Saya diamanahin pagi ini ngisiin disinihin. Mudah mudahin kaga
mbosenin.Sebab sekarang selasa penuh asa tong asa asa. Baiklah.. saya sharingin
hasil karya orang lain...
TAFSIR HAMKA AL_AZHAR
Al Falaq 1 – 5
“Katakanlah” – wahai Utusan-Ku – “Aku berlindung dengan
Tuhan dari cuaca Subuh.” (ayat 1).
Tuhan Allah adalah tempat berlindung. Nabi SAW dan kita semuanya
diperintahkan Tuhan agar berlindung dengan Allah. Setengah kekuasaan Allah itu
ialah bahwa Dia menciptakan dan membuat suasana cuaca Subuh. Dalam ayat ini
Al-Falaq yang tertulis di ujung ayat kita artikan cuaca Subuh, yaitu ketika perpisahan
di antara gelap malam dengan mulai terbit fajar hari akan siang. Dengan hikmat tertinggi
Tuhan mewahyukan kepada Rasul-Nya akan kepentingan saat pergantian hari dari malam
kepada siang itu. Waktu sebagai modal hidup sehari semalam 24 jam lamanya. Kita
disuruh melindungkan diri, memohon perlindungan dan pernaungan kepada Tuhan
yang menguasai cuaca Subuh itu. Berlindung kepada Tuhan agar terlepas dari segala
bahaya yang ada di hadapan kita, yang kita sendiri tida tahu.
Al-Falaq ada juga diartikan dengan peralihan. Peralihan dari
malam ke siang, peralihan dari tanah yang telah sangat kering karena kemarau, lalu
turun hujan, maka hiduplah kembali tumbuh-tumbuhan. Peralihan dari biji kering
terlempar ke atas tanah, lalu timbul uratnya dan dia memulai hidup. Maka
berlindunglah kita kepada Tuhan, dalam sebutan-Nya sebagai RABB, yang berarti mengatur,
mendidik dan memelihara; supaya berkenanlah kiranya Tuhan memperlindungi kita, dari
kemungkinan-kemungkinan bahaya yang terkandung pada pergantian siang dan malam atau
peralihan musim.
“Dari kejahatan apa-apa yang telah Dia jadikan.” (ayat 2).
Semua makhluk ini Allahlah yang menciptakannya; baik langit dengan
segala matahari, bulan dan bintang gemintangnya, sampai kepada awan-awan
berarak. Atau bumi dengan segala isi penghuninya, lautnya dan daratnya,
bukitnya dan lurahnya. Semuanya adalah ciptaan Tuhan, sedang kita manusia ini hanyalah
satu makhluk kecilsaja yang terselat di dalamnya. Dan segala yang telah
dijadikan Allah itu bisa saja membahayakan bagi manusia, meskipun sepintas lalu
kelihatan tidak apa-apa.
Hujan yang lebat bisa menjadi banjir dan kita ditimpa celaka kejahatan banjir,
hanyut dan tenggelam. Panas yang terik bisa menjelma menjadi kebakaran besar,
dan kita bisa saja turut hangus terbakar. Gunung yang tinggi yang sepintas lalu
menjadi perhiasan alam keliling dan penangkis angin dan ribut, bisa runtuh dan
longsor, kita pun mati terhimpit dalam timbunan tanah.
Lautan yang luas dapat kita layari. Tetapi kapal yang kita tumpang
bisa saja dihantam badai, tiang patah, atau tersandung kepada gunung
salju, kapal pun tenggelam, kita pun mati. Naik kapal udara adalah alat
perhubungan yang paling cepat di zaman modern ini. Bisa saja awan sangat tebal
sehingga tidak dapat ditembus penglihatan, sehingga tiba-tiba kapal terbang terbentur kepada gunung, dia pun hancur dan kita pun turut hancur di dalamnya.
Atau sangat keras badai di laut sehingga kapal udara itu tidak dapat mengatasinya, dia pun tenggelam dan kita pun turut tenggelam ke dalam perut
lautan.
Bermain-main di bawah pohon kayu besar. Tiba-tiba angin puyuh datang berhembus, pohon itu naik tumbang, kita mati dihimpitnya. Naik kereta api yang tergelincir relnya, sehingga jatuh dan hancur. Naik mobil yang tiba-tiba tidak terkendalikan, sehingga masuk ke dalam lurah. Sedang kita enak-enak berjalan di jalan raya, tiba-tiba ada orang mengamuk, mana yang bertemu ditikamnya, kita pun kena. Kompor minyak sedang orang perempuan bertanak didapur, tiba-tiba meletus. Perempuan yang tengah beranak itu dikeluyut mintak tanah terbakar dan mati. Orang sedang naik sepeda kencang, tiba-tiba terbentur ke batu besar, terlempar badannya, kena tonggak kawat, pecah kepalanya dan mati. Maka semua yang dijadikan Allah itu mungkin saja ada bahayanya, yang tidak kita sangka:
Januari 1973 meletus gunung di Iceland dengan tiba-tiba padahal
menurut penyelidikan ahli-ahli sudah 7000 tahun gunung itu tidak berapi lagi. Kita
manusia ini hanya satu makhluk kecil saja hidup di antara makhluk Allah yang
lebih besar dan lebih dahsyat. Sepaku kecil yang terlepas daripada terompah orang di jalan raya.
Apalah artinya sepaku kecil itu. Tiba-tiba terpijak di kaki seorang yang sedang
berjalan kaki, karena kebetulan dia tidak memakai alas kaki. Sepaku itu
berkarat dan karatnya itu berbisa. Dia terpijak oleh telapak kaki, lalu pada
luka kecil itu timbul infeksi keracunan darah. Tidak lama kemudian matilah
orang yang kena infeksi itu setelah paku kecil yang bercampak di tengah jalan
yang tidak berarti itu. Sebab itu maka dapatlah dikatakan bahwa di
mana-mana ada bahaya.
Kita tidak boleh lupa hal ini. Tuhan Allah sebagai Pencipta
seluruh alam Maha Kuasa pula menyelipkan bahaya pada barang-barang atau sesuatu
yang kita pandang remeh. Oleh sebab itu di dalam ayat ini kita disuruh
memperlindungkan diri kepada Tuhan dalam namanya sebagai RABB, penjaga, pemelihara,
pendidik dan pengasuh, agar diselamatkanlah kiranya kita daripada segala bahaya
yang mungkin ada saja di seluruh Alam Yang Tuhan Ciptakan.
“Dan dari kejahatan malam apabila dia telah kelam.” (ayat
3).
Apabila matahari telah terbenam dan malam telah datang menggantikan
siang, bertambah lama bertambah tersuruklah matahari itu ke sebalik bumi dan
bertambah kelamlah malam. Kelamnya malam merobah sama sekali suasana. Di
rimba-rimba belukar yang lebat, di padang-padang dan gurun pasir timbullah
kesepian dan keseraman mencekam. Maka dalam malam hari itu berbagai ragamlah bahaya
dapat terjadi. Binatang-binatang berbisa seperti ular, kala dan lipan,
keluarlah gentayangan di malam hari. Kita tidur dengan enak, siapa yang
memelihara kita dari bahaya tengah kita tidur itu kalau bukan Tuhan. Dan orang
pemaling pun keluar dalam malam hari, sedang orang enak tidur. Kadang-kadang demikian
enaknya tidur, sehingga segala barang-barang berharga yang ada dalam rumah
diangkat dan diangkut pencuri kita samasekali tidak tahu.
Setelah bangun pagi baru kita tercongong melihat barang-barang
yang penting, milik-milik kita yang berharga telah licin tandas dibawa maling. Dalam
kehidupan modern dalam kota yang besar-besar lebih dahsyat lagi bahaya malam.
Orang yang tenggelam dalam lautan hawa nafsu, yang tidak lagi menuntut kesucian
hidup, pada malam hari itulah dia keluar dari rumah ke tempat-tempat maksiat.
Di malam harilah harta-benda dimusnahkan di meja judi atau dalam pelukan perempuan
jahat. Di malam hari suami mengkhianati isterinya. Di malam harilah gadis-gadis
remaja yang hidup bebas dirusakkan perawannya, dihancurkan hari depannya oleh
manusia-manusia yang tidak pula mengingat lagi hari depannya sendiri. Sebab itu
maka di segala zaman disuruhlah kita berlindung kepada Allah sebagai Rabb dari
bahaya kejahatan malam apabila dia telah kelam.
“Dan dari kejahatan wanita-wanita peniup pada buhul-buhul.”
(ayat 4).
Yang dimaksud di sini ialah bahaya dan kejahatan mantra-mantra
sang dukun. Segala macam mantra atau sihir yang digunakan untuk mencelakakan
orang lain.
Ada satu perbuatan yang disebut TUJU! Dalam pemakaian kata secara umum, kata
tuju berarti titik akhir yang dituju dalam perjalanan. Yang boleh dikatakan
juga dalam bahasa Arab maqshud. Apa yang dituju, dengan apa yang
dimaksud adalah sama artinya. Tetapi di dalam Ilmu Sihir dan mantra dukun- dukun,
TUJU itu mempunyai arti yang lain. Yaitu menujukan ingatan, fikiran dan segala
kekuatan kepada orang tertentu, menujukan kekuatan batin terhadap orang itu,
dengan maksud jahat kepadanya, sehingga walaupun berjarak yang jauh sekali,
akan berbekas juga kepada diri orang itu.
Dengan adanya ayat ini nyatalah bahwa Al-Qur’an mengakui adanya
hal-hal yang demikian. Jiwa manusia mempunyai kekuatan batin tersendiri di luar
dari kekuatan jasmaninya. Kekuatan yang demikian bisa saja digunakan untuk maksud
yang buruk. Di dalam bahasa Minangkabau kata-kata TUJU itu terdapat sebagai
bahagian dari sihir. Ada TUJU gelang-gelang, yaitu dengan membulatkan ingatan
jahat kepada orang yang dituju, orang itu dapat saja sakit perut. Gelang-gelang
atau cacing yang dalam perut orang itu bisa membangkitkan penyakit yang membawa
sengsara, bahkan membawa maut bagi yang dituju! Gelang-gelang
Si Raya Besar, atau gelang-gelang si Ma-u-wek!
Selain dari itu ada Tuju yang bernama gayung, ada yang bernama
tinggam, ada yang bernama gasing. Dalam bahasa Jawa begitu pula rupanya yang
dimaksud dengan kata-kata “nuju wong”, yang arti harfiahnya menuju orang,
maksudnya
ialah menyihir orang.
Di dalam ayat 4 Surat Al-Falaq ini kita berlindung daripada
kejahatan wanita wanita peniup pada buhul-buhul. Karena di zaman dahulu tukang mantra
yang memantrakan dan meniup-niupkan itu kebanyakan ialah perempuan! Di Eropa
pun
tukang-tukang sihir yang dibenci itu diperlambangkan dengan perempuan-perempuan
tua yang telah ompong giginya dan mukanya seram menakutkan. Di hadapannya
terjerang sebuah periuk yang selalu dihidupkan api di bawahnya dan isinya
macam-macam ramuan. Di antara ramuan itu ialah anak kecil hasil perzinaan yang
baru lahir! Maka dalam ayat ini disebutkan bahwa perempuan tukang sihir itu meniup
atau menghembus-hembus barang ramuan yang dia bungkus, dan bungkusan itu mereka
ikat dengan tali yang dibuhulkan. Isinya ialah barang-barang yang kotor atau barang
yang mengandung arti untuk TUJU tadi.
Misalnya didapati di dalamnya jarum 7 buah, jarum itu guna
menusuk-nusuk perasaan orang yang dituju, sehingga selalu merasa sakit. Ada juga
cabikan kain kafan, atau tanah pada perkuburan yang paling baru. Ada juga batu
nisan (mejan). Pendeknya barang-barang ganjil yang mengandung kepercayaan sihir
(magis) dengan maksud menganiaya. Memang, jiwa manusia ini bisa saja dibawa
kepada perbuatan yang buruk. Maka kalau jiwa orang yang kena tuju itu lemah,
tidak ada pegangan dan tidak ada perlindungkan sejati terhadap Allah, dia bisa
saja tewas karena mantra dukun tukang tiup tersebut. Maka dalam ayat ini
seorang yang telah kokoh kepercayaannya kepada Allah, merasa yakin bahwa tuju
jahat tukang sihir atau dukun jahat itu tidak akan mempan terhadap dirinya. Tuhan
berfirman di dalam Al-Qur’an dengan tegas:
“Dan lemparkanlah apa yang dalam tanganmu itu, niscaya akan
ditelannya apa-apa yang mereka bikin-bikin itu. Karena sesungguhnya apa yang mereka
bikin itu hanyalah tipu daya tukang sihir. Dan tidaklah akan menang tukang
sihir, biarpun dari mana mereka datang.” Thaahaa : 69
Dan di dalam Surat Al-Baqarah (Surat 2 ayat 102). Diterangkan
bahwa Harut dan Marut di negeri Babil mengajarkan sihir, terutama sihir cara bagaimana
menimbulkan kebencian di antara dua orang suami isteri, sehingga berkelahi atau
bercerai. Dalam ayat ini terbayang bahwa maksud sihir demikian bisa saja
berhasil. Tetapi di tengah ayat itu tertulis:
“Dan ahli sihir itu sekali-kali tidaklah akan memberi mudharat,
(sekali-kali tidaklah akan membahayakan) dengan sihirnya itu kepada seseorang
pun kecuali dengan izin Allah.”
Oleh sebab itu maka dianjurkanlah kita di dalam ayat ini
memperlindungkan diri kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadikan dan mentakdirkan
segala sesuatu agar kita terpelihara daripada hembusan tukang sihir, laki-laki
ataupun perempuan dengan buhul-buhul ramuan sihir itu. Sebab bila kita
berlindung kepada Allah, tiada suatu pun alam ini, sebab dia perbuatan Allah,
yang akan memberi bekas atas diri kita.
“Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia
melakukan kedengkian.” (ayat 5).
Pada hakikatnya dengki itu adalah satu penyakit yang menimpa
jiwa orang yang dengki itu. Dalam bahasa Baratnya dikatakan bahwa orang yang dengki
itu adalah abnormal, atau kurang beres jiwanya. Sakit hatinya melihat nikmat
yang
dianugerahkan Allah kepada seseorang padahal dia sendiri tidaklah dirugikan
oleh pemberian Allah itu. Oleh karena dengki adalah semacam penyakit, atau
kehilangan kewarasan fikiran, maka bisa saja si dengki itu bertindak yang
tidak-tidak kepada orang yang didengkinya. Misalnya difitnahkannya.
Dikatakannya mencuri padahal tidak mencuri. Dikatakannya memusuhi pemerintah,
padahal tidak memusuhi pemerintah, sehingga lantaran pengaduannya orang yang didengkinya
itu ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara, ditahan bertahun-tahun dengan tidak
ada pemeriksaan sama sekali. Atau dituduhnya seorang perempuan baik-baik berkhianat
kepada suaminya. Atau dibuatnya apa
yang kita namai Surat Kaleng!
“Hasad atau dengki dosa kepada Allah yang mula dibuat di langit,
dan dengki juga dosa yang mula-mula dibuat orang di bumi. Dosa di langit ialah dengki
iblis kepada Adam. Dosa di bumi ialah dengki Qabil kepada Habil.”
Berkata Hakim (ahli hikmat): “Orang yang dengki memusuhi Allah
pada lima perkara:
1. Bencinya kepada Allah mengapa
memberikan nikmat
kepada orang lain,
2. Sakit hatinya melihat pembahagian
yang dibahagikan Tuhan, – “Seakan-akan dia berkata: “Mengapa dibagi begitu?”
3. Dia menantang Allah, karena Allah memberi
kepada siapa yang Dia kehendaki,
4. Dia ingin sekali supaya nikmat yang
telah diberikan Allah kepada seseorang, agar dicabut Tuhan kembali,
5. Dia bersekongkol dengan musuh Tuhan
dan musuhnya sendiri, yaitu Iblis.”
Ahli hikmat yang lain menulis pula: “Tidak ada yang akan didapat
oleh orang yang dengki itu di dalam suatu majlis selain dari sesal dan jengkel,
dan tidak ada yang akan didapatnya dari Malaikat selain dari kutuk dan
kebencian, dan tidak ada yang akan didapatinya di akhirat kelak selain dari dukacita
dan terbakat, dan tidak ada yang akan didapatnya dari Allah selain dari
dijauhkan dan dibenci.
Silahkan jika ada ingin komentarin atau yang ditanyain. Tapi yang jawab jangan
saya semua banyak hal yang saya tidak tau kalau tua iya. Baik...ibu ibu yang
baik
Terimakasih mau bacain apa yang saya postingin.
Tanya
pak dengan surah Al falah,Boleh kah kita
mengunakan sebgai benteng,contoh :
Saya ingin terhindar dr sihir itu sendiri dengan setiap saat membaca surah itu? Boleh kah pak??Jawab
Bu Lia boleh
---------------------------
Hari / Tanggal : Selasa, 24 Maret 2015
Narasumber : Ustadz Kaspin Nur
Tema : Tafsir dan tadabbur
Notulen : Ana Trienta
Kajian Online Telegram Hamba اَللّٰه Ta'ala
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT




0 komentar:
Post a Comment