Home » » TAFSIR QS. AL-FATIHAH

TAFSIR QS. AL-FATIHAH

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, November 18, 2014

Kajian Online WA Hamba  اللَّهِ SWT (HA 19 & 20 UMMI)

Hari / Tanggal : Senin, 17 November 2014
Nara Sumber : Ustadz Faruuq Tri Fauzi, M.Pd.I
Judul Kajian: Tafsir Surat Al Fatihah
Notulen: Umi dan Rahmi
Editor : Ana Trienta

Assalaamu'alaikum wr wb Bunda semua.
PELAJARAN TAFSIR PERTEMUAN KE-6 TAFSIR QS. AL-FATIHAH
Oleh: Faruuq Tri Fauzi, M.Pd.I

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Pertama, arti secara bahasa. Ayat ini juga disebut dengan ayat hamdalah (bacaan hamdalah).

الْحَمْدُ = Artinya adalah: Pujian itu (segala puji)
لِلَّهِ = ل + الله Artinya adalah: untuk/ milik Alloh swt
رَبِّ = Artinya adalah: Tuhan/ Pencipta & Pengatur
الْعَالَمِينَ = Artinya adalah: Alam semesta

Secara singkat ayat ini bermakna: Segala puji hanya lah milik Alloh swt, Tuhan sekalian alam (Tuhan semesta alam).

Kedua, Makna secara umum adalah:
Di dalam ayat ini tidak jelaskan di mana saja (keterangan tempat) dan kapan saja (keterangan waktu), pujian itu menjadi milik Alloh swt. Di ayat lain, Alloh swt menjelaskan tentang keterangan tempat dan keterangan waktunya.

Pujian itu adalah milik Alloh swt di seluruh langit dan bumi. Dan hanya Alloh swt saja yang berhak di puji di seluruh langit dan di bumi ini. Ini seperti firman-Nya berikut ini.


وَلَهُ الْحَمْدُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ... (30: 18)

Artinya: “Dan hanya bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi...” (ar-Rum/ 30: 18)


Dan pujian itu adalah milik Alloh swt sejak di dunia dan sampai di akhirat. Dan hanya Alloh swt saja yang berhak ketika makhluk berada di dunia dan ketika berada di akhirat. Ini seperti firman-Nya berikut ini.

وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَى وَالْآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28: 70)

Artinya: “Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan[1135].” (al-Qoshoh/ 28: 70)

[1135]  Maksudnya: Allah sendirilah yang menentukan segala sesuatu dan ketentuan-ketentuan itu pasti berlaku dan Dia pulalah yang mempunyai kekuasaan yang mutlak.

Huruf alif-lam (al) dalam kata “al-hamdu” mempunyai makna umum. Maksudnya segala hal, yang itu  adalah termasuk pujian, maka itu termasuk ke dalam cakupan kata “al-hamdu” ini. Itu artinya segala macam, jenis, dan bentuk pujian itu, semuanya, hanyalah milik Alloh swt. Terlebih lagi di dalam ayat yang lain, Alloh swt menjelaskan bahwa pujian itu milik Alloh swt di seluruh langit dan bumi (adakah tempat di luar dua tempat itu?) dan pujian itu milik Alloh swt sejak di dunia dan di akhirat (adakah waktu bagi makhluk di luar waktu itu?). Itu semua menunjukkan bahwa pujian itu, seluruhnya dan selamanya hanyalah milik Alloh swt. Selain Alloh swt tidak ada yang berhak dipuji. Selain Alloh itu, hanya boleh dipuji jika pujian itu sebelumnya telah disandarkan terlebih dahulu kepada Alloh swt. Misalnya: “Alhamdulillah (segala puji milik Alloh swt), atas keberhasilanmu.” Atau kalimat: “masya-Alloh (apa yang Alloh swt kehendaki, pasti terjadi), kamu hebat.”

Kita tidak boleh mengatakan langsung: “Kamu berhasil, hebat kamu.” Atau kalimat “hebat kamu”. Kalimat seperti ini tidak boleh dikatakan, karena tidak disandarkan kepada Alloh swt. Jika dengan sengaja kita mengatakan demikian, maka sesungguhnya kita telah berdosa, karena menyalahi kenyataan yang ada (bahwa pujian itu hanya milik Alloh swt dan bukan milik yang lain) dan sekaligus menyalahi perintah Alloh swt atas ayat di atas.

Di dalam ayat ini, Alloh swt memuji diri-Nya sendiri. Ini sah dan boleh, karena memang hanya Alloh swt sajalah Tuhan, Penguasa, Pemilik semua makhluk, di dunia dan di akhirat. Pujian Alloh swt atas diri-Nya sendiri ini, mengandung makna perintah kepada makhluk-Nya. Artinya setiap makhluk-Nya, khususnya manusia, diperintahkan untuk hanya memuji Alloh swt dan dilarang memuji selain Alloh swt. (Lihat tafsir Adhwa’ul-Bayan, karya Muhammad as-Sinqithi).

Di dalam ayat ini, juga belum dijelaskan makna tentang “Robb al-‘Alamin” (Tuhan semesta alam). Di ayat yang lain, Alloh swt menjelaskan makna dari “Robb al-‘Alamin” ini. Yaitu Tuhan seluruh langit dan bumi dan semua apa yang ada di antara keduanya. Alloh swt berfirman:

قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23) قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (26: 23-24

Artinya: “Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?" Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya". (Asy-Syu’aro`/ 26: 23-24).

Sebagian ulama berkata bahwa asal kata (الْعَالَم) adalah (الْعَلَامَةُ) yang artinya adalah tanda/ alamat. Ini bermakna bahwa keberadaan alam ini adalah alamat atau tanda akan adanya Sang Pencipta alam tersebut. Sang Pencipta yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan kemuliaan. Dan kata (الْعَالَمِينَ) adalah bentuk jama’/ plural dari kata (الْعَالَم). Pemahaman ini diantaranya dilandasi atas firman Alloh swt berikut ini.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ3: 190

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (Akan ke-Esa-an Sang Pencipta) bagi orang-orang yang berakal”. (Ali ‘Imron/ 3: 190).

Dalam bahasa arab, arti secara bahasa dari kata (الْعَالَم) adalah (الْعَلَامَةُ) yang arti dalam bahasa Indonesianya adalah “tanda (keberadaan atau lainnya)”.

Ketiga, kesimpulan.
ayat ini (bacaan hamdalah) menjelaskan kepada kita bahwa sesungguhnya segala pujian itu, hanyalah milik Alloh swt Tuhan semesta alam. Kenapa demikian, karena memang pujian itu hanya pantas dimiliki oleh Yang Berjaza/ memberi manfaat. Dan tidak ada yang lebih berjasa atau lebih memberi manfaat di alam semesta ini, dibandingkan dengan Sang Pencipta dan Pengaturnya, yakni Alloh swt. Karena itu, pujian itu hanya boleh diberikan kepada Alloh swt, Dzat Sang Pencipta, Pemilik, Pemberi rezeki, dan Pengatur alam semesta ini. Ayat ini juga mengandung makna perintah kepada alam, khususnya kepada jin dan manusia yang ditugasi menyembah hanya kepada Sang Pencipta alam, Alloh swt. Oleh karena itu, kita harus membiasakan membaca ayat ini (hamdalah) di setiap keadaan kita. Kita diperintahkan membaca ini di waktu senang dan susah, di waktu sehat dan sakit, di waktu senggang dan sempit. Di semua keadaan itu,dan di semua keadaan yang lain, kita diperbolehkan bahkan diperintahkan (disunnahkan) untuk membacanya. Membacanya boleh secara lisan dan boleh juga secara perasaan di hati (jika tidak memungkinkan, seperti ketika berada di dalam toilet dsb). Allohu a’lam.

Referensi:
Al-Qur’an.
al-Jazairi, Jabir Bin Musa Bin ‘Abdul Qodir Bin Jabir Bin Abu Bakar. “Aisar At-Tafasir Li Kalam al-‘Ali al-Kabir”.
As-Sinqithi, Muhammad al-Amin Bin Muhammad al-Mukhtar Bin ‘Abdul Qodir. “Adhwa’u al-Bayan fi Idhohi al-Qur’an bil-Qur’an”.

Pertanyaan HA 19
1. Assalamu'alaikum  ustad, afwan saya mau tanya kalau misalkan kita baca surat al fatihah salah satu hurufnya salah bisa salah arti misalkan:
الحمدو الله رب العلمين = "Segala puji bagi Alloh Tuhan semesta Alam.."
Dalam kata العلمين

Kalau salah membacanya misalkan ع dibaca ا menjadi berubah maknanya menjadi " Segala puji bagi Alloh dari segala sumber penyakit" naudzubillah ustad...bener ga Ustadz..
Jawab
Benar itu. Karena itu, hendaklah kita belajar sungguh-sungguh dalam tajwid. Salah baca makhroj, bisa beda arti. Demikian juga salah harokat, atau panjang pendeknya, juga bisa memengaruhi artinya. Karena itu kita harus terus belajar. Adapun setelah berusaha tapi masih belum sempurna, semoga Alloh swt berkenan mengampuni kita semua. Aamiin.

2. Ustadz, mengapa surah al fatihah disebut sebagai ummul Qur'an (ibu/induk al Qur'an), mengapa kok tidak surah-surah lainnya?
#bagaimana jika bacaan al fatiha kita kurang sempurna melafalkannya dalam sholat, apakah sholat kita batal?
Jazakallah khaiir ustadz
Jawab
Pendahuluan
A. Nama-nama Surat al-Fatihah
> Al-Fatihah dan Fatihatul Kitab. (فاتحة الكتاب)
Ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw berikut ini.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ » البخاري ومسلم

Rosulullah saw bersabda: Tidak ada sholat (tidak sholat) bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (QS.Al-Fatihah) (HR. Bukhori, Muslim dll)

> Ummul Kitab (أم الكتاب)
Ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw berikut ini.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِى ». (أبو داود)

Rosulullah saw bersabda: ayat “Al-hamdulillah Robbil ‘Alamin (QS.Al-Fatihah) adalah Ummul Qur’an (Induknya al-Qur’an), Ummul Kitab (Induknya Kitab Suci), dan tujuh (ayat) yang diulang-ulang. (HR. Abu Daud)

Dan sabda beliau yang lain

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « أُمُّ الْقُرْآنِ هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ » (البخاري)

Rosulullah saw bersabda: Ummul Qur’an (Induknya al-Qur’an), adalah tujuh (ayat) yang diulang-ulang dan (termasuk) al-Qur’an yang agung itu sendiri. (HR. Bukhori)

> Ummul Qur’an (أم القرآن)
Ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Bukhori dan Muslim di atas.

> As-Sab’ul Matsani (السبع المثاني)
Ini juga sama, yakni sesuai dengan sabda Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Bukhori dan Muslim di atas.

> Surotush-Sholah (سورة الصلاة)
Ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw berikut ini.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِىَ خِدَاجٌ - ثَلاَثًا - غَيْرُ تَمَامٍ ». فَقِيلَ لأَبِى هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الإِمَامِ. فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِى نَفْسِكَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِى عَبْدِى وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ). قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى. وَإِذَا قَالَ (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ). قَالَ مَجَّدَنِى عَبْدِى - وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَىَّ عَبْدِى - فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ). قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ. فَإِذَا قَالَ (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ). قَالَ هَذَا لِعَبْدِى وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ » (مسلم)

Dari Abu Huroiroh, dari Rosulullah saw, beliau bersabda: Barang siapa sholat, dan tidak membaca Ummul Kitab (di dalamnya), maka gugur sholatnya. Lalu ditanyakan kepada Abu huroiroh: “Kami sholat di belakang imam (menjadi makmum), (bagaimana kami membacanya, padahal kami dilarang membaca ketika imam membaca?) Maka Abu Huroiroh berkata: Bacalah di dalam batinmu, karena sesungguhnya Rosulullah saw bersabda (meriwayatkan dari Tuhannya),: Alloh swt berfirman: “Aku membagi Sholat (Surat al-Fatihah) antara diriku dan hamba-Ku menjadi dua bagian (separuh-separuh), dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta (dikabulkan permintaanya). Apabila hamba-Ku berkata: ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) Segala puji hanya milik Alloh swt, Tuhan semesta alam. Alloh swt berfirman: “Hamba-Ku telah memujiku”. Apabila hamba-Ku berkata: “(الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) (Tuhan) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Alloh swt berfirman: “Hamba-Ku telah menyanjungku”. Apabila hamba-Ku berkata: “(مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ) Pemilik/ Raja hari pembalasan”. Alloh swt berfirman: “Hamba-Ku telah memuliakan/mengagungkanku”. Dan Alloh swt juga berfirman lagi: “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku (dan Aku akan menolongnya). Apabila hamba-Ku berkata: “(إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) Hanya kepada-Mu, ya Alloh, kami menyembah dan Hanya kepada-Mu, ya Alloh, kami meminta pertolongan”. Ini adalah perjanjian antara diri-Ku dan hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang diminta olehnya. Apabila hamba-Ku berkata: (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ )  “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Yakni jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat dan bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat”. Ini adalah untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang diminta olehnya. (HR. Muslim).

> Surotur-Ruqyah (سورة الرقية)
Ini berdasarkan hadits dari Rosulullah saw berikut ini.

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ - رضى الله عنه - قَالَ انْطَلَقَ نَفَرٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فِى سَفْرَةٍ سَافَرُوهَا حَتَّى نَزَلُوا عَلَى حَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ ، فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمْ ، فَلُدِغَ سَيِّدُ ذَلِكَ الْحَىِّ ، فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَىْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ شَىْءٌ ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ الَّذِينَ نَزَلُوا لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَىْءٌ ، فَأَتَوْهُمْ ، فَقَالُوا يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ ، إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ ، وَسَعَيْنَا لَهُ بِكُلِّ شَىْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ ، فَهَلْ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْكُمْ مِنْ شَىْءٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ نَعَمْ وَاللَّهِ إِنِّى لأَرْقِى ، وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَقَدِ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضِيِّفُونَا، فَمَا أَنَا بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلاً . فَصَالَحُوهُمْ عَلَى قَطِيعٍ مِنَ الْغَنَمِ، فَانْطَلَقَ يَتْفِلُ عَلَيْهِ وَيَقْرَأُ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) فَكَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ، فَانْطَلَقَ يَمْشِى وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ ، قَالَ فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِى صَالَحُوهُمْ عَلَيْهِ، فَقَالَ بَعْضُهُمُ اقْسِمُوا . فَقَالَ الَّذِى رَقَى لاَ تَفْعَلُوا ، حَتَّى نَأْتِىَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - فَنَذْكُرَ لَهُ الَّذِى كَانَ ، فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا . فَقَدِمُوا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَذَكَرُوا لَهُ ، فَقَالَ « وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ - ثُمَّ قَالَ - قَدْ أَصَبْتُمُ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِى مَعَكُمْ سَهْمًا » . فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم (البخاري)

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra beliau berkata: sebagian para sahabat Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan hingga (pada malam hari) mereka tiba di suatu tempat yang menjadi daerah kekuasaan suatu suku arab. para sahabat meminta para penduduk untuk memperlakukan mereka sebagai tamu, tetapi mereka menolak. kepala suku arab itu digigit seekor ular berbisa dan orang-orang dari suku itu berusaha mengobatinya tetapi sia-sia. mereka berkata (satu sama lain), "tidak ada yang dapat mengobatinya, pergilah kamu menemui orang-orang yang tinggal di daerah ini malam ini, mungkin mereka memiliki obat penawar racun". beberapa orang menemui para sahabat Nabi Muhammad Saw dan berkata, " wahai kafilah, pemimpin kami digigit ular berbisa. kami telah berusaha mengobatinya semampu kami, tetapi sia-sia. apakah kalian memiliki obatnya?" salah seorang dari sahabat berkata, "ya, demi Allah. aku akan membca ruqyah untuknya, tetapi karena kami telah ditolak menjadi tamu kalian. aku tidak dapat membacakan ruqyah kecuali apabila kalian memberi kami upah untuk itu". mereka setuju membayar dengan sejumlah biri-biri. kemudian salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw pergi (ke tempat mereka) dan membaca : Alhamdulillah Rabbal alamin, dan meniup tubuh si kepala suku yang seketika tampak sehat kembali, seakan-akan telah terbebas dari semacam ikatan, lalu bangun dan mulai berjalan, tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan. mereka pun membayar dengan upah yang telah disepakati sebelumnya. sebagian dari mereka (para sahabat Nabi Muhammad Saw) menyarankan agar mereka membagi rata upah itu. tetapi salah seorang dari mereka menolak dan berkata, "jangan dahulu dibagikan sebelum kita bertemu dengan Rasulullah Saw untuk menceritakan apa yang telah kita alami, dan menunggu perintahnya". maka mereka pun pergi menemui Rasulullah Saw. setelah mendengar seluruh cerita mereka, Rasulullah Saw bersabda, "bagaimana kamu tahu surah Al Fatihah adalah ruqyah (dapat dibacakan sebagai ruqyah)?" kemudian Nabi Muhammad Saw menambahkan, "apa yang telah kalian lakukan benar. bagi rata upah kalian. dan berilah aku bagian". sambil mengatakan hal itu Rasulullah Saw tertawa. (HR. Bukhori).
Itulah sebagian nama-nama Surat al-Fatihah yang bersumber dari dalil yang memenuhi syarat untuk diterima.

B. Keutamaan Surat al-Fatihah
Sungguh telah banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan Surat al-Fatihah ini. Di antara keutamaan-keutamaan tersebut, ini adalah beberapa keutamaan yang terbesar.

Sesungguhnya Surat al-Fatihah adalah surat yang paling agung dari surat-surat yang lain. Meskipun demikian, tetap harus kita ketahui bahwa setiap ayat dalam al-Qur’an adalah agung. Hanya saja, dari dalil yang ada, dari semua ayat yang agung itu, Surat al-Fatihah adalah surat yang paling agung. Ini berdasarkan sabda Rosulullah saw:

عَنْ أَبِى سَعِيدِ بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ كُنْتُ أُصَلِّى فِى الْمَسْجِدِ فَدَعَانِى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَلَمْ أُجِبْهُ ، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ أُصَلِّى . فَقَالَ « أَلَمْ يَقُلِ اللَّهُ ( اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ ) ثُمَّ قَالَ لِى لأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِىَ أَعْظَمُ السُّوَرِ فِى الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ » . ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِى ، فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ قُلْتُ لَهُ أَلَمْ تَقُلْ « لأُعَلِّمَنَّكَ سُورَةً هِىَ أَعْظَمُ سُورَةٍ فِى الْقُرْآنِ » . قَالَ « ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) هِىَ السَّبْعُ الْمَثَانِى وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِى أُوتِيتُهُ » (البخاري)

Abu Sa'id bin al-Muallat, katanya, "Aku pernah mengerjakan salat, lalu Rasulullah saw memanggilku, tetapi aku tidak menjawabnya, hingga aku menyelesaikan salat. Setelah itu, aku mendatangi beliau, maka beliau pun bertanya, 'Apa yang menghalangimu datang kepadaku?' Maka aku menjawab, 'Ya Rasulullah, sesungguhnya aku tadi sedang mengerjakan salat'. Lalu beliau bersabda, 'Bukankah Allah Ta'ala telah berfirman, 'Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyerumu kepada yang memberi kehidupan kepadamu'. ( Al-Anfal: 24). Dan, setelah itu beliau bersabda, 'Akan aku ajarkan kepadamu suatu surat yang paling agung di dalam Alquran sebelum engkau keluar dari masjid ini'. Maka, beliau pun menggandeng tanganku. Dan, ketika beliau hendak keluar dari masjid, aku katakan, 'Ya Rasulullah, engkau tadi telah berkata akan mengajarkan kepadaku surat yang paling agung di dalam Alquran'. Kemudian beliau menjawab, 'Benar', "Al hamdulillahi rabbil 'alamin", ia adalah as-Sab'ul Matsani dan Alquran al-Azhim yang telah diturunkan kepadaku."

Tidak ada surat yang sepadan dengan surat al-Fatihah. Ini berdasarkan sabda Rosulullah saw: Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Ubay bin Ka'b radiyallahu 'anhu membaca surah Al-Fatihah, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا أُنْزِلَ فِي التَّوْرَاةِ، وَلَا فِي الْإِنْجِيلِ، وَلَا فِي الزَّبُورِ، وَلَا فِي الْفُرْقَانِ مِثْلُهَا، إِنَّهَا السَّبْعُ الْمَثَانِي، وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُعْطِيتُ " (أحمد)

"Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, tidak diturunkan dalam kitab Taurat, tidak pula Injil, tidak pula Zabur, dan tidak pula dalam Al-Furqaan surah yang sepertinya, dia adalah tujuh ayat yang diulang-ulang, dan Al-Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku". (Musnad Ahmad: Sahih)

Surat al-Fatihah adalah cahaya
Ini berdasarkan sabda Rosulullah saw:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَعِنْدَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ إِذْ سَمِعَ نَقِيضًا فَوْقَهُ فَرَفَعَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ هَذَا بَابٌ قَدْ فُتِحَ مِنَ السَّمَاءِ مَا فُتِحَ قَطُّ. قَالَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَبْشِرْ بِنُورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِىٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ لَمْ تَقْرَأْ حَرْفًا مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيتَهُ

Dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata: Ketika Jibril 'alaihissalam duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ia mendengar suara dari atas lalu mengangkat kepalanya dan berkata: “Ini adalah suara pintu langit yang dibuka hari ini dan tidak akan dibuka selamanya kecuali hari ini”. Kemudian turun malaikat, lalu Jibril berkata: “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi dan tidak akan turun kecuali hari ini!”. Lalu malaikat itu memberi salam dan berkata: “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu yang tidak diberikan kepada nabi sebelum kamu: Surah Al-Fatihah dan penutup (akhir) surah Al-Baqarah, kamu tidak membacanya kecuali engkau akan diberi (atas do'a yang terkandung dalam ayat-ayatnya)”. (Sahih Muslim)

Surat al-Fatihah adalah do’a ruqyah (minta kesembuhan), terapi dan obat bagi penyakit fisik dan non fisik. Ini berdasarkan sabda Rosulullah saw yang telah dijelaskan sebelumnya
Itu adalah di antara keutamaan Surat al-Fatihah. Di samping itu, masih ada beberapa keutamaan lain yang tidak disebutkan di sini.
Demikian, semoga bermanfaat. Amin.
Referensi:
Al-Qur’an
Shohih Bukhori
Shohih Muslim
Musnad Ahmad
Kitab Tafsir al-Maudhu’i li Suwari al-Qur’an al-Karim, karya Prof. DR. Musthofa Muslim dkk. Cetakan Pertama, tahun 2010, Sarqah: Penerbit Universitas Sarqah. Jilid 1.

Pertanyaan HA 20
1. Saya sering memuji anak, jika anak melakukan sesuatu yang baik, tapi tidak didahulukan dengan ucapan subhanallah atau masya Allah atau alhamdulillah ustad? jadi gimana? saya baru mengerti setelah melihat penjelasan ustad di atas? syukron
Jawab:
Lanjutkan kebiasaan memuji anak tatkala mereka berbuat baik, tapi sempurna kan caranya,  sehingga diridhoi oleh Alloh swt, dan anak tetap merasakan kasih sayang orang tuanya. Bahkan, setelah perbaikan ini, anak kita juga akan lebih disayangi oleh Alloh swt. Insya Alloh. Cara memberi pujian motivasi yang benar diantaranya adalah:
"Masya-Alloh, pintar nya anakku.". Masya-Alloh, bagusnya anakku". Dsb.
Kalau ingin menyampaikan berita bagus, atas keberhasilan kita kepada keluarga atau orang lain, dahulukan dengan hamdalah. Misalnya :
Alhamdulillah hari ini abah/ abi berhasil menjual dagangan kita sekitar 50%. Dst.
Bagi orang yang belum tahu, terkadang Alloh swt memaafkan kesalahan itu. Tapi bagi orang yang sudah tahu, Alloh swt, biasanya segera menegur kita, ketika salah mengucapkan sesuatu, atau salah menyikapi sesuatu. Ini, jika Alloh swt masih sayang kepada kita. Jika Alloh swt sudah tidak sayang kepada kita (karena ada niat sejak awal untuk meremehkan ketentuan dari Alloh sw , maka dibiarkan saja kita melakukan kesalahan itu, sehingga terus meningkat volume nya, dan sampai pada batas yang kita terkategori melampaui batas, maka Alloh swt langsung mengazab orang tersebut di dunia, sebelum nantinya mereka juga diazab di akhirat. Na'udzu billahi min dzalik.
Perhatikan diantara contoh orang yang dengan sengaja meremehkan ketentuan Alloh swt, sampai akhirnya dia mengagumi diridhoi nya sendiri, dan mengesampingkan Kenyataan bahwa kesuksesan nya adalah karunia Alloh swt, akhirnya orang ini diazab di dunia dan tentu nya juga diazab di akhirat, karena dia diabadikan di dalam al-Qur'an sebagai contoh manusia yang jahat.
Surah Al-Kahf

وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا

Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. 

Surah Al-Kahf, Verse 33:

كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِم مِّنْهُ شَيْئًا وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا

Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,

Surah Al-Kahf, Verse 34:

وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا

dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"

Surah Al-Kahf, Verse 35:

وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَن تَبِيدَ هَٰذِهِ أَبَدًا

Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,

Surah Al-Kahf, Verse 36:

وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنقَلَبًا

dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu".

Surah Al-Kahf, Verse 37:

قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا

Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya -- sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?

Surah Al-Kahf, Verse 38:

لَّٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا

Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.

Surah Al-Kahf, Verse 39:

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ إِن تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنكَ مَالًا وَوَلَدًا

Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu "maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,

Surah Al-Kahf, Verse 40:

فَعَسَىٰ رَبِّي أَن يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا

maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin;

Surah Al-Kahf, Verse 41:

أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَن تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا

atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi".

Surah Al-Kahf, Verse 42:

وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا

Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". 

Perhatikan kisah di atas. Kita dapati bahwa orang yang diazab tersebut memiliki sifat kufur, tidak mengakui bahwa kesuksesan nya adalah bagian karunia dan kemurahan Alloh swt atas nya. Dia malah menganggap bahwa kesuksesan nya adalah karena usahanya. Dan karena itu, dia memuji dirinya sendiri dan tidak mengakui andil Alloh swt. Bentuk ketidak mauan nya itu, ternyata adalah dia tidak mau mengucapkan Masya-Alloh. Dia tidak mau mengucapkan ini, adalah bentuk aksi nyata pengingkaran nya atas andil Alloh swt, karena itu dia disiksa oleh Alloh swt di dunia ini, dan tentu nya juga di akhirat (jika dia terlambat  bertaubat).

Tidak mengucapkan Masya-Alloh yang dilandasi pengingkaran kepada andil Alloh swt, begitu berat siksaannya, maka meskipun tidak dilandasi pengingkaran, mengabaikan mengucapkan kalimat tersebut juga berbahaya. Minimal dikhawatirkan akan diambil sebagian karunia Alloh swt, atas kita, karena tidak mengucapkan itu, minimal menjadi bukti bahwa kita kurang bersyukur kepada Alloh swt.

Dan pengalaman pribadi keluarga kami, jika kami mendapatkan suatu kemudahan, atau karunia, atau nikmat dari Alloh swt, lalu lupa mengucapkan alhamdulillah atau sejenisnya, maka tidak lama kemudian karunia itu lenyap, atau minimal berkurang fungsinya.. Dan bahkan, sering juga kami merasakan, ketika ada suatu hal di dalam keluarga kami, yang membuat orang lain takjub, kemudian memuji nya, atau sebatas memandang takjub dan orang tersebut tidak menyertai nya dengan memuji Alloh swt, jika kami pun lengah mengucapkan alhamdulillah atau masya Alloh, karunia tersebut seringkali juga hilang dari kita atau berkurang fungsinya.

Karena itu, kami selalu membiasakan diri mengucapkan pujian kepada Alloh swt, berharap dapat pahala dari Alloh swt dan berharap agar nikmat Alloh swt kepada kami tidak dicabut, tdan mudah mudahan malah bertambah Semoga Alloh swt mengampuni semua kesalahan dan dosa kita. Amin.

2. Mengucapkan Alhamdulillah juga adalah rasa syukur kita kepada Allah atas rahmat, karunia dan rezeki yang diberikanNya kepada kita? Tetapi kalau dalam sakit, susah mapun sempit kenapa kita harus mengucapkan hamdalah juga, mungkin lebih tepat istighfar karena semua itu kita dapat mungkin disebabkan dosa-dosa kita kepada Allah. Mohon penjelasannya ustadz
Jawab
Sebelum nya perlu diketahui, bahwa dalam rangka  bersyukur, kita tidak cukup hanya mengucapkan hamdalah (dan bersikap yang mencerminkan hamdalah itu), tapi kita juga harus beristighfar (memohon) ampun kepada Alloh swt (dan bersikap yang mencerminkan istighfar tersebut. Kenapa? Karena sesungguhnya, jika mau jujur, sebenarnya kita belum pantas mendapatkan karunia itu, jika dibandingkan usaha kita dalam meraih nya. Karunia itu, kita terima, lebih dikarenakan kemurahan Alloh swt atas kita, dan bukan karena usaha kita. Ini bahkan berlaku kepada Rosulullah saw yang usahanya dalam meraih kebahagiaan di akhirat dan di dunia, tidak diragukan lagi, tapi ternyata apa yang diterima olehnya adalah lebih dikarenakan karunia Alloh swt atas nya. Jika Rosulullah saw dianggap demikian, bagaimana dengan kita, yang jelas kualitas imannya, takwa, dan Syukur nya lebih rendah dari nya? Maka kita lebih butuh lagi istighfar tersebut. Perhatikan firman Alloh swt berikut ini. Surah An-Nasr, Verse 1:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,

Surah An-Nasr, Verse 2:

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,

Surah An-Nasr, Verse 3:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Itu tentang sikap kita terhadap nikmat Alloh swt. Yaitu kita harus memuji Alloh swt dan memohon ampun kepada Nya (dan bersikap yang mencerminkan kedua hal tersebut).

Ada pun dalam menghadapi penderitaan, memang kita harus beristighfar, tapi ini saja tidak cukup. Di samping istighfar, kita juga harus memuji Alloh swt. Perhatikan penjelasan nya ini.
Kita harus beristighfar, karena sebab terjadinya takdir buruk tersebut, adalah semata karena dosa dan kesalahan kita. Karena itu, kita harus beristighfar, berharap Alloh swt mengampuni dosa tersebut, sehingga nanti di akhirat tidak disiksa karenanya, dan berharap semoga Alloh swt segera mengganti takdir buruk tersebut dengan takdir baik.

Di samping istighfar itu, kita juga harus memuji Alloh swt. Kenapa? Karena sesungguhnya, umumnya takdir buruk itu adalah akibat ulah kita yang salah dan maksiat. Hanya sedikit saja takdir buruk yang bukan karena ulah kita, tetapi karena memang Alloh swt ingin menguji kita, dalam rangka meningkatkan kualitas iman kita. Dikarenakan umumnya takdir buruk itu adalah akibat dosa dan kesalahan kita, maka ini yang harus menjadi pikiran pertama, ketika kita ditimpa takdir buruk.

Selanjutnya, jika mau dibuat adil, seharusnya takdir buruk yang kita terima itu lebih buruk dari itu, karena tidak pantas sama sekali bagi kita untuk bermaksiat kepada Alloh swt, walaupun sangat kecil, apalagi, sebagian kita ada yang jelas jelas bermasiat dan melakukan dosa besar, maka lebih berat lagi. Hanya saja, dikarenakan Alloh swt maha pemurah, maka ditahan sebagian akibat dosa kita itu di dunia, sedangkan untuk di akhirat, akan tetap dimintai pertanggungjawaban, kecuali kita beetaubat dan Alloh swt mengampuni kita. Jika Alloh swt tidak menahan sebagiannya, tentunya kita akan lebih sengsara lagi di dunia ini, sebelum nantinya di akhirat juga harus mempertanggungjawabkan dosa kita. Na'udzu billahi min dzalik.

Untuk lebih memahami perkara ini, perhatikan firman Alloh swt berikut.

Surah An-Nisa, Verse 79:

مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Dari ayat itu, kita tahu bahwa kita harus memohon ampun (istighfar ) kepada Alloh swt, setelah membaca inna lillahi,  ketika mendapatkan takdir buruk.
Dan perhatikan ayat ini.
Surah Ash-Shura, Verse 30:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Dari ayat itu, kita tahu bahwa di samping kita harus memohon ampun (istighfar ) kepada Alloh swt, kita juga harus memuji Alloh swt,  ketika mendapatkan takdir buruk. Ini karena sebenarnya apa yang ditimpakan kepada kita masih lebih ringan dari yang seharusnya ditimpakan, jika Alloh swt tidak menahannya. Karena itu, dalam hal ini, kita juga harus memuji Alloh swt.
Kesimpulan nya, ketika mendapatkan kenikmatan, kita harus memuji Alloh swt dan beristighfar, dan ketika mendapatkan takdir buruk, kita harus beristighfar kepada Alloh swt dan memuji Nya.

3. Kita tahu seyogyanya mengucapkan hamdalah pada semua keadaan kita tapi kenyataanya pd prakteknya sulit utk ucapkan hamdalah pada kondisi susah, sedih, sakit..bagaimana caranya agar lisan dan hati bisa melafadzkan hamdalah dalam semuaae kondisi ustadz?
Jawab:
Caranya, pertama: kita memohon kepada Alloh swt agar Alloh swt menolong kita dalam menyembah Nya setiap saat seperti perintah Nya. Kedua, kita berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan Amal sholih tersebut, dengan cara melakukan latihan secara bertahap, sampai akhirnya semakin meningkat amal sholih kita dan semakin Ikhlas hati kita, dengan izin Alloh swt. Ketiga, segera beetaubat dan kembali ke jalan yang benar jika suatu saat mulai menyimpang atau melenceng. Dan segera mengganti perbuatan buruk itu dengan perbuatan baik yang minimal sama berat nya atau lebih berat dari nya.

4. Ustad,, berarti takdir buruk seseorang bisa driubah berkat istiqfar ya ustad
Jawab:
Afwan pertanyaan no.4 tidak bisa saya jabarkan. Intinya tidak ada yang dapat mengubah takdir, kecuali Alloh swt sendiri,  hanya saja kita boleh berdoa dan memohon kepada Alloh swt,  agar Alloh swt mengubah takdir buruk atas kita menjadi takdir baik. Jika dikabulkan oleh Alloh swt, tentu akan berubah takdir buruk tersebut, jika Alloh swt tidak mengabulkan nya, maka sesungguhnya Alloh swt tidak pernah berbuat zalim kepada hamba Nya, sedikit pun.

Doa penutup majlis

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta astaghfiruka wa'atubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih). 

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!