kalo sy thinking, tp seiring berjalannya waktu dan jg setelah test, dan look in lbh dalam, sy akhirnya nyadar sy thinking banget. Nah, agaknya betul peribahasa yg bilang, mengenal diri itu kunci keberhasilan dlm hidup, krn kalo kita tau tipe mana, kita akan menemukan cara tercepat utk memaksimalkan kekuatan kita.

5. Secara garis besar, orang2 dominan otak kiri lbh analitis dan sistematis, sementara org2 otak kanan lbh imajinatif, abstrak. Misalnya org feeling, kuat di interpersonal skill tapi mgkn lemah dlm hal analisa dan struktur. Makanya orang tipe feeling cocok bekerja di area yg berhubungan dgn orang. Orang intuiting sangat imajinatif, kadangkala kita bingung krn seringkali loncat2 idenya, kadangkala saking banyaknya ide jd bingung sendiri. Visi orang intuiting besar, tp krn itu dia relatif agak antisosial (gak ekstrem), krn jarang org2 di sekitarnya memahami alur berpikirnya.

Oya, seperti janji sy, sy akan memberikan materi tambahan terkait aplikasi praktis STIFin dilapangan:

- Cara Bekerja:
Sensing: bekerja secara teratur
Thinking: bekerja mandiri
Intuiting: bekerja variatif
Feeling: bekerja bersama
Insting: bekerja spontan

- Terbiasa:
Sensing: efisien
Thinking: efektif
Intuiting: solutif
Feeling: persuasif
Insting: responsif

- Pandai dalam hal:
Sensing: ketelitian kerja
Thinking: mengejar akurasi
Intuiting: mencipta produk
Feeling: membangun kerjasama
Insting: lebih taktis

- Orientasi kerja:
Sensing: benda, konkrit
Thinking: proses, sistem
Feeling: orang, hubungan
Intuiting: ide, kreativitas
Insting: peran, pelibatan

- Kunci Sukses:
Sensing: meningkatkan skala dan waktu
Thinking: mengefektifkan sistem
Intuiting: kapitalisasi aset
Feeling: menempa orang
Insting: memperlancar keadaan


PENUTUP
Doa Kafaratul Majelis

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!