Home » , , » TINGKATAN DAN KELAZIMAN CINTA (Kajian Grup Nanda)

TINGKATAN DAN KELAZIMAN CINTA (Kajian Grup Nanda)

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, March 15, 2016

Kajian Online WA  Hamba الله SWT

Selasa, 15 Maret 2016
Rekapan Grup Nanda
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor : Rini Ismayanti


TINGKATAN DAN KELAZIMAN CINTA


Akhowati fillah, insya Allah segera saya share materi Syakhshiyah Islamiyyah pekan ini ya..
Bismillah walhamdulillah washsholatu wassalamu 'ala rasulullah. Tema kita kali ini membahas lebih detil tentang Cinta kepada Allah.

Tidak dipungkiri, cinta akan membawa dampak terjadinya penghambaan dari yang mencintai kepada yang dicintainya. Secara fitri manusia sebagai makhluk mencintai al-Khaliq, Allah. Namun tidak dipungkiri pula bahwa ada sekadar hubungan cinta manusia kepada selain Allah. Melihat dampaknya yang demikian besar maka manusia [apabila ia adalah muslim] harus menata cintanya dengan baik. Jangan sampai cinta kepada sesuatu menyebabkan terjadinya keburukan pada dirinya maupun pihak lain.

Setiap yang dikenalnya akan mendapatkan sentuhan cinta darinya. Allah sebagai Tuhannya, Rasulullah saw. sebagai Nabinya, Islam sebagai agamanya, mukmin sebagai saudara seiman, muslim yang merupakan saudara seagama, manusia yang merupakan saudaranya sesama manusia, dan alam sekitar dimana dia hidup, semua mendapat bagian tertentu dari cintanya itu. Sudah barang tentu, cintanya kepada semua itu tidak akan sama besar. Cinta tertinggi diberikan kepada Allah. Cintanya kepada yang lain adalah dalam rangka cinta kepada Allah. 
Melihat dampak yang akan terjadi dalam cinta itu, berikut ini dibicarakan tingkatan-tingkatannya:

1. Hubungan terendah dalam cinta adalah hubungan biasa-biasa saja. cinta dengan tingkat ini diberikan kepada materi maupun fasilitas hidup di dunia, baik itu hewan, tumbuhan maupun benda-benda lainnya. Semua materi yang ada di langit dan di bumi Allah ditundukkan untuk manusia sebagai fasilita hidup dalam rangka ibadah kepada-Nya.

2. Cintanya kepada sesama manusia ada pada tingkat ‘athf [simpati]. Dengan cinta ini dia dakwahi sesama manusia agar mereka selamat di dunia dan di akhirat, terhindar dari hal-hal yang tidak baik.

3. Shabaabah [empati] diberikan kepada manusia yang muslim lagi mukmin. Disini dia merasakan adanya hubungan persaudaraan dengannya.

4. Asy-syauq [kerinduan] diberikan kepada manusia yang muslim lagi mukmin. Kepada merekalah kedekatan cinta dan kasih sayang diberikan.

5. Cinta kepada Rasul tidak sampai ke tingkat penghambaan. Cinta kepada Rasul saw. dan Islam yang diajarkannya ada pada tingkat ‘isyq [kemesraan] yang diwujudkan dengan menteladaninya.
“Katakanlah hai Muhammad, jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.”(Ali ‘Imraan: 31)

6. Cinta tertinggi kalau terjadi tatayyun [penghambaan] dimana seseorang akan menghamba dan menyembah apa yang ia cintai. Cinta dengan tingkat semacam ini hanya boleh diberikan kepada Allah.

Hubungan dengan tingkat perasaan cinta yang tertinggi, sudah barang tentu meliputi perasaan dan tingkat cinta di bawahnya. Sebaliknya, cinta kepada sesuatu yang ada di bawahnya tidak boleh melebihi cinta dan perasaan dan tingkat yang diberikan kepada yang di atasnya. Cinta kepada materi misalnya tidak boleh sampai pada tingkat simpati yang kemudian ditindaklanjuti dengan ajakan, apalagi tujuan. Manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding materi. Memberikan cinta kepada materi dengan tingkat simpati yang kemudian dilanjutkan dengan ajakan adalah perbuatan sia-sia.

Hakikat ini Allah ungkapkan dalam kitab suci-Nya dalam mengkritik kaum musyrikin:
“Dan tuhan-tuhan yang kalian seru [sembah] selain Allah tiada memiliki walaupun hanya sehelai qithmiir [kulit ari yang ada pada biji-bijian]. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak dapat mendengar seruanmu; dan kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat mengabulkan permintaanmu.” (Fathir: 13-14)

Kelaziman cinta menggambarkan siapa dan apa saja yang patut dicintai dan yang patut dibenci. Cinta kepada Allah berarti juga mencintai siapa-siapa yang dicintai Kekasih (Allah) dan mencintai apa saja yang dicintai kekasih (Allah). Mencintai siapa dan apa yang dicintai Allah ini akan menghasilkan walaa, (loyalitas) kepada Allah.
Sebaliknya apabila membenci siapa saja yang dibenci Kekasih (Allah) dan membenci apa saja yang dibenci Kekasih (Allah) akan menghasilkan baraa, (melepaskan diri) dari segala perbuatan kufur. Walaa, dan baraa, merupakan sikap yang jelas kepada objek cinta.

Wallahua'lam bish showab

TANYA JAWAB

M103 by Ustdzh Riyanti
Q : Mau menanyakan bagaimana kriteria atau indikasi kalau kita mencinta seseorang (wanita/pria) karena Allah ?
A : Cinta dalam islam adalah tanggung jawab. Bukan sekedar pertemuan dan kata-kata indah, tapi yang mengikat kalian dalam pernikahan. “Barang siapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga.” (Umar bin Khattab ra.). Saat kita dilahirkan, kita bagai kapas putih, yang membuatnya semakin menghitam adalah perilaku kita sendiri.
Mari kita teladani Ali. Ia menjaga cintanya untuk Fatimah, hingga Allah menyatukan mereka dalam pernikahan. Ali sangat menjaga kata-katanya, ekspresinya, sikapnya, bahkan setan tidak tahu urusan cinta dalam hati mereka. Ali belum siap, maka ia belum melamar Fatimah. Saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah, hatinya bagai tercabik. Ternyata lamaran Abu Bakar dan Umar ditolak. Ali memberanikan diri maju melamar Fatimah. Meminta Fatimah menunggu tiga tahun lagi? Itu memalukan. Meminta Fatimah menunggu hingga ia siap? Ia merasa sudah dewasa. Jantan!!
“Engkau pemuda sejati wahai Ali. Pemuda yang siap bertanggung jawab atas cintanya. Ahlan wa sahlan.” Begitu kata Nabi dengan senyumnya. Dengan keberaniannya Ali menikahi Fatimah, tanpa janji-janji, tanpa nanti. Inilah cinta yang bertanggung jawab. Fatimah berkata kepada Ali :”Maafkan aku, sebelum menikah aku pernah mencintai seseorang..” Ali bertanya, “Lalu kenapa kamu mau menikah denganku? Siapa pemuda itu?” Fatimah menjawab, “Pemuda itu adalah … Kamu.”
Ya Allah… Hadiahkanlah kepadaku seseorang seperti Ali, dan jadikanlah aku Fatimahnya.. Allahumma Aamiin…

Q : Bagaimana cara menyadarkan seseorang yang udah di butakan cinta?
Di nasehati secara halus sudah bahkan sampai yang menasehati menjauh agar sadar sudah tapi tetep masih di butakan oleh cinta bahkan hingga lupa dengan sanak sodaranya hanya demi seseorang yang iya cintai.. Adakah doa khusus untuk orang seperti ini ustadzah?
A : Nikahkan jika sudah siap. Dalam kondisi seperti itu (kasmaran), sulit  dinasihati. Di larang malah akan menerjang. Didampingi terus saja, berusaha agar bisa jadi tempat curhat..jangan malah dijauhi...coba kalo suka baca pinjami novel cinta islami pembangun jiwa, seperti Ayat ayat cinta...cerpen cerpen islami yang memotivasi.
Ini ada doa pengikat hati
Allahumma innaka ta'lamu anna hadzihil qulub,
qadijtama-at 'alaa mahabbatik,
wal taqat 'alaa tha'atik,
wa tawahhadat 'alaa da'watik,
wa ta ahadat ala nashrati syari'atik.
Fa watsiqillahumma rabithataha,
wa adim wuddaha,
wahdiha subuulaha,
wamla'ha binuurikal ladzi laa yakhbu,
wasy-syrah shuduroha bi faidil imaanibik,
wa jami' lit-tawakkuli 'alaik,
wa ahyiha bi ma'rifatik,
wa amitha 'alaa syahaadati fii sabiilik...
Innaka ni'mal maula wa ni'man nashiir.
Artinya :Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya hati-hati kami ini,
telah berkumpul karena cinta-Mu,
dan berjumpa dalam ketaatan pada-Mu,
dan bersatu dalam dakwah-Mu,
dan berpadu dalam membela syariat-Mu.
Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya,
dan kekalkanlah cintanya,
dan tunjukkanlah jalannya,
dan penuhilah ia dengan cahaya yang tiada redup,
dan lapangkanlah dada-dada dengan iman yang berlimpah kepada-Mu,
dan indahnya takwa kepada-Mu,
dan hidupkan ia dengan ma'rifat-Mu,
dan matikan ia dalam syahid di jalan-Mu.
Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.

Q : Bagaimana ketika kita punya adik dan sudah mulai melirik lawan jenis bagaimana ya nasihat atau pendekatan yang bisa membuat dia sadar kalau pacaran itu dilarang bunda (usianya masih SMP)?
A : Jangan buru-buru melarang. Berusahalah dengan segala cara untuk jadi tempat curhat adik. Jangan jauh dengan adik. Dengan kedekatan itu akan membuat adik akan terbuka....Kasih hadiah...beri perhatian....

Q : Bunda bagaimana cara menolak ketika ada seorang ikhwan menyampaikan niat baiknya untuk silaturahmi mengenal kEluarga kita tetapi kita sebagai wanita merasa belum siap dan mampu?
A : Kenapa belum siap Nanda.....umur Nanda brp? Kalo ada lelaki baik datang untuk melamar...akan terjadi fitnah. Mohon petunjuk Allah... Dekatkan diri dengan banyak ibadah....jangan terburu buru mengatakan tidak siap....belum mampu.... Tidak ada orang yang menikah yang siap 100% saat mo nikah....
Karena setelah nikahpun akan selalu belajar dan belajar....

Q : Mengutip kalimat di artikel bunda bahwa "Kelaziman cinta menggambarkan siapa dan apa saja yang patut dicintai dan yang patut dibenci.” Apakah jika mencintai siapa-siapa yang belum dicintai Allah (bukan orang yang 'alim), berarti kita juga termasuk golongan tersebut (belum dicintai Allah)?? Lalu bagaimana jika niat kita ingin berjalan dan berusaha bersama meraih cinta Allah??
A : Golongan yang tidak dicintai Allah adalah nasrani, yahudi dan munafik.
Selama cinta kita pada sesama manusia masih dalam koridor / batas yang sesuai syar'i dibolehkan......

Q : Ada seorang perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak. Lalu bertemu dengan teman lama dan pertemuan menyebabkan baper atau mereka saling jatuh cinta. Bagaimana cara kita (anak) / teman terdekat menyadarkan dan mengingatkan? Apakah hanya cukup dengan doa saja? Terimakasih
A : Perempuan itu masih punya suami ato janda? Kalo sudah nikah sudah mendekati zina...ingatkan kalo itu termasuk dosa besar... Kalo dia punya anak perempuan....ingatkan...tanyakan apakah ia sebagai ibu kelak jika suami anaknya direbut orang lain ia bahagia? Kalo janda..dan mungkin..nikahkan.

Q : Bagaimana bila kita saat ini sedang diuji dengan perasaan tertarik (cinta) dengan lawan jenis lalu bagaimana cara kita membentengi diri agar tidak terlalu berlebihan dalam mencintai agar tidak membuat iman kita melemah..
Syukron Bunda
A : Jika muslimah jatuh cinta, ia memendamnya dalam diam, malu dengan hijabnya, terlebih ia malu dengan Rabbnya. Jika jatuh cinta, ia berusaha untuk menghapus rasanya, tetaplah Allah satu dalam hatinya.
Jika ia jatuh cinta, dipendamnya dalam hati yang terdalam, orang lain tak dibiarkan tahu, apalagi si dia yang dituju. Cinta tak akan ia biarkan bersemi, semakin mengingat si dia, semakin sering menyebut asma Allah. Semakin sering berharap akan kehadirannya, semakin keras ia berusaha melupakan. Muslimah tak akan biarkan rindu itu bergelora, justru kekhawatirannya semakin muncul, ia takut Allah murka padanya. Ia hindari pertemuan, ia menghindari interaksi, menjaga suaranya, menahan pandangannya, mesti hatinya bergetar hebat.

M116 by Ustdzh Yeni
Q : Saya ingin bertanya bun, apabila suka dengan seorang ikhwan, bagaimana cara mengelola perasaan suka ini agar tetap sesuai dengan syariat dan tidak melebihi batas? Hal-hal apa yang dapat kita lakukan agar tidak kepikiran terus dengan ikhwan tsb bun?
A : Jatuh cinta, menyukai lawan jenis adalah suatu hal yang fitrah. Anugerah Allah yang diberikan pada setiap insan. Jangan pernah bunuh rasa itu, tapi pandai-pandai lah mengelola hati. Manajemen hati mengajarkan agar perasaan cinta kita tidak menghalangi kita melakukan kecintaan kita pada Allah. Sehingga kita tidak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dan memancing kemarahan Allah.

Q : Hal apa saja yang bisa dlakukan agar tidak kepikiran ikhwan?
A : Itu godaannya ukhti.. Saat kita ingin melupakannya saat itu pula syetan menggoda kita. Jadi kudu kuat iman yaa.. Lakukan banyak kegiatan positif yang bisa mengalihkan pikiran itu. Terutama kegiatan yang membuat kita lebih mencintai Allah dan rasul. Yakini bahwa saat kita memperbaiki diri agar Allah ridha, maka calon imam pun juga sedang memperbaiki diri, shingga saat dprtemukan benar benar karena cinta kepada Allah. Ma syaa Allah

Q : Saya mau tanya, patuh kepada orang tua itu salah satu bukti cinta anak kepada orang tua, namun terkadang apa yang dikehendaki oleh orang tua tidak sesuai dengan keinginan kita dan mungkin juga bisa tidak sesuai dengan syari'at agama, lalu bagaimana cara kita untuk menyelesaikan masalah tsb? Semisal masalah pekerjaan
A : Jika pekerjaan itu tidak membuat kita bermaksiat pada Allah maka lakukanlah selagi bisa. Tidak sesuai dengan orang tua itu hal yang wajar, karena orang tua pengennya anaknya tuh bahagia, lebih baik. Komunikasikan dengan baik-baik dengan orang tua, kuatkan doa karena Allah Maha pembolak balik hati setiap manusia.

Q : Gimana klo kecintaan kepada keluarga melebihi kecintaan pada iman& islam?? Gimana cara menghindarinya?? Karena mencintai keluarga itu kan fitrah... Syukran..
A : Jadikan apa yang dilakukan untuk keluarga bagian dari ibadah, cinta karena Allah. Jika semua karena Allah, maka tak kan mudah kita kecewa ketika ujian melanda. Hati-hati kecintaan kita pada keluarga, harta, kedudukan yang berlebihan akan Allah uji. Allah akan uji kita pada titik kelemahan kita. Misal ketika seorang ibu mencintai bayinya hingga melupakan cintanya pada Allah, maka tak salah jika Allah ambil bayinya agar si ibu menyadari bahwa hanya Allah yang pantas dicintai diatas segalanya.
Al Qur’an surat at Taubah ayat 24 : “Katakanlah: Jika bapak-bapak , anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

M106 by Ustdzh Tribuana
Q : Siti mungkin masih awam tentang cinta. Cuma katanya jika kita mencintai sesuatu/seseorang, maka kita akan sering menyebutnya. Nah kalo soal rasa umm.. apakah rasanya sama antara cinta kepada sesuatu sama cinta kepada Allah??
A : إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (QS. Al-Anfaal:2)

Yang namanya cinta..disebut namanya saja sudah bergetar hati..berharap ingin berjumpa dan selalu bersama.surat dari yang dikasihi dibaca berulang. Tak pernah bosan sampai titik koma pun dihafal. Itu hal simpel saja tentang rasa nano-nano.
Untuk ayat di atas saja..apakah hati kita sudah merasa ser-seran ketika disebut nama Allah..atau biasa aja bahkan hampa tanpa rasa?
Padahal cintanya Allah ke kita aja sampai segitu luar biasanya...namun kitanya tak bisa merasa..bahkan mendekatpun enggan.
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan  beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “ Riwayat Bukhori.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
[رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]

Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan “ (Riwayat Turmuzi dan dia berkata : haditsnya hasan shahih).
Dalam hadits arba'in yang ke 42 bahkan sampai Allah bilang ولا أبالي
Dan Aku tak peduli, Allah ga peduli betapa banyaknya dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan..bayangkan jika kita dizholimi atau disakiti bahkan dikhianati seseorang..tentu begitu dalam rasa sakit dan beratnya memberikan maaf.


Q : Assalamu'alaikum, saya mau tanya, bolehkah mengamalkan sholawat nariyah sebagai wujud cinta kita kepada Nabi Muhammad saw? Soalnya dari kecil sewaktu di kampung nyampe di majelis di dekat rumah tiap ada kajian selalu dibaca tapi saya pernah baca klu sholawat nariyah tidak boleh dibaca karena adanya pengkultusan kepada nabi Muhammad saw dan itu bertentangan dengan Al A'raf 188? Klu itu dilarang apa yang harus saya sampaikan kepada guru ngaji saya sekarang?
A : In Syaa Allah semua disini sepakat tentang keutamaan sholawat
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ أَوْ سَأَلَ لِي الوَسِيْلَةَ حَقَّتْ عَلَيْهِ شَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa bershalawat kepadaku atau meminta agar aku mendapatkan wasilah, maka dia berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat nanti.” (Hadits ini terdapat dalam Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabiy no. 50, Isma’il bin Ishaq Al Jahdiy. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim no. 408)
Adapun beberapa bacaan sholawat yang dianjurkan dan dicontohkan:
[1] Dari Zaid bin Abdullah berkata bahwa sesungguhnya mereka dianjurkan mengucapkan,
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad an nabiyyil ummiyyi. [Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad Nabi yang Ummi]” (Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 60. Syaikh Al Albani mengomentari bahwa hadits ini shohih)
[2] Dari Ka’ab bin ‘Ujroh, beliau mengatakan,
“Wahai Rasulullah, kami sudah mengetahu bagaimana kami mengucapkan salam padamu. Lalu bagaimana kami bershalawat padamu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah,
اللَّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shollaita ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid” [Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi shalawat kepada kerabat Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia] (Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 56. Syaikh Al Albani mengomentari bahwa sanad hadits ini shohih)
[3] Dalam riwayat Bukhari no. 3370 terdapat lafazh shalawat sebagai berikut,
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shollaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid. Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama barokta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid.” [Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi shalawat kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi keberkahan kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia)
Bisa dicek dengan sholawat nariyah adakah bedanya...?
Jika disampaikan ada beberapa kalimat yang menunjukkan pengkultusan pada Rasulullah...seperti yang mba sampaikan apalagi kemudian dipertegas dengan ayat Allah di Surat Al-A'raf:188
Maka lakukan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah dan kita yakini benar..karena syarat diterimanya amal adalah karena dua yaitu ikhlas dan ittiba' rasul (sesuai dengan syariat dan sunnah Rasulullah)
Jika salah satu tak dipenuhi syarat tersebut maka amalan kita tertolak
تـُــنْحَلُ بِهِ العُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ

Rincian :
 (تنحل به العقد)
Segala ikatan dan kesulitan bisa lepas karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

(وتنفرج به الكرب)
Segala bencana bisa tersingkap dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

(وتقضى به الحوائج)
Segala kebutuhan bisa terkabulkan karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi  wa sallam

(وتنال به الرغائب)
Segala keinginan bisa didapatkan dengan adanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Kalimat-kalimat tersebut yang disampaikan menunjukkan pengkultusan pada nabi. Apa yang mengakar dan turun temurun memang begitu melekat. Menyampaikan bukan berarti menggurui..dalam belajar kita boleh bahkan perlu meyakinkan bahwa setiap amalan kita ada dalilnya..ada landasannya, ada tuntunannya. Misal bertanya kepada guru ngajinya..dalilnya dst tentu tidak masalah. Ketika beliau beri landasan syar'i maka silahkan diikuti. Namun ketika tidak ada maka perlu berpikir kembali untuk mengikuti. Namun ya begitu..dalam berdakwah ada seninya..kalau langsung gedebak gedebuk semuanya dibilang gak boleh..ini itu haram atau langsung menjauh.

Q : Ohya umm, panjang atau pendeknya shalawat itu mempengruhi kecintaan nggaSama banyak dikitnya juga pengaruh ga?
A : Lebih pilih panjang gak pakai ruh atau sedikit pakai ruh? Atau panjang pakai ruh ketika bersholawat?
Ya seperti salah satu hadits yang disampaikan di atas...barang siapa yang bersholawat kepada Rasulullah satu kali maka Allah akan bersholawat kepadanya 10 kali... Yang perlu digaris bawahi Allah mencintai amal yang sedikit tapi kontinyu daripada banyak namun taktentu..karena sesungguhnya inti dari istiqomah ada disitu. Rasulullah aja sampe bilang...istiqomahlah walau engkau tidak mampu.
Macam berjalan diatas pedang atau bara api. Itu istiqamah. Pilih yang mana
Ya ketika kita berjalan diatas pedang..mau terus jalan sakit..mau berhenti tambah sakit. Mau ga mau terus berjalan walau tertatih dan berat tapi in syaa Allah akan sampai pada tujuan and no more pain. Daripada kemudian berhenti atau kembali. sakitnya sama tujuannya gak dapet.

M110 by Ustadzh Evi
Q : Bun ana mau tanya,,kenapa negara arab disebut negara haram,,? Ana pernah denger begitu bun hehehe,, Tolong penjelasannya ya umm..
A : Nanda sholihah mungkin yang nanda maksud adalah tanah haram. Yang dimaksud dengan tanah haram bukan Arab saudinya. Tapi 3 tempat yaitu . Mekkah. Madinah dan Thoif. Dikatakan tanah haram karena ke3 tempat tsb haram untuk didatangi oleh mereka yang non muslim.

Q : Bagaimana caranya agar cinta ke Allah bisa mencapai tingkatan yang paling tinggi??
A : Nanda sayang mahabbatullah tidak bisa kita dapatkan begitu saja. Ia membutuhkan sebuah proses. Dimulai dengan makrifah kita kepada Allah secara total kenali Allah dengan AsmaNya. Af al (perbuatanNya). Lewat sifatNya. Ke3 hal tsb dapat kita fahami melalui ayat-ayat qauliyah dan kauniyahNya. Setelah mengenal Allah maka keimanan kita akan meningkat. Awal mula ibadah yang dilakukan karena khauf (takut). Seiring pemahaman dan keimanan kita ibadah kita didasari rojak (harap). Hingga pada tahap kita ridha dan ikhlas terhadap semua ketetapan Allah. Ibadah yang kita lakukan menjadi didasari cinta yang tumbuh dengann sendirinya sebagai rasa syukur atas begitu banyak nikmat yang Dia berikan pada kita.

Q : Bun bagaimana menanamkan rasa cinta kepada Allah itu sendiri bun? Karena jujur masih belum bisa menumbuhkan cinta kepada Allah bun.
A : Nanda sayang tadi sudah Bunda jelaskan semuanya berproses. Terus beribadah dan belajar untuk memahami Islam dengan dawwam (kontinu). Lambat laun akan tumbuh cinta pada Allah. Karena dengan rahmat dan kasih sayangNya. Allah sendiri yang akan menumbuhkan cinta itu. Ketika kita terus berusaha untuk mendekatiNya.

Q : Bund terkadang di sekeliling banyak yang salah mengartikan cintanya pada sesama manusia contohnya orang pacaran... Biasanya sudah diberitahu bahwa pacaran itu mendekati zina dan sudah dijelaskan juga yang ada dalam Al Quran, tapi masih saja larut di dalamnya... Pertanyaan saya bund, Ada tidak cara tepat buat melepaskan seseorang dari ikatan tersebut..
A : Memang sulit menjelaskan kepada orang manakala akal dan ruhiyahnya dikuasai hawa nafsu. Namun paling tidak nanda bisa menyampaikan begitu banyak mudarat yang timbul ketika seseorang berkhalwat denganj mereka yang dianggap sebagai ' pacar". Karena talbisu syaiton selalu mengalir dalam darahnya hingga perbuatan tercela bisa tjadi seperti melakukan hubungan terlarang . Hamil diluar nikah. Aborsi. Pendidikan menjadi gagal . Keluarga menjadi malu dll. dengan diingatkan hal-hal ini mungkin sisi manusiainya dapat tersentuh.

Q : Bunda bagaimana carax agar rasa cinta seorang ibu kepada anaknya tidak melebihi rasa cintanya kepada ALLAH SWT? Soalx sebagai seorang ibu pasti sangat sayang pada anaknya melebihi apapun takutnya jadi berlebihan bunda.
Q : Bunda mau tanya gimana caranya agar kita tidak mencintai sesuatu atau seseorang secara berlebihan??? Misalnya cinta sama lawan jenis atau cinta sama barang, kan itu semua titipan jadi ketika titipan itu diambil kita bisa dengan ikhlas merelakan.
A : Cinta kita kepada manusia (orang tua. Anak. Suami /istri dll) serta kepada benda tidak boleh melebihi kecintaan kita pada Allah dan RasulNya. Bagaimana caranya agar kecintaan pada Allah dan RasulNya tetap di atas segalanya, yaitu dengan cara :
a. Pelajari dan fahami serta lakssnakan nilai2 Islam. Secara utuh.
b. Tadabburi ayat2 dalam Al Quran. Terutama ayat yang berisi rahmat dan kasih sayang Allah terhadap Insan seperti S. Ar Rahman dll
c. Baca ttg keseharian kehidupan  Rasul (sirah)
d. Laksanakan ibadah sebagai bentuk syukur bukan karena kewajiban semata
e. Lambat laun akan tjadi proses inqilab (pembalikan) dalam diri kita karena kita secara intens berinteraksi dengan islam
f. Yang berdampak cinta yang ada dalam hati tumbuh dengann subur
g. Dan sirami dengann doa agar cinta itu terus tumbuh hingga berbuah ridha dan ikhlas

Q : Bagaimana mengajari anak di usia yang beranjak dewasa untuk mencintai Allah dan Rasul? Karena semasa kecil jarang sekali di perkenalkan oleh orang tuanya..
A : Menumbuhkan rasa cinta pada Allah dan RasulNya untuk anak yang masih kecil diantaranya dengan beberapa langkah sbb:
a. Sering perdengarkan dengan kisah /cerita mengenai kebaikan dan kasih sayang Allah dan rasulNya. Bisa dengann media buku. TV atau bercerita langsung akan lebih menarik. Hal ini akan membuat memorinya penuh dengan kebaikan Allah dan Rasul.
b. Dalam keseharian jangan pernah lupa mengingatkan akan kebaikan Allah hingga membuat ia selalu bersyukur. Misal tentang nikmat makan. Nikmat sehat dll
c. Nyanyikan lagu yang  selau mengingatkan ia pada Allah dan Rasul
d. Ingatkan ia untuk rajin sholat. Mengaji bersedekah s3bagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang begitu banyak
e. Tentunya keteladanan dr kita  akan sangat memotivasi mereka
f. Untuk mereka yang mulai beranjak remaja cara kita diantaranya:
g. Ajak merrka pada kegiatan2 remaja yang memiliki muatan Islam seperti. Rohis. Mentoring dll
h. Beri cd islam yang menarik. Untuk remajaberi novel atau majalah remaja yang Islami
i. Sesekali ajak diskusi
j. Buka peluang sebagaii teman sharingnya hingga kita bisa memberi saran yang islami
k. Dan jangan lupa ingatkan ia untuk ibadah

Q : Bagaimana cinta dalam sesama mukmin? Sekarang kan banyak sekali anak remaja berpacaran. Tapi berpacaran kan dilarang oleh agama, di lain pihak anak remaja belum cukup umur untuk menikah. Jadi pertanyaan saya bagaimana cara menghindari berpacaran ketika lawan jenis ini saling menyukai (untuk anak remaja)
A : Nanda sayang manakala usia seseorang masih belum memungkinkan ia untuk segera menikah misal usia sekolah maka keinginan terhadap lawan jenis harus dikontrol dengan cara:
a. Hindari terlalu sering berinteraksi dengan lawan jenis.
b. Lakukan banyak aktivitas yang membuat kita lupa untuk pacaran seperti. Belajar. Atau kegiatan positif yang tidak membuka peluang pacaran
c. Tanamkan dalam diri tentang banyak mudarat dari pacaran.
d. Tanamkan dalam diri untuk mengejar prestasi selagi muda dan berpacaran hanya suatu kesia-sian.

Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....

Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul majelis:


سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!