BERCERMIN PADA HATI

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Monday, January 25, 2016

Mari sahabat surgaku.... sejenak kita bermuhasabah atas perilaku kita, atas apa saja yang terjadi pada kita. Tak mudah memang. Menakar kesalahan diri bagai menemukan jarum ditumpukan jerami begitulah orang memersepsikannya. Sulit memang, lantaran jiwa ini dipenuhi oleh nafsu manusiawi.

Ibarat bercermin, tentunya kita berharap setelah kita bercermin keadaan kita lebih baik sebelum bercermin. Mematut-matut diri dalam waktu yang lama hingga keadaannya jauh lebih rapi dari sebelumnya. Biasanya kita bercermin saat-saat akan pergi. Entah pergi bekerja, pergi kondangan, atau pergi kemana saja.

Kita butuh meneliti lebih dulu keadaan diri kita, apakah sudah layak jika bertemu orang lain. Begitulah adanya kebiasaan kita semua. Berapa kali kita bercermin dalam sehari? Tentu kita akan menjawab sesuai kebutuhan. Namun perlu diyakini bahwa kita sangat sering bercermin dan mematut-matut diri tiap saat.

Islam mengajarkan pada kita bagaimana menjadi lebih baik. Ada hikmah yang bisa diambil dari sebuah cermin. Mari sejenak kita bertanya pada diri kita masing-masing, berapa kali dalam sehari kita bercermin? Serasa kita tak mampu berhitung. Lantas apa yang membuat kita berkeinginan untuk bercermin?

Tentunya dengan bercermin kita berharap keadaan kita lebih baik atau minimal masih baik. Mungkin pernah sesekali kita temui keadaan kita kurang baik. Ketika melihat hal yang seperti itu apa, tentunya ada hal yang menggelisahkan diri kita. Bahkan mencari penyebab sehingga diri kita nampak kurang baik atau malah buruk. Setelah kita menemukan pernyebabnya pastilah kita berusaha maksimal untuk memulihkan keadaan kita. Itulah hikmah dari sebuah cermin. Dan bila hati adalah cermin, maka setiap laku kita kan sesuai dengan apa yang menjadi aturan dari Allah.

Hati itu ibarat cermin. Sebagai cermin, hati adalah alat untuk mengenali diri sendiri. Seperti halnya cermin, hati ada dua macam: ada yang bersih dan terang serta ada pula yang kotor dan gelap. Menurut Imam Ghazali, kualitas hati, bersih atau kotor, terang atau gelap, sangat bergantung dan ditentukan oleh perilaku manusia itu sendiri.

Dikatakan, jika ia cinta agama dan suka berbuat kebajikan, maka hatinya bersih dan terang. Semakin ia suka berbuat kebaikan, hatinya semakin terang dan bertambah terang, bahkan berkilau-kilau (yatala’la’). Dalam keadaan demikian, hati dapat menangkap dengan baik sinyal-sinyal ketuhanan (Tajalliyyat al-Ilahiyyah) dan dapat mencapai ma’rifah dengan sempurna.

Sebaliknya, bila ia suka berbuat dosa dan keburukan, maka hatinya buram dan gelap. Dosa-dosa itu ibarat kepulan asap yang menghitam dan menutupi hati. Setiap kali orang berbuat dosa, maka timbul noktah hitam di hatinya. Semakin sering ia berbuat dosa, maka semakin banyak pula noktah hitam sampai akhirnya menutupi seluruh hatinya. Dalam keadaan demikian hati menjadi hitam pekat dan gelap. Tugas kita menjaganya agar sesuai dengan tatanan dan aturan Ilahi

Ada beberapa hal yang bisa kita hindari agar hati kita terjaga dari perbuatan yang tidak selayaknya.

1. Hindari suu’zon (berprasangka buruk kepada orang lain)
2. Hindari sifat iri dan dengki terhadap orang lain
3. Hindari perasaan dendam
4. Hindari hal-hal yang akan menimbulkan fitnah bagi orang lain
5. Hindari mencari-cari kesalahan orang lain
6. Hindari menggunjing dan menjelek-jelekkan orang lain
7. Hindari sifat sombong dan takabur
8. Hindari hal-hal yang akan merusak nilai-nilai akidah dan keimanan
9. Hindari hal-hal yang akan membawa kemaksiatan dan kemungkaran

Itu hanya beberapa perilaku yang bisa mengotori hati kita. Masih banyak perilaku lainnya dari kita yang kadang tanpa kita sadari akan menjadikan diri kita kurang berakhlak. Hati-hati menjadi kata kuncinya.

Mudah-mudahan setelah kita memahami ini semua, kita bisa merubah diri kita 180 derajat ke arah sifat yang baik, sifat yang diisi oleh prasangka baik dan hal-hal atau perbuatan-perbuatan yang terpuji dan membawa kemaslahatan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Aamiin

Jazakumullahu ahsanul jaza wa aasiif jiddan.... mohon maaf lahir dan batin. wassalamu'alaikum wr wb

TANYA JAWAB

Pertanyaan M103

1. Assalamualaikum bunda bagaimana caranya menghindari sifat suudzon terkadang kita sudah mencoba buat husnudzon tapi hati masih ngedumel. Terus seperti apakah sinyal-sinyal ketuhanan. Dan ma'rifah sempurna ? Syukron Bunda
Jawab
Sama-sama shalihah.... Yah begitulah adanya manusia. Kadang khilaf, lupa karena kita memiliki banyak kelemahan. Namun sesungguhnya proses penyadaran seperti itu sudah bagus. Maksudnya diri menyadari kesalahan itu sudah point tersendiri. Ada loh yang malah ga sadar. Terus evaluasi diri terus perbaiki diri dan mohon kepada Allah agar kita dimudahkan menjadi orang-orang yang shalih. Buruk sangka dan mencari-cari kesalahan saudaranya merupakan perbuatan yang merusak ukhuwah islamiyah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, 
“Jauhilah oleh kalian prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari aib dan saling memata-matai, jangan saling berlomba demi menjatuhkan, jangan saling dengki, jangan saling benci, dan jangan saling membelakangi. Jadilah kalian wahai hamba-hamba Allah, sebagai orang-orang yang bersaudara.” (HR. Bukhari dalam Kitab Adab [6066] dan Muslim dalam Kitab Al-Birr wa Shilah wal Adab [2563]).

2. Bunda mau tanya juga, bagaimana bila kita merasa selalu gagal/belum berhasil. Tapi kita tidak tau apa yang harus diperbaiki agar urusan kita itu bisa sesuai dengan harapan kita?
Jawab
Iyah sayang.... Oleh Allah kita dibekali rasa sabar dan syukur. Itulah iman. Kita senantiasa mengevaluasi iman kita yang adakalanya bertambah atau berkurang. Kadang jalan Allah memang bukan yang tercepat untuk sampe pada apa yang kita harapkan bukan pula nampak indah dan mudah. Namun kadang kesulitan yang hadir itulah jalan yang terbaik agar kita bisa belajar. Terkadang masalah hadir dalam hidup kita nampak sebagai sesuatu yang negatif. Namun kerangkakan bahwa bisa jadi itu hal yang positif. Tugas kita memperbaki hubungan kita dengan Allah agar senantiasa dalam jalan kebaikan dan akan ada saatnya diberi jawaban terbaik.

Pertanyaan M110

1. Bunda, Ada sebuah hadist mengenai seorang muslim adalah cermin..
"Seorang mu'min, adalah cermin bagi orang beriman (lainnya)," (HR. Abu Dawud)

Bisa dijelaskan bun? Terus bagaimana caranya menghindari iri hati dan dengki sama seseorng bun, jazakillah bunda?
Jawab
Bismillah.... Terkadang kita butuh orang lain untuk membantu mencari titik lemah kita. Karena ada hal yang kita terbatas untuk mengetahuinya. Hal yang tidak dapat kita lihat dengan mata sendiri itulah yang disebut dengan "BLIND SPOT" atau "TITIK BUTA". Kita hanya bisa melihat "BLIND SPOT" tersebut dengan bantuan orang lain. Dalam hidup, kita butuh seseorang untuk mengawal kehidupan kita, sekaligus untuk mengingatkan kita seandainya prioritas hidup kita mulai bergeser.

↣ Kita butuh orang lain
↷ Yang menasihati,
↷ Yang mengingatkan,
↷ Bahkan yang menegur jika kita mulai melakukan sesuatu yang keliru,
Yang bahkan kita tidak pernah menyadari.

KERENDAHAN HATI kita
↷ Untuk menerima kritikan,
↷ Untuk menerima nasihat,
↷ Dan untuk menerima teguran itulah yang justru menyelamatkan kita.

Kita bukan manusia sempurna. Biarkan orang lain menjadi "mata" kita di area 'Blind Spot' kita sehingga KITA BISA MELIHAT apa yang TIDAK BISA KITA LIHAT dengan pandangan diri kita sendiri.. Mudah-mudahan Bermanfaat :) Itulah fungsinya saudara.

Untuk menghindari rasa iri belajar untuk mensyukuri apa yang telah dikaruniakan Allah pada kita. Sadari manfaat dan madharat jika kita sampe iri kepada orang lain. Mari kita sadari bahwa apa yang asa di dunia itu fana. Jangan rusak amal baik kita dengan sesuatu yang sia-sia

Pertanyaan M112

1. Bila ada yang menggunjing di sekitar kita, saat kumpul-kumpul gitu bagaimana ya cara menghindar?
Jawab
Cari alasan berupa apa saja bisa aktivitas dll untuk alasan menghindar

Pertanyaan M116

1. Saya mau bertanya, iman kadang naik kadang turun, bagaimana caranya supaya ketika iman sedang lemah kita tidak kembali tergoda melakukan dosa yang sama dan bagaimana agar iman senantiasa naik tidak pernah turun?
Jawab
Mencari Energi yang Hilang
Oleh: Rochma Yulika

Manusia bukan malaikat. Wajarlah bila dalam hidupnya adakalanya iman meningkat, adakalanya iman menurun.  Adakalanya semangatnya menggebu-nggebu hingga apa saja bisa dilakukan. Namun, pada saat tertentu mengalami penurunan semangat yang menyebabkan penurunan produktivitas. Manusia butuh orang lain bukan hanya pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, budaya, namun ia butuh orang lain untuk bisa saling berbagi terutama saling menasihati dalam kebaikan dan perbaikan diri. Karena, begitulah kodrat manusia yang kadang gelisah dalam menyikapi permasalahan hidup. Jiwa manusia hampir serupa dengan raganya. Ia juga punya rasa lelah. Ibarat tangan yang selalu digunakan untuk mengangkat, ia akan lelah bila tak berhenti mengangkat. Kaki yang terus berlari letihnya tak terperi. Begitu juga mata yang tak berhenti untuk menatap ia akan berair seolah menangis kelelahan. Sepertinya masalah futur atau yang semisal kaab untuk tokoh perempuan di masa rasulullah sangat jarang. Jadi kita tetap memakai kisah kaab

Sahabat Surgaku...
Ada yang penting kita cermati, kenapa ia berhenti, atau merasa bosan dengan sesuatu yang sudah menjadi rutinitas amaliahnya. Manusia bukan malaikat. Ia memiliki unsur yang berbeda dengan malaikat. Malaikat tak memiliki akal dan nafsu. Malaikat makhluk yang taat. Manusia ditilik dari kata al-insan asal katanya adalah nasiya yang berarti lupa. Bahkan wajar bila al imanu yazid wa yanqus, imannya naik turun. Manusia tempat lupa. Maka kewajibannya untuk berusaha agar selalu ingat dan waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi termasuk kelalaian yang mendera diri dan jiwanya.

Maka Allah mengingatkan dalam ayatnya, taawanu alal birri wattakwa wa laa taawanu alal itsmi wal udwan, tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan keburukan.  Namun sayang, banyak kita yang lalai atas nasihat itu. Untuk selalu ingat kita butuh banyak hal; ilmu, teman, lingkungan, juga pembiasaan. Bila tidak bisa berakibat fatal. Saling menasihati dan lapang dada harus menjadi kebiasaan untuk mencegah kemandekan atau kehilangan energi untuk beraktivitas dalam menegakkan kebaikan dan kebenaran. Lantas apakah kita sudah terindikasi penurunan semangat dalam berkiprah? Mari kita cermati satu per satu indikasinya. Pertama, ada kemalasan menunaikan ibadah. Ibadah apa saja seperti shalat, zikir, infaq, tilawah. Semua dilakukan karena formalitas, sekadar menggugurkan kewajiban? Tidak ada ruh dalam menjalankannya. Seperti angin lalu saja tanpa rasa. Apalagi bersemangat untuk berlomba dalam kebaikan. Semua sirna seolah tak bernyawa atau garing. 

Kedua, menjauh dari orang lain yang memiliki kebiasaan yang baik. Asyik menyendiri dengan banyak alasan. Mereka enggan bersua dengan orang-orang yang selalu menasihati dalam kebaikan karena dia merasa hal itu akan mengusik dirinya. Menyendiri bukan berati ia benar-benar sendiri tapi menjauh dari orang-orang dekatnya yang dulunya bisa mengajaknya dalam ketakwaan. 

Ketiga, emosi diri yang berlebihan tanpa kendali. Emosi bukan sekadar kemarahan namun perasaan yang bermacam-macam. Sensitif, mudah tersinggung, dipuji pun bisa salah paham. Yang ada padanya hanya berpikir negatif terhadap apa saja yang hadir di depannya. Susah sekali menerima kebenaran karena seolah ukuran kebenaran adalah apa yang dipikirkannya. 

Perlu kita mewaspadai bila contoh sederhana menghinggapi jiwa kita. Banyak pekerjaan yang sedianya harus terselesaikan akan terbengkalai karena akan dengan mudahnya ditinggalkan. Padahal bila kita mau menolong agama-Nya niscaya Allah akan menolong kita dan memudahkan segala urusannya. Hanya istighfar dan ampunan atas segala khilaf dan alpa kita. Allahu alam bisshawab.

2. Saya mau tanya bagaiamana kita memiliki cermin yang lebih  baik dari kita tekadang diri ni selalu  kadang menyepelekan dosa .. lhoo si A dengan tingkahnya seperti itu dia bisa sukses, dll
Jawab
Kesuksesan yang diraih seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan keshalihan. Sifat Allah itu Arrahman yang Allah berikan kepada siapa saja karunia yang dari langit dan bumi. Namun kasih sayang Allah arrahim hanya untuk orang yang beriman. Beda nilainya. Sebagai orang beriman jangan sampe kita memgukur diri dari merkea yang tidak dekat dengan Allah. Kita perlu hati-hati dalam masalah ini. Kita butuh dekat dengan orang beriman. Seperti halnya jika kita dekat dengan penjual minyak wangi. Kita ikut medapat harumnya

3. Maaf saya mau tanya lagii... bagaimana sikap kita terhadap keluarga besar kita yang selalu memiliki cerminan kalo sukses itu mereka yang punya banyak uang. Padahal diri ni masih kuliah. Bagaimana sikap kita ummi?
Jawab
Iyah shalihah....
Itu ukuran orang umum. Jika dakwah belum sampe ke mereka wajar jika masih berpikiran banget. Tugas kita yang memberi tahu. Perlahan dengan keteladanan yang baik juga. Seperti apa ukuran kesuksesan. Jika belum juga bisa dipahami maka kita minta pertolongan dari Allah agar dimudahkan menyampaikan kebaikan itu

Doa penutup majelis : 


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ ٭

Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

--------------------------------------------------
Hari / Tanggal : Senin, 25 Januari 2016
Narasumber : Ustadzah Rochma Yulika
Tema : Kajian Islam
Notulen : Ana Trienta

Kajian Online Whatsapp Hamba اَﻟﻠﱣﻪ Ta'ala
Link Nanda

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

1 komentar:

  1. Terimakasih, ulasan panjang ini sangat banyak maknanya

    ReplyDelete

Ketik Materi yang anda cari !!