Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Selasa, 2 Februari 2016
Narasumber : Ustadz
Undang
Rekapan Grup Nanda M104 (Aisyah)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
DUA HAL YANG MENGHALANGI MANUSIA MENGENAL ALLAH
Alhamdulillah kita
dapat berkumpul di majlis ilmu tercinta
Yuk sama-sama hadirkan hati dan fikiran kita untuk siap menerima Ilmu yang akan disampaikan oleh Ustadz Undang
Yuk sama-sama hadirkan hati dan fikiran kita untuk siap menerima Ilmu yang akan disampaikan oleh Ustadz Undang
Mari kita mulai
majelis ilmu ini dengan membaca Bismillah... agar kita sama mendapatkan ridho
dri Allah atas ilmu yg kita dapat hari ini....
بسم الله الر حمن الر حيم
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya..
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaaAllah..
Aamiin
Aamiin
Setiap orang tentunya
berharap dirinya akan selamat dari siksa neraka dan mendapatkan syurga di
akhirat kelak.
Namun jalan menuju ke
arah itu ternyata tidak mudah. Banyak onak dan duri yang harus di singkirkan
jika ingin perjalanannya selamat sampai tujuan. Bukan itu saja terkadang selama
perjalanan ada gangguan dari dalam maupun dari luar, yang jika tidak di sikapi
dengan bijaksana akan berakibat pada kegagalan.
Akhwatifillah yang di
rindukan Syurga.....Islam itu sungguh adalah agama yang sudah sempurna. Tiada
agama lain yang bisa menandingi kesempurnaan Islam. Pada malam ini ana akan
coba paparkan hal hal yang bisa menghalangi kita mengenal Allah.
Secara garis besar
terdapat dua hal yang menghalangi manusia dalam mengenal Allah, yaitu :
1. Maradhus syahwat
(berkaitan dengan hati; berupa nafsu dan kesenangan).
2. Maradhus-syubhat
(berbagai hal yang menimbulkan keraguan, lebih banyak berkaitan dengan masalah
akal dan logika).
Kita akan bahas satu
per satu.
1. Maradhus Syahwat
a. Fasikan (الفسق)
Fasik adalah orang
yang senantiasa melanggar perintah dan larangan Allah, bergelimang dengan
kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di bumi.
Mereka hanya
memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat nanti.
Mereka disibukkan oleh
harta-harta dan anak cucu mereka serta segala yang berhubungan dengan
kesenangan duniawi.
Mereka lupa kepada
Allah, maka Allah pun melupakannya pula.
Yang dimaksud dengan
Allah melupakan mereka ialah Allah tidak menyukai mereka, sehingga mereka
bergelimang dalam kesesatan, semakin lama mereka semakin sesat, sehingga mereka
semakin jauh dari jalan yang lurus, jalan yang diridai Allah.
Karena itu mereka
dilupakan Allah pula di akhirat nanti, tidak menolong dan meringankan beban
penderitaan mereka di akhirat.
“..dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka itulah
orang-orang yang fasik.”
(Q.S. Al-Hasyr: 59)
(Q.S. Al-Hasyr: 59)
Orang-orang yang fasik
adalah orang yang mengetahui mana yang hak, mana yang batil, mana yang baik,
mana yang jahat, namun ia tidak melaksanakan yang benar dan baik itu, tetapi ia
melaksanakan yang batil dan yang jahat. Sifat seperti ini akan menghalangi
seseorang mengenal Allah SWT.
b. Kesombongan (الكبر)
Kesombongan merupakan
suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan membantah terhadap ayat-ayat
Allah, dan mereka tidak beriman kepada Allah SWT. Dia berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat
Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka
melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada
akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia
Maha mendengar lagi Maha melihat.”
(Q.S. Al-Mu’min: 56).
(Q.S. Al-Mu’min: 56).
Pada ayat ini Allah
SWT menyatakan: “Orang-orang yang mengingkari seruan Rasul dan membantah
ayat-ayat Allah adalah orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan keangkuhan
dan takabur, mereka enggan menerima kebenaran karena pengaruh hawa nafsu
mereka. Mereka ingin berkuasa dan dijadikan pemimpin dalam masyarakat, serta
merasa diri mereka orang yang paling berkuasa. Keinginan mereka inilah yang
menyebabkan mereka mengingkari ayat-ayat Allah. Menurut mereka bahwa keinginan
mereka itu tidak akan tercapai jika mereka mengikuti seruan Rasul, karena
dengan mengikuti seruan Rasul berarti mereka meninggalkan agama nenek moyang
mereka dan kaum mereka yang menghormati mereka selama ini”.
c. Kedzaliman (الظلم)
Mengenai sifat dzalim
ini, Allah berfirman,
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.”
(QS. As-Sajdah: 22)
(QS. As-Sajdah: 22)
Allah SWT menerangkan
bahwa orang yang paling zalim di sisi Allah SWT ialah orang yang telah sampai
kepadanya peringatan Allah, telah sampai pula kepadanya ayat-ayat Alquran dan
petunjuk Rasul, kemudian mereka berpaling dari ajaran dan petunjuk itu karena
angkuh dan penyakit dengki yang ada di dalam hatinya. Sikap dzalim seperti
inilah yang menghalangi mereka dari mengenal Allah Ta’ala.
d. Kedustaan (الكذب)
Kedustaan merupakan
sikap bohong (pura-pura) dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah SWT. Hal ini
seperti yang dilakukan oleh orang-orang munafik sebagaimana dimuat dalam firman
Allah,
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar, dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
(Q.S. Al-Baqarah: 9 – 10)
Mereka memperlihatkan
iman, kasih sayang dan menyembunyikan permusuhan dalam batin. Mereka
menyebarkan permusuhan dan fitnah-fitnah untuk melemahkan barisan kaum
Muslimin. Namun usaha kaum munafik itu selalu gagal dan sia-sia. Hati mereka
bertambah susah, sedih dan dengki, sehingga pertimbangan-pertimbangan yang
benar dan jujur untuk menilai kebenaran semakin lenyap dari mereka. Akal
pikiran mereka bertambah lemah untuk menanggapi kebenaran agama dan memahaminya.
e. Banyak melakukan
perbuatan maksiat (dosa) (كثرة المعاصي)
Allah Ta’ala
berfirman,
“Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.”
(QS. 83 : 14)
(QS. 83 : 14)
Disebutkan dalam
hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ العَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ ” كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ”
Sesungguhnya seorang
hamba jika ia melakukan kesalahan, maka akan tercemari hatinya dengan satu
bercak hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya dan beristighfar (memohon
ampun) serta bertaubat, maka hatinya menjadi bersih lagi. Jika ia melakukan
kesalahan lagi, dan menambahnya maka hatinya lama-kelamaan akan menjadi hitam
pekat.
Inilah maksud dari
”al-Raan” (penutup hati) yang disebut Allah dalam firman-Nya: ”Sekali-kali
tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka” Qs. Al-Muthoffifin: 14.
(Hadist Riwayat
Tirmidzi (no : 3334) dan Ahmad ( 2/ 297 ). Berkata Tirmidzi : “Ini adalah
hadist Hasan Shahih “رَانَ“ artinya ghalaba (menguasai) atau menutupi.
Berkata Abu Ubaid: “Setiap apa saja yang
menguasai dirimu, maka disebut dengan ‘rona’” (Tafsir al-Qurthubi : 19/ 170).
Berkata al-Baghawi:
“Ar-Rain artinya mengusai, dikatakan: ‘Minuman khomr itu telah membuat
‘ar-Rain’ atas akalnya’, maksudnya telah menutupi (menguasai) akalnya sehingga
dia menjadi mabuk”. Sehingga, ayat tersebut bisa diartikan: Perbuatan-perbuatan
maksiat itu telah menutupi dan menguasai hati mereka. Berkata Hasan al-Bashri:
“Dosa yang menumpuk atas dosa yang lain, sehingga hati menjadi mati“. (Tafsir
al- Baghawi, Ma’alim at- Tanzil: 8/365.
Maka berdasarkan ayat
ini jelaslah, orang yang banyak melakukan maksiat pasti akan terhalang dari
mengenal Allah Ta’ala..na’udzubillahi min dzalik…
2. Maradhu as-syubhah
a. Kejahilan/
kebodohan (الجهل).
Yakni tidak mau
memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala, baik ayat-ayat qauliyah (yang tersurat dalam
Al-Qur’an) maupun ayat-ayat kauniyah (yang tersirat di seluruh penjuru alam
semesta). Inilah yang menyebabkan terhalangnya manusia dalam mengenal Allah
Ta’ala.
Mereka tidak mau
menggunakan potensi diri mereka untuk memikirkan ayat-ayat Allah Ta’ala,
sehingga ia dicela dalam Al-Qur’an dengan ungkapan,
“…dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak,
bisu dan berada dalam gelap gulita.” (Q.S. Al-An’am: Al-An’am: 39).
Padahal Allah Ta’ala
telah memberikan keempatan yang cukup kepada mereka untuk memikirkan
ayat-ayat-Nya,
“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : ‘Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan
dengan yang telah kami kerjakan’. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu
dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah
tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan
tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”
(Q.S. Fathir: 37)
(Q.S. Fathir: 37)
b. Keragu-raguan (الإرتياب).
Hal ini disebabkan
karena sedikitnya ilmu dan ma’rifah (pemahaman).
Bisa dikatakan pula,
keragu-raguan ini lahir dari kebodohan. Begitulah orang-orang munafik, selalu
berada dalam kondisi terombang-ambing antara iman dan kafir,
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau
kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula)
kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan
mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.”
(Q.S. An-Nisa: 143)
Mereka disesatkan oleh
Allah Ta’la karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah
Ta’ala. Maka orang-orang kafir dan munafik itu terhalang dari mengenal Allah
Ta’ala, mereka dalam kondisi ragu-ragu sepanjang hidupnya hingga datang
kematian yang tiba-tiba.
Allah Ta’ala berfirman
dalam,
“Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam
keragu-raguan terhadap Al Qur’an, hingga datang kepada mereka saat
(kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat. Dan
senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al
Qur’an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau
datang kepada mereka azab hari kiamat.” (QS. Al-Hajj : 55)
c. Penyimpangan (الإنحراف).
c. Penyimpangan (الإنحراف).
Manakala manusia tidak
mau berpegang teguh kepada petunjuk Allah Ta’ala; tidak mau berkomitmen
melaksanakan tuntunan-Nya; bahkan mereka malah mengikuti hawa nafsu dan akal
fikirannya; maka pada saat itulah hatinya akan keras membatu. Terhijablah
petunjuk Allah Ta’ala darinya. Ia pun melangkah semakin jauh dari jalan yang
lurus, sehingga tak mampu mengenal Allah Ta’ala dengan benar.
Hal ini misalnya
pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada masa lalu. Allah Ta’ala
berfirman,
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka,
dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan
(Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa
yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan
melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak
berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Maidah : 13)
d. Kelalaian (الغفلة).
Dalam point pertama
telah disebutkan bahwa jika manusia tidak menggunakan potensi dirinya untuk
memahami ayat-ayat Allah Ta’ala, maka mereka akan terhalang dalam mengenal-Nya.
Hal ini karena kebodohan mereka itu membuat mereka lalai atau lengah.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Q.S. Ar-Rum: 7)
Allah Ta’ala
berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. 7 : 179)
Wallahu A’lam
TANYA JAWAB
Q : Ustadz.. Berhubhngan dengan kesombongan, sombong sebesar biji zarrah itu seperti apa?
A : "Dan barang-siapa yang mengerjakan kebaikan
sebesar biji zarah, niscaya ia akan menerima pahala-nya, dan barangsiapa yang
melakukan keburukan sebesar biji zarah, niscaya ia akan menerima
balasannya"
(Q.S. Az-Zalzalah ayat 7-8)
(Q.S. Az-Zalzalah ayat 7-8)
Misalkan gini mba
terbersit di hati "mendingan aku tak ikutan komunitas odoj tapi bisa
selesai 1 juz perhari dari pada yang ikutan komunitas odoj kadang-kadang kholas
kadang nda"
Padahal itu cuma
terbersit di hati itu sudah merupakan kesombongan perbanyak lah istighfar. Wallahu
a'lam.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk
surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.”
Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan
sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”
(HR. Muslim no. 91
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment