Kajian Online Telegram Akhwat Hamba اَللّٰه Ta'ala 29 dan 30
Hari / Tgl : Kamis, 25 Desember 2014 / 3 Rabiul 1426 H
Narasumber : Ustadzah Pristia
Materi : Fiqih Wanita
Admin : Bd. Rosalin & Bd. Nur Asmi
Rekapan oleh : Bd. Rosalin
Berdandan Karena-Nya
Fikih Wanita
Sample Image
Berdandan dalam pengertian smerawat tubuh dan memperhatikan penampilan
memang bukan kegemaran monopoli kaum perempuan semata. Bahkan, bukan pula
tiba-tiba muncul pada masa baru-baru ini saja. Berpatokan pada arahan
Rasulullah Saw yang jelas-jelas mendorong umatnya untuk merawat tubuh dan jaga penampilan, kalau masih ada ikhwan
yang malas berdandan, boleh dong dibilang ketinggalan jaman!
Sebagai awalnya, kita bisa bercermin dari hadits yang menyatakan,
“Sesungguhnya Allah Ta'ala itu indah dan suka pada keindahan. Allah suka
melihat tanda-tanda kenikmatannya (nampak) pada diri hambaNya, membenci
kemelaratan dan yang berlagak melarat.” (HR Muslim)
Melalui hadits ini kita mendapat pelajaran bahwa Allah yang Maha Indah
memang mendorong setiap hamba-Nya untuk mensyukuri nikmat dengan cara
menampakkannya secara fisik (nyata), tidak menginginkan umatNya berpura-pura
melarat apalagi kalau mereka bisa mengupayakan lepas dari cengkeraman
kemelaratan (yang dibenci-Nya) itu.
Tentu ada hikmah tersendiri hingga perkara indah dan keindahan ini
disandingkan seiring perkara kemelaratan. Sangat mungkin ini erat kaitannya
dengan kondisi penampilan seseorang.
Seseorang yang melarat umumnya memang tergambarkan dengan kondisi
penampilan yang kurang indah; kumuh, kusam, dekil, awut-awutan, serampangan
bahkan kotor. Tetapi, berkaca dari hadits ini, umat Islam justru diarahkan
untuk sedapat mungkin tampil dengan segenap keindahan yang bisa terwujudkan;
rapi, bersih, menyenangkan dan menenangkan saat dipandang.
Selain yang tersebut di atas, masih banyak hadits lain yang menunjukkan
betapa soal berdandannya umat termasuk para pria di masa Rasulullah saw dan
para sahabat telah menjadi sebuah kebiasaan. Dan karena ketaatan pada Rasul
merupakan kunci ketaatan pada Allah, maka tak perlulah kita ragu untuk
mendorong para pria –mungkin suami, anak, atau ayah kita – siap berdandan –
merawat diri dan menjaga penampilan – karena-Nya.
Berdandan untuk bersyukur
Dari Abil Ahwaz dari ayahnya berkata, “Saya datang pada Rasulullah
dengan mengenakan pakaian yang buruk. Maka Rasulullah pun berkata, ‘Tidakkah
engkau memiliki harta benda?’ dan saya menjawab, ‘Benar, saya memiliki harta
benda.’ Rasul bertanya lagi, ‘Apa saja harta bendamu itu?’ saya menjawab pula,
‘Kuda, domba dan kain.’ Lantas Rasulullah saw pun bersabda, ‘Apabila Allah swt
memberimu harta maka hendaklah engkau perlihatkan bukti nikmat Allah itu atas
dirimu dan buktikan bahwa kamu memuliakan Allah.’” (HR Abu Dawud dan An Nasai)
Berdandan karena fitrah kesenangan
Hadits riwayat Anas bin Malik ra:
“Dari Qatadah ia berkata: Kami bertanya kepada Anas bin Malik: Pakaian
apakah yang paling disukai dan dikagumi Rasulullah saw? Anas bin Malik ra
menjawab: Kain hibarah (pakaian bercorak yang terbuat dari kain katun).” (HR
Muslim)
Hadits riwayat Anas bin Malik ra, ia berkata: Fitrah manusia ada lima yaitu dikhitan
(disunat), mencukur rambut kemaluan, menggunting (merapikan) kumis, memotong
kuku (kuku tangan dan kaki) serta mencukur bulu ketiak. (HR. Bukhari)
Hadits riwayat Barra' ia berkata: “Rasulullah saw adalah seorang lelaki
yang berperawakan sedang, berpundak lebar dan berambut lebat sampai ke batas
daun telinga. Beliau suka mengenakan pakaian warna merah. Dan aku sama sekali
tidak pernah melihat sesuatu yang lebih bagus (lebih indah, lebih tampan)
daripada Nabi saw.” (Shahih Muslim No.4308)
Hadits riwayat Anas bin Malik ra:
“Dari Qatadah ia berkata: Saya bertanya kepada Anas bin Malik ra.:
Bagaimana penataan rambut Rasulullah saw.? Anas bin Malik menjawab: Rambutnya
ikal berombak, tidak keriting dan tidak lurus dan nampak terurai sampai sebatas
pundaknya.” (Shahih Muslim No.4311)
Berdandan untuk perawatan diri
Rasulullah berkata; “Malaikat jibril telah terus-menerus
(berulang-ulang) berpesan agar aku menggosok gigi (bersiwak) sehingga aku
khawatir gigi-gigiku tanggal dan aku ompong tanpa gigi.” (HR Ath-Thahawi)
Suatu ketika Rasulullah berkata, “Wahai Abu Hurairah, potonglah
(perpendek) kuku-kukumu. Sesungguhnya setan itu mengikat (melalui) kuku-kuku
yang panjang.” (HR Ahmad)
Mandilah pada hari jumat, berkeramaslah meskipun kalian tidak dalam
keadaan junub dan pakailah wewangian.” (HR Bukhari)
Apabila kamu memiliki rambut hendaklah dimuliakan (disisir, dirawat,
dirapikan, tidak dibiarkan acak-acakan). (HR Abu Dawud dan Ath-Thahawi)
Berdandan untuk tampil menyenangkan
Aisyah meriwayatkan bahwa pada suatu ketika beberapa sahabat hendak
menemui Nabi. Maka Nabi pun bercermin pada air di dalam bejana, mencelupkan
tangan lantas merapikan rambut dan jenggotnya. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah,
mengapa engkau lakukan itu?” Maka Rasulullah menjelaskan, “Wahai Aisyah,
sesungguhnya seseorang itu apabila hendak menemui saudaranya hendaklah dia
merapikan dirinya.” (HR Al Baihaqi)
Dari Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah melihat seorang laki-laki
dengan rambut kusut masai, hingga beliau berkata (dengan nada tidak suka),
“Apakah orang itu tidak punya sisir untuk merapikan rambutnya?” Lantas
Rasulullah melihat laki-laki yang mengenakan pakaian kumal, lalu beliau
berkata, “Apakah dia tidak punya air untuk mencuci pakaiannya?” (HR Abu Dawud)
Suatu ketika Abbas bin Abi Thalib ra nampak tengah mematut dirinya di
cermin dan nampak memperbaiki penampilannya. Diapun ditanya tentang apa yang
dilakukannya dan menjawab, “Aku tengah berhias untuk istriku sebagaimana
istrikupun selalu berhias untuk diriku.”
Seseorang bertanya kepada Umar bin Khattab, “Pakaian apakah yang baik
untuk dikenakan?” Umar pun menjawab, “Pakaian yang bila kamu kenakan kamu tidak
akan dihinakan oleh orang-orang bodoh namun tidak akan dicela oleh orang-orang
pandai.”
(Zif/Berbagai sumber)
Rekap tanya jawab
Assalamu alaikum ..
1. Skrg sekrg trend hijab syari'i sdh merebak kemana mana. Tpi
terkadang kelihatan sgt mewah dan glamour .. bhkan hrgax smpai jutaan. Sdgkan
islam mengajarkan qt kesederhanaan. Bagaimana tanggapan ustadzah soal ini.
2. soal corak dan wrna baju yg ngejreng .. apakah dlm islam diperbolehkan
yaa ustadzah
Jwb :
Untuk warna baju berikut ini ada penjelasan
By ummi-online
Hadits Rasulullah saw yang melarang umat Islam memakai pakaian berwarna
mu’ashfar di antaranya diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah
saw melarang mengenakan pakaian sutra dan juga al mu'ashfar (HR Muslim, Abu
Daud,Tirmidzi).
Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya Rasulullah saw pernah ditanya,”Pakaian
apa yang dikenakan saat orang berihram?” Beliau saw menjawab, ”Janganlah engkau
memakai baju, serban, celana, baju panjang, terompah, kecuali bagi seseorang
yang tidak mendapati sandal maka pakailah terompah itu dengan dipotong bagian
atas dari mata kakinya. Dan janganlah engkau mengenakan kain mu’ashfar—seperti
warna kunyit (warna kuning),” (Muttafaq'alaih, sedangkan lafazhnya dari
Muslim).
Dari Amr bin Abdullah, dia berkata, Nabi pernah melihatku mengenakan
dua pakaian mu’ashfar, lalu beliau saw bersabda, “Ini adalah pakaian
orang-orang kafir, maka janganlah kamu mengenakannya,” (HR Muslim).
Mu’ashfar adalah pakaian yang dicelup dengan warna kuning (za’faron).
Para ulama berbeda pandangan terhadap pakaian yang dicelup warna kuning
tersebut.
Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, dan lain-lain berpendapat, secara umum
tidak boleh memakai pakaian berwarna kuning yang mencolok bagi laki-laki.
Sebagian ulama lainnya mengkhususkan larangan hanya pada orang yang sedang
ihram. Namun mereka membolehkan memakai baju warna kuning apabila bercampur
dengan warna-warna lain.
Sedangkan untuk perempuan dibolehkan, berdasarkan hadits yang
diriwayatkan 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata, “Kami
turun bersama Rasulullah saw dari Tsaniyyah. Kemudian beliau menoleh kepadaku
dengan keadaan memakai pakaian lembut yang dicelup dengan ushfur. Maka beliau
bertanya, 'Apa ini yang engkau pakai?' Maka aku pun mengetahui Rasulullah saw
tidak menyukainya. Aku pun mendatangi keluargaku dalam keadaan mereka
menyalakan api dan aku lemparkan baju itu ke dalamnya. Kemudian aku mendatangi
beliau pada besok harinya. Beliau bertanya, 'Bagaimana nasib bajumu?' Maka aku
ceritakan apa yang aku lakukan pada baju itu. Maka beliau berkata, 'Kenapa
engkau tidak memakaikan baju itu pada sebagian keluargamu. Karena baju tersebut
tidak apa-apa jika dipakai wanita,'” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan
di-hasan-kan oleh Al-Albani).
Dari penjelasan di atas, tidak apa jika anak laki-laki Anda yang
berusia 2 tahun memakai pakaian berwarna kuning, apalagi jika ada variasi warna
lainnya. Wallahu a'lam.
3.
a. Assalamu'alaikum,,wr,,wb ustadzah... Afwan,, sy mw bertanya... Jika
s'org istri berdandan ktika pd hendak beraktifitas (kerja),, namun pd sa'at
d'rmh,, s'org istri tidk berdandan utk suaminya (biasa2 sj) apakah itu boleh
atau tidk, n hukumnya apa?
b. Assalamu alaikum..ustadzah,apakah dalam islam ada ditentukan
batasan2 wanita berdandan?
Jwb :
*Tidak lbh bun ya. Di rmh harus
lebih cantik. Krn di depan simaklah istri berdandan sesuai apa yg di inginkan
suami. Sampai cara berpakaian.
Afwan jika suami menginginkan qt berpakaian seksi, didepan suami atau
di kamar tentunya qt harus melakukan.
* Ciri-ciri pakaian berikut wanita Islam di luar rumah ialah:
- Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.
- Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.
- Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la haruslah menutup bagian-bagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu laki-laki.
- Warna pakaian tsb suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau
perang.
- Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum
- Pakaian itu tdak ‘bertasyabbuh’ (bersamaan atau menyerupai)dengan pakaian laki-laki yaitu tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian laki-laki.
- Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
- Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau berhias-hias.
- berdandan sebatas memakai bedak dan hiasan yg mencolok dan
berlebihan.
- memakai make up yg natural
4. AssalamuAlaikum ustadzah,,sering dengar ust ceramah kl qta sebagai
seorang istri itu berdandan tuk suami,,tp terkadang kan qta ada acara atw
resepsi yg menuntut qta tuk berdandan sementara pergi keresepsi itu gak bareng
ma suami,,gimana tuch ustadzah,,
Jwb : tidak boleh bun yaa.. dirumah harus lbh cantik. Krn didepan suami
sebaikx istri berdandan sesuai apa yg diinginkan suami. Sampai cara berpakaian.
Afwan jika suami menginginkan kita berpakaian seksi didepn suami atau dikmr
tentunya qt hrus melakukan.
5. Kalau ga boleh bau2an, gmn donk klo aktivitas d luar padat. Gmn
solusi biar nggak ngelanggar syari'at Ustzh. Jazakillahu khairan
Jwb :
Bunda yg baik
Ada jg penggaris pakaian agar tdk capek. Seperti pelembut atau pelicin
pakaian
Bunda bisa pakai roll on yg buat
ketiak untuk antisipasi jika keringat keluar berlebih
Afwan bun memang itu aturan islam
bagi para istri yg kerja di luar rumah
6., 5⃣ Tanya bunda....sy sering mengenakan celana panjang kalau keluar
rumah bersma suami d anak2...karena naik motor rasanya lebih memudahkan
saja...apalagi berboncengan empat....apa kah itu melanggar syar'i....
Jwb :
5⃣ Tanya bunda....sy sering mengenakan
celana panjang kalau keluar rumah bersma suami d anak2...karena naik motor
rasanya lebih memudahkan saja...apalagi berboncengan empat....apa kah itu
melanggar syar'i....
Jwb:
tidak bunda. Bisa disiasati bun
Pakai gamis di dalamnya pakai celana
agak longgar untuk dalamannya.
Ketika naik motor bisa di angkat
dikit gamisnya.
Tidak bun. Asalkan msh menutup aurat dan tidak ketat. Serta atas dasar
keperluan Namun dengan aturan.
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Semoga Bermanfaat
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment