Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 23 Februari 2016
Narasumber : Ustadzah Azizah
Rekapan Grup Nanda M116 (Sari)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor : Rini Ismayanti
MENGESAKAN
ALLAH MEMURNIKAN IBADAH KEPADANYA
Usaha mengesakan Allah
dalam Islam berangkat dari rububiyatullah yaitu pengakuan kita bahwa Allah
adalah Rabb, Tuhan yang telah menciptakan, yang memberi rizky, dan yang
memiliki.
a. Allah sebagai pencipta
Dialah Dzat yang telah ada sejak zaman azali, tidak bermula dan tidak berakhir, yang menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya. Hingga hari ini tidak ada manusia yang dapat membuktikan bahwa ada pencipta lain selain Allah.
Dialah Dzat yang telah ada sejak zaman azali, tidak bermula dan tidak berakhir, yang menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya. Hingga hari ini tidak ada manusia yang dapat membuktikan bahwa ada pencipta lain selain Allah.
b. Allah sebagai pemberi rizky
Setelah menciptakan makhluk-Nya, Allah tidak membiarkan mereka mati kelaparan. Allah menghidupkan dan memberinya penghidupan dengan menyiapkan rizky berupa oksigen, makanan, minuman, panas matahari, serta berbagai kebutuhan hidup lain yang sangat banyak dan beraneka ragam. Kalaupun ada rizky yang didapatkan dari tangan manusia atau sesama makhluk, ini juga tidak terlepas dari kehendak Allah yang mengirimkan rizky itu melalui makhluk-Nya. “Sekiranya kalian menghitung nikmat Allah tentu kalian tidak akan bisa menghitungnya.”
Setelah menciptakan makhluk-Nya, Allah tidak membiarkan mereka mati kelaparan. Allah menghidupkan dan memberinya penghidupan dengan menyiapkan rizky berupa oksigen, makanan, minuman, panas matahari, serta berbagai kebutuhan hidup lain yang sangat banyak dan beraneka ragam. Kalaupun ada rizky yang didapatkan dari tangan manusia atau sesama makhluk, ini juga tidak terlepas dari kehendak Allah yang mengirimkan rizky itu melalui makhluk-Nya. “Sekiranya kalian menghitung nikmat Allah tentu kalian tidak akan bisa menghitungnya.”
c. Allah adalah Pemilik
Allah-lah yang telah menciptakan dan menyediakan bahkan memenuhi segala kebutuhan makhluk-makhluk lainnya, jadi Allah pulalah Pemilik alam semesta yang sesungguhnya. Semua yang kita miliki adalah milik Allah. Diri pribadi kita adalah bukan milik kita, diri kita adalah milik Allah. Karena itu semua yang ada di alam ini adalah kekuasaan Allah.
Allah-lah yang telah menciptakan dan menyediakan bahkan memenuhi segala kebutuhan makhluk-makhluk lainnya, jadi Allah pulalah Pemilik alam semesta yang sesungguhnya. Semua yang kita miliki adalah milik Allah. Diri pribadi kita adalah bukan milik kita, diri kita adalah milik Allah. Karena itu semua yang ada di alam ini adalah kekuasaan Allah.
d. Allah sebagai penguasa
Sebagai penguasa yang mutlak dengan kekuasan penuh, Allah bukan Tuhan yang lalim dan sewenang-wenang. Ia adalah:
● Pelindung yang sangat cinta dan sayang kepada makhluk-Nya
● Hakim yang mengadili, memvonis, dan memutuskan dengan keputusan mutlak
● Pemimpin yang memberi perintah dan larangan yang tidak boleh dilanggar
Sebagai penguasa yang mutlak dengan kekuasan penuh, Allah bukan Tuhan yang lalim dan sewenang-wenang. Ia adalah:
● Pelindung yang sangat cinta dan sayang kepada makhluk-Nya
● Hakim yang mengadili, memvonis, dan memutuskan dengan keputusan mutlak
● Pemimpin yang memberi perintah dan larangan yang tidak boleh dilanggar
Oleh karena itu,
selanjutnya Dia lah swt. tujuan yang harus menjadi orientasi hidup setiap
insan. Hanya Dia lah Tuhan yang sepantasnya disembah dengan segenap
penghambaan.
Mengesakan Allah dengan konsepsi seperti itu disebut juga ikhlas yang berarti pemurniaan.
Mengesakan Allah dengan konsepsi seperti itu disebut juga ikhlas yang berarti pemurniaan.
Tauhidul ibadah adalah
ikhlasul ibadah [memurnikan ibadah] hanya untuk Allah saja. pengesaan Allah dan
ihklasul ibadah hanya akan tercapai dan benar apabila memenuhi konsekuensi
kalimat tauhid “laa ilaaHa illallaaH” yang menolak segala bentuk ilah dan hanya
mengakui Allah sebagai satu-satunya ilah, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itu,
tauhidullah dan ikhlasul ibadah baru akan tercapai apabila dilakukan dengan dua
sayapnya yaitu :
a. Menolak Thaghut
Kata thaghut diambil
dari thagha yang berarti melampaui batas. Menurut Ibnu Taimiyah, thaghut adalah
segala sesuatu yang disikapi sebagaimana sikapnya kepada Allah, baik berupa
jin, manusia, maupun makhluk lainnya. Demikian itu karena sesungguhnya yang
berhak mendapatkan peribadatan hanyalah Allah. Ketika ada dzat lain yang mendapat
perlakukan sebagaimana Tuhan atas permintaannya atau diperlakukan oleh pihak
lain padahal ia tidak pantas mendapat perlakuan demikian, maka itulah perlakuan
yang melampaui batas hingga ia disebut sebagai thaghut.
Untuk menjamin kemurnian ibadah tauhid dan ibadah, penolakan terhadap thaghut harus dilakukan secara prefentif-antisipatif sehingga setiap muslim diperintahkan untuk menjauhi thaghut agar tidak terlihat dalam kemusyrikan, betapa pun kecil dan samar. Di antara karakteristik orang yang bertakwa adalah menjauhi thaghut.
“Orang-orang yang menjauhi thaghut agar tidak menyembahnya.” (az-Zumar: 17)
Untuk menjamin kemurnian ibadah tauhid dan ibadah, penolakan terhadap thaghut harus dilakukan secara prefentif-antisipatif sehingga setiap muslim diperintahkan untuk menjauhi thaghut agar tidak terlihat dalam kemusyrikan, betapa pun kecil dan samar. Di antara karakteristik orang yang bertakwa adalah menjauhi thaghut.
“Orang-orang yang menjauhi thaghut agar tidak menyembahnya.” (az-Zumar: 17)
Rasulullah saw mengatakan bahwa kemusyrikan
itu lebih tersembunyi dibanding bekas tapak kaki seekor semut hitam di atas
batu karang hitam di kegelapan malam. (HR Ahmad)
b. Iman Kepada Allah
Di atas penolakan
terhadap thaghut itu, manusia harus membangun imannya kepada Allah. Demikian
itu karena apabila ia hanya menolak tuhan-tuhan tapi tidak percaya kepada Tuhan
yang satu, pada saat itu dia disebut sebagi atheis. Bahkan dia sebenarnya telah
mempertuhankan sesuatu yang lain selain Tuhan yang sebenarnya. Saat itu ia
telah mempertuhankan dirinya sendiri, berarti ia telah thagha [melampaui batas]
dan inilah yang difirmankan Allah dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, ia memandang
dirinya serba cukup.” (al-‘Alaq: 6-7)
Imannya yang hanya diberikan kepada Allah itu harus diwujudkan dalam bentuk ibadah [penghambaan] dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Misi pembebasan manusia dari penghambaan atas sesama [makhluk] kepada penghambaan kepada Pencipta makhluk inilah yang dibawa oleh para nabi dan rasul.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat seorang rasul [agar mereka menyerukan], ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (an-Nahl: 36)
Dengan dua sayap tauhid inilah, pemurnian ibadah hanya kepada Allah dapat dicapai, dengannya pula seseorang disebut telah berpegang pada tali yang kokoh.
“Barangsiapa kufur kepada Thaghut dan beriman kepada Allah berarti ia telah berpegang kepada tali yang kokoh.” (al-Baqarah: 256)
Imannya yang hanya diberikan kepada Allah itu harus diwujudkan dalam bentuk ibadah [penghambaan] dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun. Misi pembebasan manusia dari penghambaan atas sesama [makhluk] kepada penghambaan kepada Pencipta makhluk inilah yang dibawa oleh para nabi dan rasul.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada tiap-tiap umat seorang rasul [agar mereka menyerukan], ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (an-Nahl: 36)
Dengan dua sayap tauhid inilah, pemurnian ibadah hanya kepada Allah dapat dicapai, dengannya pula seseorang disebut telah berpegang pada tali yang kokoh.
“Barangsiapa kufur kepada Thaghut dan beriman kepada Allah berarti ia telah berpegang kepada tali yang kokoh.” (al-Baqarah: 256)
Wallahu'alam bish
showab
TANYA
JAWAB
Q : Bunda,
bagaimanakah cara kita untuk menjaga kemurnian ibadah/Tauhid kita pada Allah
SWT dan tidak menjadi musyrik. Misalnya saat berobat kita jadi terlalu mempercayai
obat dan orang yang mengobati tsb. Padahal hanya Allah yang Maha Penyembuh.
A : Menjaga kemurnian
aqidah hal mutlaq yang gak bisa ditawar kalau kita mau selamat menuju syurga. Karena
satu-satunya dosa yang tak terampuni adalah syirik. Oleh karena itu usahakan
perkokoh ruh dengan terus menundukkan hati belajar menerima semua keputusan
Rabb nya dengan lapang, dan berani berkata/menolak untuk bersinggungan dengan
hal-hal yang bisa membuat iman lemah dan rontok. Bagaimana saat kita berobat?
Kita percaya banget dengan dokternya/obatnya? Ikhtiar itu perlu, wajib malahan,
wajar kok mncari dokter yang spesialis atau dengar kabar beliau bertangan
dingin. Tapi tetap usahakan sadar bahwa yang menyembuhkan bukan dokter
itu/obatnya tapi Allah. Obat dan dokter
hanya wasilah semata.
Q : Bagaimana cara kita
membantu menyadarkan saudara-saudara yang percaya dengan 'orang pintar'? Padahal
secara keagamaan, cara ibadah orang tsb juga kurang sesuai dengan ajaran agama
Islam
A : Nasehati dengan
mauizah hasanah, berikan argumen logis, kaitkan dengan dalil. Jika kita tak
bisa mengingatkannya, maka minta orang lain yang dia bisa dengar dan segani,
katakan bahwa datang pada orang pintar/dukun maka amalannya tertolak.
Q : Bunda mau tanya terkait Allah sebagai pencipta. Kemarin saya kan ikut kajian Hikam. Nah
disitu ust bilang, "perbanyak sholawat, karena sholawat tidak sekedar bisa
mengendalikan manusia, tapi bumi dan seisinya.. Kenapa? Karena bumi dan isinya
diciptakan untuk Muhammad" . Bukannya Allah menciptakan untuk seluruh makhluknya ya bun? Hhe
A : Wahhh ust nya yang menyampaikan pertanyaannya ke bunda nih? Gimana kalau maksud ust nya gak sama dengan bunda hayoo...
Jadi begini, Rasul itu diciptakan sebagai nabi akhir zaman dan menjadi kekasih Allah. Hanya nabi yang bisa memberikan syafaat kelak dari semua nabi utusan Allah. Sholawat adalah bukti kecintaan kita pada beliau, dan karena nabi adalah utusan akhir zaman, bumi ini milik Allah, dan Allah mencintai nabinya, maka siapapun yang mencintai yang dicintai Nya, berhak mewarisi bumi ini, karena sejatinya ia penerus tegaknya syiar. Dan makna bumi ini milik nabi ya gak saklek begitu kan mbk, itu hanya kiasan bahwa bumi ini diwariskan pada nabi akhir zaman.
Jadi begini, Rasul itu diciptakan sebagai nabi akhir zaman dan menjadi kekasih Allah. Hanya nabi yang bisa memberikan syafaat kelak dari semua nabi utusan Allah. Sholawat adalah bukti kecintaan kita pada beliau, dan karena nabi adalah utusan akhir zaman, bumi ini milik Allah, dan Allah mencintai nabinya, maka siapapun yang mencintai yang dicintai Nya, berhak mewarisi bumi ini, karena sejatinya ia penerus tegaknya syiar. Dan makna bumi ini milik nabi ya gak saklek begitu kan mbk, itu hanya kiasan bahwa bumi ini diwariskan pada nabi akhir zaman.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment