ُالسَّلاَمُ عَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
BIRRUL WALIDAIN
Birrul
Walidain ﺑِﺮِّ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ merupakan kebaikan-kebaikan yang
dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan
tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal tersebut didorong oleh
nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak beriman.
Manakala
wajibatul walid (kewajiban orang tua) adalah untuk mempersiapkan
anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya seperti sabda Nabi SAW.,
“Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk boleh berbakti kepadanya”
Sedangkan ‘Uquud Walidain ﻋُﻘُﻮْﻕُ ﺍﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ bermaksud durhaka terhadap mereka dan tidak berbuat baik kepadanya. Imam Al Qurtubi rahimahullah mudah-mudahan Allah merahmatinya :
“Termasuk ‘Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti) kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena itu, apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya selama hal itu bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/ disunnahkan).”
Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya : Berkata Abu Bakr didalam kitab Zaadul Musaafir
“Barangsiapa yang menyebabkan kedua orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya agar dia bisa tertawa (senang) kembali “.
HUKUM BIRUL WALIDAIN
Para
Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua
orang tua adalah wajib selain terhadap perkara yang haram. Syari’at
Islam meletakkan kewajiban birrul walidain menempati ranking ke-dua
setelah beribadah kepada Allah SWT dengan mengesakan-Nya.
DALIL-DALIL SHAHIH dan SHARIH
(jelas)
banyak sekali, diantaranya terdapat tiga ayat yang menunjukkan
kewajipan yag khusus untuk berbuat baik kepada kedua orang tua:
ﻭَﭐﻋۡﺒُﺪُﻭﺍْ ﭐﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺸۡﺮِﻛُﻮﺍْ ﺑِﻪِۦ ﺷَﻴۡـًٔ۬ﺎۖ ﻭَﺑِﭑﻟۡﻮَٲﻟِﺪَﻳۡﻦِ ﺇِﺣۡﺴَـٰﻨً۬ﺎ
“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa “. (QS. An Nisa’ : 36)
ﻭَﻗَﻀَﻰٰ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌۡﺒُﺪُﻭٓﺍْ ﺇِﻟَّﺂ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﺑِﭑﻟۡﻮَٲﻟِﺪَﻳۡﻦِ ﺇِﺣۡﺴَـٰﻨًﺎۚ ﺇِﻣَّﺎﻳَﺒۡﻠُﻐَﻦَّﻋِﻨﺪَﻙَ
ﭐﻟۡڪِﺒَﺮَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺂ ﺃَﻭۡ ﻛِﻠَﺎﻫُﻤَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞ ﻟَّﻬُﻤَﺂ ﺃُﻑٍّ۬ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨۡﮩَﺮۡﻫُﻤَﺎ ﻭَﻗُ ﻟَّﻬُﻤَﺎ
ﻗَﻮۡﻻً۬ ڪَﺮِﻳﻤً۬ﺎ
ﭐﻟۡڪِﺒَﺮَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺂ ﺃَﻭۡ ﻛِﻠَﺎﻫُﻤَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞ ﻟَّﻬُﻤَﺂ ﺃُﻑٍّ۬ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨۡﮩَﺮۡﻫُﻤَﺎ ﻭَﻗُ ﻟَّﻬُﻤَﺎ
ﻗَﻮۡﻻً۬ ڪَﺮِﻳﻤً۬ﺎ
“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah engkau berkata kepada mereka (satupun perkataan kasar) sekalipun perkataan “Ha” dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun)" (QS. Al Isra’: 23)
ﻭَﻭَﺻَّﻴۡﻨَﺎ ﭐﻟۡﺈِﻧﺴَـٰﻦَ ﺑِﻮَٲﻟِﺪَﻳۡﻪِ ﺣَﻤَﻠَﺘۡﻪُ ﺃُﻣُّﻪُ ۥ ﻭَﻫۡﻨًﺎ ﻋَﻠَﻰٰ ﻭَﻫۡﻦٍ۬ ﻭَﻓِﺼَـٰﻠُﻪُ ۥ ﻓِﻰﻋَﺎﻣَﻴۡﻦِ ﺃَﻥِ ﭐﺷۡڪُﺮۡ ﻟِﻰ ﻭَﻟِﻮَٲﻟِﺪَﻳۡﻚَ ﺇِﻟَﻰَّ ﭐﻟۡﻤَﺼِﻴﺮُ
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya ; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan menyapihnya dalam masa dua tahun; bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima balasan).” (QS. Luqman : 14).
Berkata
Ibnu Abbas ra “Tiga ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana
tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan
diantaranya firman Allah SWT.:
“Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu“, berkata beliau. “Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua ibubapanya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu .”
Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda:
“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua” (HR.Tirmidzi)
TANYA JAWAB
1. Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk boleh berbakti kepadanya. Mohon penjelasannya umi.
Jawab
→ Mba Ria sayang, Allah memberi rahmat (dengan kemudahan hidup dan
keberkahan) untuk orangtua yang membantu anaknya agar jadi waladun shalih/ah
(anak shalih/ah). Misalnya dengan memberi pendidikan agama, akhlaqul
karimah. Bersabar atas kelemahan pemahaman anak. Dan mendoakan agar
anak-anak senantiasa diberkahi Allah. Pada orangtua yang seperti ini Allah merahmatinya
2. Umi kadang perktaan kita membuat mereka sedih bahkan nangis namun dengan selang
waktu tidak lama kita bisa membuatnya tersenyum dan tertawa terbahak-bahak,
pertanyaan saya apakah kita telah berbuat dosa? Dan bagaimana kita bisa menebus dosa-dosa perkataan kita agar orang tua tidak selalu mengungkit kesalahan tersebut
Jawab
→ Layaknya iman "Al Imaanu yaziid wa yankuus" Iman itu
naik dan turun, begitupun bakti kita pada orangtua. Manusiawi kadang
naik kadang perhatian, kadang kita khilaf. Sering-seringlah beristighfar,
doakan kedua urangtua dan lembutkan sikap kita agar mereka tetap ridha
ya.
3. Bila seorang wanita telah menikah seberapa besar kewajiban berbakti kepada orang tua umi?
Apakah berbakti kepaa Ibu dan Bapak yang lebih besar atau berbakti pada Bapak Ibu mertua
yang lebih besar karena kita harus taat dan patuh pada suami.
Jawab
→ Bila seorang wanita sudah menikah bakti terbesarnya pada suami, wajib
taat pada suami selama tidak melanggar perintah Allah. Status orangtua
maupun mertua menurut saya keduanya adalah sama karena saya belum temukan
dalil yang membedakan hak keduanya atas diri kita.
Suami yang baik dan tidak melanggar perintah Allah adalah yang tidak menghalangi seorang istri untuk berbakti pada kedua orangtuanya. Jangan sekedar dilihat secara ekstrim dari kisah shahabiyah yang tidak menengok orang tuanya yang sakit hingga meninggal karena dilarang keluar rumah oleh suaminya ya, bukan itu parameter taatnya. Lihat dulu asbabnya, sang suami adalah pedagang yang berniaga jauh sehingga melarang istrinya keluar rumah untuk safety. Beliau bukan sengaja melarang istri berbakti pada orang tuanya yang sakit, tapi karena kendala komunikasi sehingga beliau pun menyesal, baru lega setelah Rasul berkata 'Surga lah untuk orangtuanya karena bakti anak gadis pada suaminya'
Suami yang baik dan tidak melanggar perintah Allah adalah yang tidak menghalangi seorang istri untuk berbakti pada kedua orangtuanya. Jangan sekedar dilihat secara ekstrim dari kisah shahabiyah yang tidak menengok orang tuanya yang sakit hingga meninggal karena dilarang keluar rumah oleh suaminya ya, bukan itu parameter taatnya. Lihat dulu asbabnya, sang suami adalah pedagang yang berniaga jauh sehingga melarang istrinya keluar rumah untuk safety. Beliau bukan sengaja melarang istri berbakti pada orang tuanya yang sakit, tapi karena kendala komunikasi sehingga beliau pun menyesal, baru lega setelah Rasul berkata 'Surga lah untuk orangtuanya karena bakti anak gadis pada suaminya'
4. Ummi, Dikatakan
di atas bahwa salah bentuk berbakti kpd orang tua adalah mengikuti keinginan
orang tua selama tidak bertentangan dgn syari`at. Lalu bagaimana dengan kasus seperti
ini;
"Seorang anak
lelaki yg telah berumah tangga hidup satu atap dengan sang ibu bersama
istri anaknya. Karena istrinya melahirkan di kampung ortunya, maka sang mertua
menginginkan cucunya ikut serta bersama sang ibu pulang ke rmh mertua
tempat pasangan ini tinggal, dikarenakan menantunya mau ujian meja. Sang
mertua khawatir kalo cucunya yang baru dilahirkan tidak mendapat asi yg
cukup. Tapi, anaknya (suami) malah memutuskan tidak membawa anaknya
dikarenakan persoalan ekonomi(biaya transport).
Terjadilah
konflik, Ibu si suami ini sangat kecewa kepada keputusan anaknya sehingga
terjadilah pertengkaran mulut, sang anak bahkan berkata "Ibu sdh terlalu
jauh ikut campur"
Itu gimana yah?
Sejauh mana sih keikutsertaan orangtua pada rumah tangga anaknya..
Bukannya seorang anak lelaki harus tetap ta`at kepada ibunya. Beda dgn keta`atan seorng istri kepada suaminya..
Sejauh mana sih keikutsertaan orangtua pada rumah tangga anaknya..
Bukannya seorang anak lelaki harus tetap ta`at kepada ibunya. Beda dgn keta`atan seorng istri kepada suaminya..
Afwan yah ummi pertanyaannya panjang.
Jawab→ Nanda Nurul yg shalihat, inilah indahnya dan adilnya islam.
Kita diajarkan utk taat pada ortu selama tdk melanggar syariat Allah. Lalu bagaimana jika ortu meminta kita menaati sesuatu yg tdk melanggar syariat Allah tapi sangat memberatkan bagi kita? Itulah maka muncul kaidah 'Allah merahmati orangtua yg memudahkan/membantu anaknya utk berbakti padanya'
Dalam contoh kasus mba nurul ini tdk bisa lgsg kita putuskan siapa yg salah. Alangkah baiknya memang jika ortu tdk 'mencampuri' urusan rumah tangga anaknya sbg bentuk penghargaan atas kedewasaan anaknya. Jika mau memberi saran/bantuan cukup sampai disitu saja. Sang anak jelas bersalah krn menghardik orangtuanya, tapi ortu pun jadi tdk dirahmati Allah krn tdk membantu anaknya utk berbakti dengan membuka konflik ini.
Alangkah baiknya duduk bersama utk bermusyawarah.
Kita diajarkan utk taat pada ortu selama tdk melanggar syariat Allah. Lalu bagaimana jika ortu meminta kita menaati sesuatu yg tdk melanggar syariat Allah tapi sangat memberatkan bagi kita? Itulah maka muncul kaidah 'Allah merahmati orangtua yg memudahkan/membantu anaknya utk berbakti padanya'
Dalam contoh kasus mba nurul ini tdk bisa lgsg kita putuskan siapa yg salah. Alangkah baiknya memang jika ortu tdk 'mencampuri' urusan rumah tangga anaknya sbg bentuk penghargaan atas kedewasaan anaknya. Jika mau memberi saran/bantuan cukup sampai disitu saja. Sang anak jelas bersalah krn menghardik orangtuanya, tapi ortu pun jadi tdk dirahmati Allah krn tdk membantu anaknya utk berbakti dengan membuka konflik ini.
Alangkah baiknya duduk bersama utk bermusyawarah.
Lagi2
Islam adlh agama yg adil, meskipun ada kaidah seorang anak lelaki taat
pd ibunya, namun dia juga punya kewajiban menjaga keluarganya dari siksa
neraka. Maka sebelum memutuskan utk taat pd perintah Ibu
pertimbangkanlah dulu semua aspek lain demi kemaslahatan bersama.
5. Bunda kita ingin menikah. namun ortu menyuruh kita untuk memperbaiki rumah dlu....
apakah kita harus memenuhi keinginan beliau dulu baru menikah bund ??
apakah kita harus memenuhi keinginan beliau dulu baru menikah bund ??
Jawab → Mba Lina sayang, menikah itu urusan ibadah lho menyempurnakan setengah agama. Kalau memperbaiki rumah itu urusan dunia.
Memang hasrat manusiawi kita ingin hidup tenang dan mapan, tapi urusan umur hanya Allah yg tahu. Alangkah ruginya kita terlalu mengejar dunia sampai akhiratnya ketinggalan. Bukankah investasi dunia terputus saat ajal tapi investasi akhirat kekal selamanya?
Maka itu, sebaiknya pilih menikah dulu baru perbaiki rumah. Percayalah pada Hadits Rasul
"MENIKAHLAH, maka Allah akan meng-kaya-kan kalian"
6. Ummi, jika seorang anak menginginkan kasih sayang (perhatian & pengertian) yang lebih dari orang tuanya, apakah boleh umm??
Misalnya ketika sakit ingin dilayani ini itu, sedangkan sikap orang tua tdk seperti yg anak harapkan.
Jawab → Nanda Dahlia, anak berharap seperti itu wajar saja. Tapi Allah berfirman "Dan janganlah orangtua menjadi susah krn anaknya, dan janganlah anak menjadi susah krn ortunya" wallahu'alam.
Maka jika anaknya sampai menyusahkan orangtuanya bisa jadi akan menjadi dosa.
Maka permudahlah urusan kebaikan oranglain agar Allah mudahkan urusan kebaikan kita juga.
7. Bagaimana cara menjelaskan kepada orang tau bunda ??? mereka ingin memperbaiki rumah dulu, baru diizinin menikah bunda. Usia wanitanya 21 tahun bunda, dan ikhwannya sudah ada niat untuk meminang. Namun si akhwat bilang ke si ikhwan bahwa ortu akhwat belum mengizinkan untuk mnikah bund .. si ikhwan menunggu perstjuan ortu akhwat bunda
Jawab → Usia
21 thn memang sudah cukup secara syariah, tapi alangkah baiknya kalau
berusaha balas budi orangtua dulu. Apakah akhwat ini kuliah dan bekerja?
Kalau dana untuk menikah masih pakai uang orangtua dan mau dipakai untuk
perbaiki rumah dulu ya si akhwat harus terima fakta ini. Maka saran saya
sebaiknya bekerja yang halal dan barokah, menabung agar dalam waktu
singkat (2-3thn) bisa ajukan permintaan utk dinikahkan, tanpa
memberatkan ortu karena sdah punya dana simpanan, syukur2 kalau bisa
bantu benerin rumah orangtua.
Semangat ya Akhwat!
Semangat ya Akhwat!
Sudah malam niy, kita sudahi ya Nanda...
Semoga barokah dan bermanfaat
Kita tutup kajian ini dengan doa kafaratul majelis
Kita tutup kajian ini dengan doa kafaratul majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KAJIAN ONLINE HAMBA ALLAH
Hari/Tgl :Selasa, 26 Mei 2015
Materi : S I
Permateri : Umy Pipit Indarwati
Notulen : Ria
Materi : S I
Permateri : Umy Pipit Indarwati
Notulen : Ria
Editor : Ana Trienta & Peni Sapta
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment