Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Rabu, 16 Maret 2016
Narasumber : Ustadz
Undang
Rekapan Grup Nanda M116 (Sarie)
Tema : Kajian umum
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin.
GERHANA
Para Nanda yang di
Rindu syurga
Gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi pada saat yang bersamaan berada pada satu garis. Ketika gerhana matahari terjadi, bulan berada di antara bumi dan matahari, sehingga piringan bulan akan menutupi piringan matahari. Bulan berada di antara bumi dan matahari saat sedang berada pada fase Bulan Baru.
Gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi pada saat yang bersamaan berada pada satu garis. Ketika gerhana matahari terjadi, bulan berada di antara bumi dan matahari, sehingga piringan bulan akan menutupi piringan matahari. Bulan berada di antara bumi dan matahari saat sedang berada pada fase Bulan Baru.
Peristiwa yang akan
terjadi ini sudah banyak dilansir oleh media secara luas yang melihatnya dari
perspektif kebanyakan orang; yaitu menganggap Gerhana Matahari Total sebagai
peristiwa unik yang perlu ditonton. Akan tetapi bagi umat Islam, setiap terjadi
peristiwa penting seperti gerhana matahari, mereka seharusnya mempunyai cara
penyikapan yang benar dan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Bila kita lihat,
setidaknya ada tiga sikap yang mungkin dilakukan oleh masyarakat terhadap
peristiwa seperti Gerhana Matahari:
Sikap yang pertama; bersikap
apatis dan tidak mempedulikan peristiwa tersebut.
Sikap yang kedua; menganggapnya
sebagai peristiwa alam yang unik untuk menjadi tontonan.
Sikap yang ketiga;
mempercayai berbagai kepercayaan mistik dan mengaitkan nya dengan gerhana
matahari.
Tentunya, ketiga cara
penyikapan tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam karena tidak sejalan
dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Insyaallah dalam kajian kali ini akan disampaikan hal-hal penting yang
seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyikapi peristiwa gerhana
matahari tersebut.
Hal pertama, yang
sebaiknya dilakukan oleh setiap muslim terkait peristiwa gerhana matahari
adalah: mentadabburi kebesaran dan kekuasaan Allah subhanahu wataala.
Matahari dan bulan
merupakan dua makhluk Allah yang sangat akrab dalam pandangan. Peredaran dan
silih bergantinya dua makhluk tersebut dengan begitu teraturnya merupakan
ketetapan aturan Allah subhanahu wataala Penguasa alam semesta ini.
Allah subhanahu
wataala berfirman:
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
“Matahari dan bulan
(beredar) menurut perhitungan.”(Q.S. Ar-Rahman : 5)
Maka semua yang
menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan menunjukkan keagungan dan
kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya.
Dengan melihat
peristiwa unik tersebut, seharusnya akan menguatkan dan menebalkan keyakinan
kita kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Agung, karena landasan utama agama
Islam adalah kemurnian tauhid dengan mengimani dan mengagungkan Allah, termasuk
dalam menjelaskan fenomena alam seperti gerhana.
Allah subhanahu
wataala dalam berbagai ayat menegaskan bahwa Ia telah memperlihatkan
tanda-tanda keagungan dan kekusaan-Nya, maka hendaklah kita menjadikannya
sebagai sarana untuk menguatkan iman dan tidak berpaling atau mengacuhkannya.
Allah subhanahu
wataala berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ في السَّمواتِ وَالأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ
“Dan banyak sekali
tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lewati, sedang
mereka berpaling dari padanya.” (Q.S. Yusuf:105)
Allah subhanahu
wataala juga berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah
kalian sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah
yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.” (Q.S.
Fushilat : 37)
Hal kedua, tidak mengaitkan peristiwa gerhana matahari
dengan kepercayaan mistik yang tidak berdasar dan tidak diajarkan dalam Islam.
Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari kungkungan takhayyul dan
khurafat yang kontra produktif terhadap perkembangan peradaban manusia.
Kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis hanya akan melemahkan masyarakat karena
membuat mereka takut, khawatir dan mewaspadai sesuatu yang tidak wujud dan
tidak rasional.
Dalam konteks gerhana
matahari, hal seperti diatas pernah terjadi dikalangan beberapa beberapa orang
shahabat di zaman Nabi. Pada tahun 10 Hijriyyah, putra Rasulullah shallallahu
alaihi wasalla yang bernama Ibrahim meninggal dunia ketika masih berusia 18
bulan. Disaat yang sama, terjadilah gerhana matahari. Maka sebagian kaum
muslimin kemudian mengaitkan peristiwa gerhana matahari tersebut dengan
wafatnya putra Nabi. Mengetahui hal tersebut, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam segera mengoreksi kesalahan yang dilakukan oleh beberapa orang
shahabat tersebut dengan bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لَحِيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُو هُمَا فَادْعُوا اللهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ
“Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Tidaklah
terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena
lahirnya seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka
berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.” (H.R.
al-Bukhari no. 1043, dan Muslim no. 915)
Hal ketiga; mengingat
Allah subhanahu wataala, berdoa dan beristighfar.
Mengingat kepada Allah
subhanahu wataala bisa dilakukan dalam beberapa tingkatan :
Yang pertama;
melakukan shalat kusuf sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallhu ‘alaihi
wa sallam. Dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh shahabat Abu Bakrah,
beliau berkata:
كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْكَسَفَتِ الشَّمْسُ، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَدَخَلْنَا فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ حَتَّى انْجَلَتِ الشَّمْسُ، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا وَادْعُوا حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُمْ
“Kami pernah bersama
Rasul kemudian terjadi gerhana matahari”,
maka kemudian Rasul berdiri menarik kainnya hingga beliau masuk ke Masjid dan memimpin kami melakukan shalat dua rakaat sampai matahari menyinsing. Kemudian Rasul bersabda : “Sesungguhnya terjadinya gerhana matahari dan bulan bukan karena kematian sesorang, jika kalian melihatnya maka shalatlah kalian dan berdoalah hingga selesai gerhana tersebut.
(H.R.Bukhari)
maka kemudian Rasul berdiri menarik kainnya hingga beliau masuk ke Masjid dan memimpin kami melakukan shalat dua rakaat sampai matahari menyinsing. Kemudian Rasul bersabda : “Sesungguhnya terjadinya gerhana matahari dan bulan bukan karena kematian sesorang, jika kalian melihatnya maka shalatlah kalian dan berdoalah hingga selesai gerhana tersebut.
(H.R.Bukhari)
Yang kedua; mengingat
perintah-perintah Allah dan menanyakan kepada diri kita sejauh mana telah kita
laksanakan. Sebagaimana Allah berkuasa untuk menciptakan alam dengan segala
isinya dan dengan aturan yang Allah ciptakan sendiri, Allah juga berkuasa untuk
memberikan balasan terbaik kepada orang-orang yang patuh dan mentaati
perintah-perintah-Nya. Firman Allah subhanahu wataala:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“ (Q.S. Alanfal: 97).
“Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan”
(Q.S. Alanfal: 97)
(Q.S. Alanfal: 97)
Kita juga perlu
senantiasa meyakini bahwa perintah-perintah Allah adalah bagian dari kasih
sayang-Nya. Kesadaran seperti ini menjadi sangat penting disaat masih banyak
kaum muslimin yang enggan menjalankan perintah wajib, bahkan untuk mengerjakan
shalat lima waktu yang merupakan standar dasar keimanan seseorang.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Batas antara
seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan Shalat.” (H.R.
Muslim)”
Jika melaksanakan
perintah Allah dengan didasari perasaan cinta dan mengagungkan kebesaran Allah,
maka seberat apapun perintah tersebut pasti akan terasa ringan.
Yang ketiga, mengingat
ancaman Allah subhanahu wataala.
Ancaman Allah
ditujukan kepada orang-orang yang tidak beriman dan tidak taat kepada Allah.
Larangan Allah terhadap beberapa hal dalam kehidupan manusia sebenarnya
merupakan bagian dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, karena dalam setiap
hal yang dilarang pasti terdapat kemudharatan bagi manusia baik dalam kehidupan
manusia di dunia maupun di akhirat.
Maka momentum peristiwa besar seperti gerhana matahari total seharusnya mengingatkan kita kembali untuk tidak melanggar ketentuan-ketentuan Allah subhanahu wataala.
Maka momentum peristiwa besar seperti gerhana matahari total seharusnya mengingatkan kita kembali untuk tidak melanggar ketentuan-ketentuan Allah subhanahu wataala.
Firman Allah subhanahu wataala:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“…maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih.”
(Q.S. An Nur : 64)
(Q.S. An Nur : 64)
Hal ini perlu sering
diingatkan kepada kaum Muslimin untuk tidak melanggar batas-batas Allah yang
sudah Ia tetapkan, karena jika menyalahi perintah Allah akan diancam dengan
turunnya cobaan dan siksaan yang pedih. Apalagi saat ini bangsa Indonesia
sedang mengalami berbagai kondisi darurat dalam berbagai sisi kehidupan;
darurat narkoba, darurat kekerasan seksual terhadap anak-anak, darurat LGBT dan
darurat-darurat yang lain.
Jika bangsa Indonesia
tidak segera sadar untuk kembali ke jalan Allah, maka kita khawatir akan
turunnya adzab Allah ke bumi kita tercinta ini.
Dan jika itu terjadi,
maka yang akan terkena dampaknya bukan hanya orang-orang yang berdosa tapi
semua penduduk negeri ini. Sebagaimana firman Allah taala:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan takutlah kalian
dari siksaan yang tidak hanhya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu
saja. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Q.S ar-Anfal: 25)
Wallahu a'lam bish-showab
Demikian Paparan dari
ana
Yang benar datang nya
dari اللّه
Mohon maaf jika ada
salah salah kata dalam penulisan , itu murni kesalahan ana yang masih fakir
dalam ilmu Agama
TANYA JAWAB
Q : Bagaimana praktek
solatnya terutama ketika bacaan di panjang kan, apa sama seperti solat pada
umumnya?
A : Cara Mengerjakan
Shalat Gerhana :
Shalat 2 rakaat dengan
4 kali rukuk, dan juga 4 kali sujud, yaitu pada rakaat pertama (sesudah rukuk
dan i’tidal) kita membaca surat Al-Fatihah dan surat lagi, selanjutnya kita
terus melakukan rukuk sekali lagi dan i’tidal, kemudian kita terus sujud
selnjutnya sebagaimana biasa. Dan pada rakaat kedua juga kita lakukan seperti
halnya pada rakaat yang pertama. Jadi dengan demikian shalat Gerhana tersebut
seluruhnya berjumlah 4 rukuk, 4 fatihah dan 4 sujud.
Pada rakaat pertama,
bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Demikian pula pada
rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. Misalnya
rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman (55), lalu raka’at kedua
membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)
Wallahu a'lam
bish-showab
Q : Ana mau tanya
ustad, bacaan rukun dan sujud, kan harus di panjang kan atau lama dari biasanya
apa ada tambahan bacaan lainnya seperti solat tasbih?
A : Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga terdapat penjelasan serupa, yakni sholat
gerhana dikerjakan dua roka’at dengan dua kali ruku’, dan dijelaskan oleh Abu
Umar bahwa hadits tersebut dinilai paling shahih. Maka dengan begitu
keistimewaan shalat gernana dibanding dengan shalat sunnah sunnah lainnya
terletak pada bilangan ruku’ pada setiap roka’atnya.
Apalagi dalam setiap
ruku’ disunnahkan membaca tasbih berulang-ulang dan berlama-lama.
سُبْحَانِ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“Tasbih berarti gerak
yang dinamis seperti ketika bulan berrotasi (berputar mengelilingi kutubnya)
dan berevolusi (mengelilingi) bumi, bumi berotasi dan berevolusi mengelilingi
matahari, atau ketika matahari berotasi dan berevolusi pada pusat galaksi
Bimasakti. Namun pada saat terjadi gerhana, ada proses yang aneh dalam rotasi
dan revolusi itu. Maka bertasbihlah! Maha Suci Allah, Yang Maha Agung”
Wallahu a'lam
bish-showab
Renungan
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
“Matahari dan bulan
(beredar) menurut perhitungan.”(Q.S. Ar-Rahman : 5)
Sebagaimana gerhana
adalah peristiwa berkumpulnya matahari dan bulan pada satu garis lurus..
Sebagaimana berdirinya
Rasulullah saw untuk sholat dengan perasaan takut saat melihat gerhana.. takut
akan terjadinya hari kiamat...
Maka perasaan seperti
itulah yang hendaknya membersamai kita
Takut, hingga kita
memperlama sholat..
Takut, hingga kita
memperbanyak doa..
Takut, hingga kita
memperbanyak memohon ampun..
yang sebanyak apapun
kita memohon, sepertinya tidak akan menyamai banyaknya dosa kita...
Allahumma innaka
'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment