Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 16 Maret 2016
Narasumber : dr.
Azizah
Rekapan Grup Nanda M116 (Sari)
Tema : Psikologi
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin
GANGGUAN
BIPOLAR
Gangguan bipolar adalah salah satu
masalah kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan suasana hati
secara fluktuatif dan drastis. Misalnya dari yang murung, tiba-tiba bisa
berubah menjadi sangat bahagia atau sebaliknya.
Pada fase turun atau yang disebut sebagai periode depresi,
penderita gangguan bipolar biasanya akan terlihat sedih, lesu, dan tidak
bergairah. Sedangkan pada fase naik atau mania, penderita kondisi ini bisa
menjadi sangat bersemangat, enerjik, dan banyak bicara.
Jika dilihat dari perputaran episode suasana hati, ada penderita
gangguan bipolar yang mengalami keadaan normal di antara mania dan depresi.
Meski begitu, ada sebagian penderita yang mengalami perputaran cepat dari fase
ke fase tanpa adanya periode normal. Tiap fase gejala yang tergolong parah
dapat berlangsung hingga beberapa minggu.
Pada gangguan bipolar, ada juga penderita yang mengalami mania dan
depresi secara bersamaan. Misalnya, ketika penderita merasa sangat berenerjik,
di saat bersamaan dirinya juga merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala yang
jarang terjadi ini dinamakan dengan periode campuran.
Penyebab gangguan bipolar
Hingga kini para ahli belum mengetahuipenyebab terjadinya
gangguan bipolar. Namun mengenai gejala mania atau depresi pada penderitanya,
diduga turut dipicu oleh beberapa faktor seperti adanya kelainan pada zat
pengantar sinyal di otak.
Faktor pemicu lain yang tidak boleh dianggap enteng adalah
stres. Banyak kasus gangguan bipolar yang terjadi pada penderita yang sering
mengalami tekanan dalam hidupnya.
Selain stres, gaya hidup yang tidak baik diduga turut memiliki
dampak terbentuknya gangguan bipolar dalam diri seseorang, misalnya kecanduan
minuman keras dan penyalahgunaan obat-obatan.
Diagnosis gangguan bipolar
Dalam mendiagnosis gangguan bipolar, psikiater akan mencoba
mengumpulkan keterangan, baik dari pasien langsung maupun dari keluarga.
Psikiater akan bertanya seputar gejala, riwayat kesehatan pasien, dan riwayat
kesehatan keluarganya. Misalnya apakah ada anggota keluarga pasien yang
mengidap kondisi sama. Selain itu, dokter mungkin melakukan tes darah dan tes
urin untuk memastikan gejala yang ada bukan disebabkan oleh penyakit lain.
Pengobatan gangguan bipolar
Tujuan pengobatan gangguan bipolar adalah untuk menurunkan
frekuensi terjadinya episode-episode mania dan depresi agar penderita dapat
hidup secara normal dan membaur dengan lingkungan.
Selain memperbaiki pola hidup, rencana pengobatan biasanya
mencakup pemberian obat-obatan yang dikombinasikan dengan penanganan lain
misalnya terapi psikologis
TANYA JAWAB
Q : Ana mu tanya ustadz ah, bagaimana
cara untuk mendeteksi dini seseorang terkena bipolar, apakah itu berbahaya, dan
bagaimana mengtasainya terutama bagi wanita-wanita muda, yang kadang moodnya
berubah-ubah..
A : Gangguan bipolar tidak dengan
mudah didiagnosis/disimpulkan... Perlu wawancara secara jelas dan terperinci,,
perlu pemeriksaan fisik juga... Selama orang lain tidak merasa terganggu/tidak
ada komplain,, bisa jadi itu hanya perubahan mood biasa. Dan bisa jadi masih
normal bun
Q : Bunda mau tanya, tanda-tanda yang
bisa dikenali tanpa diagnosis di atas kira-kira apa ya bun? Aku sering cepet
ngambek, tapi gampang ilang ngambeknya, trus bercanda lagi
A : Bisa jadi itu bukan bipolar,, hanya mood yang naik turun aja...
Kayak wanita yang mau PMS kan mood juga berubah-ubah naik turun,, jadi ndak
masalah... Kecuali ada penurunan/kenaikan mood secara significant itu yang jadi
masalah dan perlu diperiksakan ke psikiater
Q : Cara mendeteksi gejala bipolar
yang sederhana gimana bunda sebelum akhirnya harus konsul ke psikiater? Misal
ada jangka waktu atau ciri khas tertentu tentang gejala bipolar dibanding dengann
gejala emosi pada umumnya
A : “Jangan menganggap
remeh gangguan bipolar!” begitulah kata Prof dr Sasanto Wibisono SpKJ(K), Guru Besar
dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, seperti dikutip dari harian Pikiran Rakayakat
12 Mei 2006. Beliau pun melanjutkan, gangguan bipolar yang tidak diterapi
dengan baik akan membahayakan jiwa penderita itu sendiri.
Gangguan jiwa bukan hanya ‘milik’ negara-negara miskin atau sedang
berkembang seperti Indonesia. Pada kenyataannya, gangguan jiwa menjadi salah
satu dari empat masalah kesehatan utama di negara maju. Dan gangguan bipolar
termasuk salah satu contohnya.
Boleh dibilang, insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar
antara 0,3-1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko
kematian terus membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan
mereka mengambil jalan pintas alias bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat
pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara
yang diterapi ’hanya’ 1,3 per 1000 pasien.
Dua Kutub
Layaknya sebuah magnet, gangguan bipolar memiliki dua ’kutub’
yaitu manik dan depresi. Dari situ pulalah nama bipolar itu berasal.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDENGANJ) III,
gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien
dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu
terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas
(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan
serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan
sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung
berlangsung lebih lama.
Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa
kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30
tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih
berat, kronik bahkan refrakter.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan
bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I
atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan
gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya
dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami
penderita
Yang perlu digaris bawahi - waktunya bun…
Q : Nah kalo misalkan seseorang gak
move on atau trauma akan hal buruk di hidupnya apakah itu bipolar atau kelainan
jiwa ?
A : Ndak... Itu bisa jadi PTSD - post traumatic stress
disorder... Perlu kita gali lebih dalam lagi gmn gejalanya Dan brapa lama
waktunya. PSTD aalah trauma masa lalu yang menyebabkan seseorang jadi
terngiang2 dan bisa jadi berubah sikapnya
Q : Hiiii, bisa bahaya donk ya bun
A : Bisa... Lha klo misal dia jadi
murung trus,, takut tanpa sebab, ndak mau keluar rumah dll... Akan bahaya,, bisa
menimbulkan gangguan yang lain seperti psikotik/depresi berat,, bisa juga bunuh
diri... Tetapi selama perubahan itu "masih normal" ya ndak papa. Afwan
ya bun... Masalah kejiwaan memang agak "sulit" dicerna... Kadang agak
mbulet dan saling berkesinambungan....
Q : Apakah penyebab penyakit bipolar
it bun ????? Apa karena cinta yang tak sampai bisa jadi penyebab nya??????? Dan beneran klo dah kambuh selalu saja
bilang pengen bunuh diri ..
A : Eka Hospital Care for Better Health
Mengenal Bipolar Disorder
Setiap orang pada umumnya pernah mengalami perubahan suasana
hati (mood swing), namun perubahan itu tidak terlalu berdampak pada
lingkungannya. Mood swing dapat dikatakan mengganggu apabila terjadi dengan
sangat ekstrim. Sebagai contoh, di awal minggu seseorang mengalami mood yang
baik namun cenderung over-exciting, lalu secara mengejutkan di akhir minggu
mengalami depresi berat hingga muncul keinginan untuk bunuh diri. Apakah yang
sesungguhnya terjadi? Dan apa penyebabnya?
Apa itu Bipolar Disorder?
Kondisi dalam ilustrasi tersebut dapat digolongkan ke dalam bipolar disorder, yaitu jenis gangguan kejiwaan/ psikologis yang ditandai dengan perubahan mood (alam perasaan) yang sangat ekstrim. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua kutub (bi-polar) berlawanan, yaitu positif yang berupa rasa bahagia (hipomania/ mania) dan negatif berupa rasa sedih (depresi) yang berlebihan.
Kondisi dalam ilustrasi tersebut dapat digolongkan ke dalam bipolar disorder, yaitu jenis gangguan kejiwaan/ psikologis yang ditandai dengan perubahan mood (alam perasaan) yang sangat ekstrim. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua kutub (bi-polar) berlawanan, yaitu positif yang berupa rasa bahagia (hipomania/ mania) dan negatif berupa rasa sedih (depresi) yang berlebihan.
Kutub positif (perilaku hipomania/ mania) adalah kondisi
pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang menunjukkan ekspresi kegembiraan
berlebihan. Misalnya merasa banyak ide, paling pintar, menggampangkan
permasalahan, yang kemudian menciptakan pikiran positif berupa perasaan bahagia
berlebihan, tingkah laku terlalu gembira, dan terlihat menonjol. Pada tingkat
perilaku hipomania, orang dengan bipolar disorder masih dapat mengendalikan
diri, sementara mereka yang berperilaku mania sudah tidak dapat mengendalikan
diri.
Sementara itu kutub negatif (perilaku depresi) adalah kondisi
pikiran yang negatif, putus asa, dan tidak ada ide. Orang dengan depresi
diliputi perasaan sedih, tidak bersemangat yang berlebihan, cenderung
bertingkah laku pendiam, pemalas, dan tidak mau bersosialisasi dengan
lingkungannya. Bahkan terkadang pada tingkat depresi yang sangat tinggi, timbul
perasaan ingin bunuh diri.
Bipolar terbagi dalam 2 tipe, yaitu:
Bipolar tipe 1, yaitu kondisi dimana ciri kutub positif dapat
mencapai level tertinggi atau mania, sedangkan lebel depresi tidak terlalu
dalam.Bipolar tipe 2, yaitu kondisi ciri depresi yang dapat sangat rendah, sedangkan
kutub positifnya pada tingkat hipomania.
Faktor apa saja yang menyebabkan gangguan bipolar?
Faktor penyebab bipolar disorder sulit ditentukan secara pasti. Siapapun dapat mengalami gangguan ini tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Namun faktanya perempuan memiliki kecenderungan lebih mudah mengalami bipolar, karena lebih ekspresif. Bipolar juga dapat diturunkan (genetik), umumnya pada generasi ketiga (lompat generasi), dan apabila orangtua memiliki kecenderungan depresi.
Faktor penyebab bipolar disorder sulit ditentukan secara pasti. Siapapun dapat mengalami gangguan ini tanpa memandang usia atau jenis kelamin. Namun faktanya perempuan memiliki kecenderungan lebih mudah mengalami bipolar, karena lebih ekspresif. Bipolar juga dapat diturunkan (genetik), umumnya pada generasi ketiga (lompat generasi), dan apabila orangtua memiliki kecenderungan depresi.
Tingkat kecerdasan dapat menjadi faktor rentannya seseorang
mengalami gangguan ini; semakin pintar, semakin kritis menganalisis
permasalahan termasuk perasaannya sendiri, maka semakin besar kemungkinan
memiliki kecenderungan tersebut. Faktor pemicu lainnya adalah stres yang
dialami dalam kehidupan sosial, seperti kehilangan pasangan atau orangtua, dan
lain-lain.
Apakah bipolar dapat disembuhkan?
Bipolar bukanlah suatu penyakit, melainkan ciri dari seseorang, sehingga tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Orang dengan gangguan ini diharapkan dapat mengendalikan mood swing yang berlebihan dengan cara rutin minum obat. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya kemungkinan terburuk, misalnya bunuh diri akibat depresi yang terlalu dalam.
Bipolar bukanlah suatu penyakit, melainkan ciri dari seseorang, sehingga tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Orang dengan gangguan ini diharapkan dapat mengendalikan mood swing yang berlebihan dengan cara rutin minum obat. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya kemungkinan terburuk, misalnya bunuh diri akibat depresi yang terlalu dalam.
Apa yang harus dilakukan untuk mengontrol bipolar disorder?
Berikut adalah tips untuk menghadapi orang dengan bipolar disorder:
Berikut adalah tips untuk menghadapi orang dengan bipolar disorder:
Understand/ Mengerti: Cari tahu fakta-fakta mengenai bipolar
disorder, mengapa dapat terjadi, dan bagaimana cara menghadapinya. Dengan
demikian diharapkan orang di sekeliling akan mengerti dan memahami apa yang
harus dilakukan apabila muncul gejala-gejala awal.Accept/ Menerima: Setelah
mengerti apa itu bipolar, orang-orang di sekitarnya akan mudah menerima jika
salah satu keluarga/ kerabatnya memiliki gangguan tersebut.Adapt/ Beradaptasi:
Beradaptasilah dengan keadaan bipolar disorder, karena penderita tidak dapat
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Tips untuk bipolar disorder:
Mencari dukungan dari keluarga dan teman dekat: Jangan malu
untuk mengakui kondisi bipolar disorder kepada lingkungan terdekat agar
mendapat dukungan yang positif.Minum obat tepat waktu: Bipolar disorder
memerlukan bantuan obat-obatan. Minum obat tepat waktu sesuai jadwal yang
ditentukan oleh psikiater dapat menghindari terjadinya relapse (kambuh).
Tanyakan selalu efek samping obat-obatan tersebut agar reaksinya dapat
dikontrol.Konsultasi maupun terapi dengan psikiater dan psikolog: Bipolar
merupakan gangguan mood. Konsultasi dan terapi dengan psikolog maupun psikiater
diharapkan membantu mengelola mood dengan lebih baik. Hal ini dapat melatih
diri untuk menekan faktor penyebab stres (stressor), mengelola pikiran negatif
menjadi positif, dan sigap terhadap hal-hal yang dapat memicu
episode.Mempertahankan kehidupan sosial: Orang dengan gangguan bipolar umumnya
bermasalah dalam kehidupan sosial, namun ia harus berusaha untuk menjadikan
lingkungan sosialnya sebagai salah satu sarana yang dapat membantu kondisi
mood. Lakukan hal-hal yang disenangi seperti hobi, olahraga, maupun kegiatan
sosial untuk tetap terhubung dengan lingkungan. Hal ini dapat membantu untuk
fokus terhadap hal lain yang lebih positif di luar diri sendiri.Kenali dan
waspadai faktor pemicu: Tekanan/ stres, kehidupan sosial yang tidak seimbang,
kurang tidur, atau perubahan terhadap rutinitas dapat menjadi pemicu terjadinya
relapse. Waspadai faktor pemicu, seperti memulai pekerjaan atau rutinitas baru,
perpisahan, pertengkaran rumah tangga, dan lain sebagainya.Lakukan gaya hidup
sehat: Jauhi alkohol dan obat-obatan terlarang yang dapat mempengaruhi kondisi
mood ke arah yang lebih negatif. Olaharaga teratur dan mengonsumsi makanan
sehat akan membantu menjaga keseimbangan kondisi mood.Tidak menyerah:
Diperlukan sikap tidak mudah menyerah dan tetap berpikiran positif untuk
menghadapi kondisi bipolar disorder.
Sebab - sebab bipolar:
Virus-Genetik
Hingga saat ini, etiologi dan patofisiologi gangguan bipolar
masih belum dapat dijelaskan. Virus pun sempat dituding sebagai biang kerok.
Serangan virus pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun
pertama sesudah kelahiran. Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun
kemudian. Telatnya manifestasi itu timbul karena diduga pada usia 15 tahun
kelenjar timus dan pineal yang memproduksi hormon yang mampu mencegah gangguan
psikiatrik sudah berkurang 50%.
Akhir-akhir ini, penelitian mengarah pada keterlibatan genetik.
Pemikiran tersebut muncul berawal dari ditemukannya 50% penderita bipolar yang
memiliki riwayat penyakit yang sama dalam keluarga. Keturunan pertama dari
seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa
sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada
kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%.
Pola penurunan tersebut tidak mengikuti hukum Mendel.
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan
bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus
mana dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya
yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan
21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down
(trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar.
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan
gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan
gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan
noradrenalin. Kandidat gen yang berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun
mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin
hidroksilase, catechol-O-metiltransferase (COMT), dan serotonin transporter
(5HTT).
Tak berhenti sampai disitu, peneliti juga mempunyai ‘tersangka’
baru yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF
adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps,
neurogenesis dan perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam
mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3
penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar. Dan
hasilnya, positif.
Komorbid
Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita bipolar
saja tetapi juga menderita gangguan jiwa yang lain (komorbid). Penelitian oleh
Goldstein BI dkk, seperti dilansir dari Am J Psychiatry 2006, menyebutkan bahwa
dari 84 penderita bipolar berusia diatas 65 tahun ternyata sebanyak 38,1%
terlibat dalam penyalahgunaan alkohol, 15,5% distimia, 20,5% gangguan cemas
menyeluruh, dan 19% gangguan panik.
Sementara itu, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
menjadi komorbid yang paling sering didapatkan pada 90% anak-anak dan 30%
remaja yang bipolar.
Kelainan Otak
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan
penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan
positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah subisatansia nigra dan
aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu,
Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil
pada amyangdala dan hipokampus. Korteks prefrontal, amyangdala dan hipokampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin
berkurang pada otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit
menghasilkan membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat
hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat
dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.
Q : Apakah setiap orang yang positif
bipolar pasti ada keinginan bunuh diri bun?
A :Klo dia sedang mengalami fase depresi berat,, bisa jadi
ukh...Tapi klo sedang manik/hipomanik... Ya biasanya ndak ke bunuh diri arahnya
Q : Afwan bun, ana punya sepupu yang
hatinya benar-benar sensitif jadi jika orang membicarakannya dia slalu berpikir
macam-macam bukan sudzon tapi lebih ke takut gitu... Hingga sampai nangis
ketakutan, sampai minum penenang, nah sembuhnya itu kalo masalahnya slesai, apa
itu termasuk bipolar
A :Belum tentu juga... Yang jelas dia memang ada gangguan.... Bisa
jadi gangguan kepribadian skizoid atau lainnya... Dilanjutkan aja pengobatannya
pada psikiater terdekat... Sesuai saran sebelumnya bagaimana...
Q : Trus kalo mengkonsumsi obat anti
depresan secara rutin walopun dianjurkan oleh psikiater itu apa ada efek
samping ketergantungan obat dll?
A : Tergantung jenis obatnya bun... Karena anti depresat juga
ada pembagiannya. Afwan... Yang masalah penggunaan jangka panjang
antidepressants - insyaAllah ndak bikin ketergantungan,, itu cuma obat untuk
mengatasi depresinya...Klo misal setelah minum obat,, dia bisa ngontrol
emosinya dengan baik,, ya ndak perlu minum lagi,, tapi klo ndak bisa,, maka
harus rutin minum... Yang di atas itu... Efek sampingnya yang berbeda
tertantung jenis antidepressants nya
Q : Kenapa ya klo obat selalu
diidentikan dengan efek samping ketergantungan ???
A : Sebenernya,, masalah kejiwaan ini bukanlah penyakit,, tapi
ciri diri seseorang,, jadi prinsipnya bukan disembuhkan tetapi dikontrol. Sama kayak
diabetes/hipertensi,, ketika dia minum obat secara rutin dan trus menerus,,
bukanlah karena ketergantungan tetapi karena tanpa obat dia tidak bisa
terkontrol sendiri...Hal di atas yang kita bahas tadi adalah dari sisi
medisnya...Sekali lagi,, jangan lupakan Allah ya ukhti...
Banyak cara yang bisa kita lakukan
untuk ngontrol emosi kita...banyak tilawah, dzikir, wudhu, ikhlas, syukur
dll... Jangan lupakan itu semua...Hanya dengan mengingat Allah Hati akan
tenang,,Allah itu dekat,, Allah akan mengabulkan doa kita apabila kita berdoa. So...
Skali lagi... Ingat Allah selalu ya... Jangan selesaikan masalah secara
sendirian,, selalu libatkan Allah,, insyaAllah Allah akan menolong,, karena
jika kita menyelesaikan masalah sendirian,, malah akan jadi mbulet Dan bisa jadi
kita pun ndak sanggup...So,, jagalah Allah... Maka Allah akan menjagamu
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment