Home » » MA'RIFATURRASUL (SYAKHSYATUL ISLAMIYAH)

MA'RIFATURRASUL (SYAKHSYATUL ISLAMIYAH)

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, January 7, 2015


Kajian Online WA Hamba الله Ta'ala
Narasumber: Ustadz Syaikhul Robbin
Tema: Ma'rifaturrasul (lanjutan)
Editor: Wanda Vexia
Admin Nanda M106: Wanda Vexia dan Nadiya Nawaf
Notulen: Meydillah Cahyawati

Assalamualaykum wr. wb.
 
بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام علي رسول الله ولاحولاولاقوة الابالله 

Akhwat fillah kajian kali ini kita akan membahas tentang ma'rifaturrasul ....


لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah:128]
Di antara kandungan surat At-Taubah adalah ketegasan ayat-ayatnya, dan kisah-kisah ujian berat yang terkandung di dalamnya.

Namun ditutupnya surat ini dengan sifat kasih sayang al Mustofa Muhammad saw, seolah ingin menunjukkan bahwa, kalaupun beliau bersifat tegas, atau ada tuntunan yang terasa berat, maka itu untuk kemashlahatan umatnya jua.

"Aku bagaikan seorang yang menyalakan api, setelah menyala menerangi sekeliling, laron mengitarinya dan terjerumus ke dalam api itu. Kalian seperti itu, tapi aku menghalangi kalian terjerumus ke api, tetapi sebagian kalian terjerumus juga". 

Dalam riwayat lain beliau bersabda, "Aku memegang ikat pinggang kalian, tetapi sebagian kalian terlepas dari peganganku". 

Demikianlah Nabi saw yang mulia memisalkan dirinya sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Kata "jaa-akum rosul" (telah datang kepada kalian rosul), memberi kesan bahwa Muhammad saw datang bukan kehendak beliau sendiri. Tetapi, penyebutan kata "rosul" memberi kesan bahwa kedatangan beliau adalah sebagai utusan Allah.

Gabungan dari kedua kata ini, melahirkan sebuah kesan baru bahwa beliau tercipta dengan potensi kenabian, sehingga, saat beliau menerima wahyu Ilahi, beliau menjadi sosok yang tidak hanya sungguh-sungguh berdakwah, tapi juga senang dan berbahagia dalam mengajak dan mengayomi umat. Demikian lebih kurang kesan dari asy-Sya'rowi.

Kata "min anfusikum" (dari diri kalian sendiri), memberi kesan bahwa beliau adalah bagian dari manusia juga. Dapat merasa sedih pada hal-hal yang membuat manusia sedih, dan bergembira sebagaimana manusia juga bergembira. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, adalah kita juga.

Sebagaimana umatnya, manusia pasti merasakan beban dan kesulitan, maka beliau pun turut merasakannya, bahkan lebih dulu dari mereka.

Setelah menceritakan tentang empati Rasulullah, maka kisah berlanjut dengan kelembutan hati beliau, yang sesungguhnya, sangat menginginkan kebaikan bagi umatnya.

Karena itu, walaupun tuntunan itu terkadang terasa berat, beliau tetap menyampaikannya, demi kemashlahatan umatnya.

Kelembutan dan kasih sayang beliau, yang digambarkan dalam sifat "rouufur rahiim" (pengasih dan penyayang) adalah suatu karakteristik luar biasa dari Nabi kita.

Rauf, memiliki makna kasih sayang yang melimpah ruah bahkan melebihi kebutuhan penerimanya. Pakar bahasa az-Zajjaj mengatakan, apabila rahmat sedemikian besar maka ia dinamai "ra'fah", dan pelakunya disebut "rauuf".

Adapun menurut Quraish Shihab, "Tidak ditemukan seorang Nabi pun di dalam Al Quran yang menyandang 2 sifat Allah sekaligus, kecuali Nabi Muhammad saw, yaitu sebagaimana disebutkan dalam ayat ini (rouufur rahiim)".

Namun perlu di garisbawahi bahwa kandungan sifat yang melekat pada manusia dan pada Allah, sangatlah berbeda, walaupun penyebutannya sama.

Ikhwah fillah, secara keseluruhan Surah di bawah ini bercerita tentang kemuliaan dan begitu kasihnya beliau pada umatnya. 

Abdullah bin ‘Amru ra meriwayatkan bahwa, Rasulullah saw telah membaca ayat al-Quran tentang Nabi Ibrahim:
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [QS. Ibrahim:36]
Beliau kemudian membaca ayat tentang Nabi Isa yang telah berkata:
إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" [QS. Al-Maidah:118]
Beliau kemudian mengangkat kedua tangannya sambil berkata: “Wahai Tuhanku, Ummati! Ummati! Ummati! Sambil menangis.

Allah swt pun berfirman:
“Wahai Jibril pergilah kepada Muhammad, beritahu kepadanya: Kami akan berikan apa yang engkau ridhoi dengan umatmu dan kami tidak akan menyusahkan-mu.” [HR: Muslim]
Subhanallah, demikianlah tangis beliau, dikarenakan kelembutan dan kasih sayangnya, kepada umatnya, kita.
Lalu, sudahkah kita membalas kasih sayangnya itu, dengan selalu membenarkannya, beriman kepadanya, mengutamakan tuntunannya di atas tuntunan semua makhluk?

Tidaklah saling berkasih sayang manusia di dunia, kecuali mereka akan berkumpul di akhirat. Seperti hadist berikut:
“Engkau akan dikumpulkan bersama orang yang kau cintai” [HR. Bukhari]
Wallahu a'lam bish showab 
TANYA - JAWAB
1. Ustadz, bagaiaman dengan orang yang tidak mau memberi sama sekali jika ada pengemis karena ia tahu mengemis itu hina?

Jawab : Jika ia tidak memberi ke pengemis, masih banyak sekali sedekah melalui lembaga-lembaga amil zakat atau ke masjid-masjid, maka tidak mengapa. Terlebih, sekarang ini banyak orang yang menjadikan pengemis sebagai profesi, karena penghasilannya per bulan cukup besar, lebih besar daripada gaji yang lulusan SMA-S1 yang bekerja keras di perusahaan menengah.


2. Ustadz, misalnya ada pengemis/peminta-minta yang meminta pada kita, lantas kita merasa enggan dan tidak bisa ikhlas memberi karena kita melihat kalo pengemis itu sama sekali tidak cacat bahkan memiliki fisik yang sehat Bagaimana hukumnya?
Dan kalaupun kita berusaha ikhlas memberi..apakah pemberian kita tetap terhitung shodaqoh?
Jawab : Jika merasa enggan, tidak usah diberi, ucapkan saja "mohon maaf" jangan beramal karena merasa tidak enak. Terkait sedekah, sebaiknya kita memiliki sedekah rutin setiap hari, bisa melalui kencleng masjid, atau dimasukkan celengan tiap hari, setiap akhir bulan, ditransfer ke rekening amil zakat.


3. Ustadz, apakah bisa merayakan Maulid Nabi ?
Jawab : Nanda Wanda, perayaan maulid nabi adalah hal baru yang tidak dikenal di zaman Nabi, sahabat, maupun para Imam 4 mazhab.
 
Ulama berbeda pendapat tentang hal ini. Sebagian membid'ahkan, sebagian membolehkan. Yang terbaik adalah, kita menunjukkan cinta kepada Nabi dengan memperbanyak mengamalkan sunnahnya.

Di antaranya dengan bersholawat 10x untuknya subuh dan sore hari. Hal ini berdasarkan hadits yang shahih dari beliau saw


4. Ustadz, dalam meneladani sifat kasih sayang, bagaimana seharusnya kita mengimplementasikanya dalam kehidupan sosial kita ?

Jawab : Mba mutiara, mengimplementasikan kasih sayang di antaranya dengan memperbanyak senyum, karena senyum kita terhadap sesama kita adalah sedekah.

Memperbanyak salam antar muslim, karena salam adalah doa. Berbagi hadiah, dengan rekan, karena hadiah membuat saling mencintai. Berbagi masakan dengan tetangga, karena ini adalah anjuran baginda Nabi saw, dan memuliakan tetangga merupakan tanda keimanan.

Perbanyak doa tuk sesama secara diam diam bukan di medsos. karena doa secara diam-diam itu lebih makbul, dan mengikhlaskan hati, melapangkan dada. Memperbanyak sedekah, setiap hari, karena sedekah adalah salah satu amal yang paling besar keutamaannya di dunia dan akhirat
dan masih banyak yang lainnya.

5. Ustadz, masalah shodaqoh.. Ana Pernah dengar gini, orang-orang yang "pacaran" saat pacarnya katakanlah butuh uang kuliah/biaya rumah sakit dll yang mendadak, si pacarnya bantu. Kita saranin, mending uang itu sedekahkan ke anak yatim. Dia jawab: kan membantu yang membutuhkan juga kebaikan. Pertanyaannya, apa membantu pacar itu kebaikan? Sementara yang kita ketahui bahwa "pacaran" itu HARAM.

Jawab : Pacarannya haram, tapi membantu orang lain, siapa pun itu, adalah halal, bahkan sunnah. Keduanya memiliki hukum yang berbeda, dan terpisah. Hukumnya berlaku masing-masing.

6. Ustadz, bagaimana jika kita melihat orang yang afwan bodoh sebenarnya, tetapi ia sombong sekali dengan apa yang ia ketahui dan ia punyai. Di ingatkan malah memusuhi, sedangkan ia itu masih kerabat yang ingin kita bantu meluruskan ustadz.

Jawab : Carilah cara yang bijak. Tidak perlu menasehati secara langsung. Hal ini sangat kasus per kasus dan jangan lupa kuatkan doa untuknya.


7. Assalamu'alaikum ustadz, selain dari segi materi, apalagi kah yang bisa di sedekahkan di setiap harinya bagi orang yang ekonominya sulit namun ingin bersedekah?
 
Jawab: Wa'alaykumussalam.. Makna sedekah islam sangat luas. Senyum adalah sedekah, tasbih itu sedekah, juga tahmid, tahlil, dan takbir. Menyingkirkan duri/penghalang dari jalanan juga sedekah, dan sholat dhuha bernilai sama dengan sedekah yang banyak.


8. Ustadz, kalo misal kita sangat mengasihi seseorang tapi tanpa sadar malah jadi subyektif terhadapnya, overprotektif dll. Lah dianya itu merasa tapi kita malah tidak merasa, lama kelamaan dia malah adi sebel gara-gara kitanya over. Bagaimana untuk bangun dari subjektifitas itu ustadz?

Jawab: Mba ila, siapakah yang dikasihi ini? Jika ia adalah keluarga, maka perbanyaklah komunikasi antar hati. Jika ia bukan keluarga, apalagi lawan jenis, sebaiknya tinggalkan segala bentuk protektif yang tidak perlu. Kuatkan doa, karena doa membersihkan hati. Kalau ortu ke anak, berarti babnya adalah tarbiyatul awlaad (pendidikan anak) dan birrul walidayn (bakti kepada kedua ortu). Seorang anak harus mengutamakan bakti dan taat kepada ortu. Dan ortu pun harus membangun komunikasi penuh kasih sayang dan teladan terhadap anak


9. Ustadz, bagaimana dengan mahar anak apakah untuk anak apa untuk orang  tua?

Jawab : Untuk anak


10. Assalamualaikum ustadz,, untuk anak di perantauan baktinya ke ortu in shaa Allah melalui doa yah? Boleh ga kalau merawat tetangga yang sudah tua, tapi orang tua kita sendiri di rumah sebenarnya membutuhkan perawatan kita ?
Jawab : Wa'alaykumussalam.. Bakti dengan doa, menelpon, menyantuni, mengikuti keinginannya jika ia ingin kita pulang. Membantu tetangga yang sudah tua boleh saja.  Yang penting tidak melalaikan dari bakti pada ortu.


11. Ustadz, disaat akad nikah biasanya si cewe membaca apa saja?

Jawab : Tidak membaca apa-apa mba Vivin. Perbanyak dzikir adalah sunnah di setiap waktu. Silahkan saja jika ingin memperbanyak zikir.


12. Ustadz, membantu membiayai adik-adik sekolah apahkah termasuk Shodaqoh juga? Dan bila berodaqoh lebih di utama kan keluarga terdekat atau anak yatim ustadz?

Jawab : Keluarga, jika temasuk yang menjadi tanggungan pribadi (seperti abang laki-laki terhadap adiknya, ayah terhadap anak, anak terhadap ortu yagn sudah tua). Maka ia dimasukkan dalam kewajiban nafkah, bukan sedekah sunnah. Sedekah sunnah diutamakan kepada keluarga dekat yang bukan tanggungan (karena yang  tanggungan kita memang wajib ditanggung)

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!