Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Rabu, 13 April 2016
Narasumber : Ustad
Kaspin
Rekapan Grup Bunda M6 (Shofie)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin
CARA RASULULLAH DAN SAHABAT
MENYAMBUT RAMADHAN
Pada detik-detik
menjelang kehadiran bulan Ramadhan, kita seringkali melakukan berbagai
seremonial dan acara-acara keagamaan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Ya, itulah yang biasa kita kenal dengan istilah tarhib Ramadhan alias menyambut
Ramadhan.
Istilah tarhib yang
dalam bahasa Indonesia diartikan dengan "menyambut" memiliki makna
filosofis yang cukup dalam. Ramadhan yang kita sambut ini berarti sesuatu yang
memang kita tunggu-tunggu kehadirannya. Entah bagaimana perasaan kita ketika
sedang menunggu saat-saat yang mendebarkan hati? Apalagi sudah ditunggu-tunggu
selama sebelas bulan. Sikap tersebut adalah wujud begitu besarnya cinta kita
terhadap bulan ini.
Di lingkungan kita,
pada saat menjelang bulan Ramadhan, terdapat tradisi unik untuk mengungkapkan
kebahagiaan luar biasa. Ada yang berpawai ria dan konvoi, ada pula yang
melakukan long march, ada yang menyebar jadwal imsak, ada yang silaturahim
seperti halnya lebaran, ada yang bermaaf-maafan, ada yang kumpulan, ziarah ke
makam keluarga alias nyekar, ngariung, megengan, munggahan, kirab, dan
masih banyak lagi tradisi sejenis lainnya. Bahkan tidak sedikit pedagang yang
menabung hasil jerih payahnya selama sebelsa bulan hanya untuk persiapan
Ramadhan. Selama Ramadhan ia memilih mudik dan tidak berjualan agar bisa fokus
beribadah.
Lalu, bagaimanakah
cara Rasulullah saw menyambut Ramadhan, alias tarhib Ramadhan? ✅Beliau melakukan tarhib Ramadhan
jauh-jauh hari sebelum datangnya Ramadhan. Pada bulan Sya’ban, Rasulullah saw
pun semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya. Beliau saw,
misalnya, tidak pernah melakukan puasa sunah sebanyak yang dilakukan di bulan
Sya’ban. Salah satu dari hikmah memperbanyak puasa di bulan Sya'ban adalah
sebagai latihan puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Apakah itu bukan
sebuah tarhib? Ya, begitulah salah satu cara Nabi menyambut kehadiran
Ramadhan, sebulan sebelumnya telah dipersiapkan matang-matang.
Di samping itu, jika
kita baca hadis-hadis Rasulullah saw yang lain, pasti kita juga akan mendapati
cara-cara beliau yang lain menyambut kehadiran bulan suci ini. Adalah baginda
Nabi Muhammad saw yang benar-benar melakukan tarhib Ramadhan paling
meriah dan paling lama. Beliau melakukan tarhibRamadhan tidak cukup sehari
atau dua hari saja. Beliau mempersiapkan penyambutan Ramadhan mulai dari menjelang
kedatangannya hingga kepulangannya. Ketika sudah datang pun, Ramadhan masih
juga beliau sambut dengan meriah. Dengan demikian, setiap hari di bulan
Ramadhan adalah tamu agung yang berbeda-beda. Hari-hari Ramadhan bak tamu agung
yang datang silih berganti.
Penyambutan Ramadhan
tidak dilakukan dengan sekadar mengungkapkan rasa bahagia atau gembira saja,
melainkan dengan persiapan matang secara fisik dan mental agar kuat dalam
menjalankan ibadah spesial selama sebulan penuh itu. Riwayat tentang jaminan
bebas neraka karena kegembiraan dalam menyambut bulan Ramadhan sebagaimana yang
popular di kalangan kita adalah tidak berdasar alias palsu.
النِّيْرَانِ عَلَى جَسَدَهُ اللهُ حَرَّمَ رَمَضَانَ بِدُخُوْلِ فَرِحَ مَن
“Siapa yang bergembira
karena menyambut datangnya bulan Ramadhan, niscaya Allah haramkan jasadnya dari
neraka.”
Riwayat tersebut hanya
dapat dijumpai dalam kita Durratunnasihin, namun tanpa sanad. Sementara
itu, untuk bisa menyatakan bahwa hadis tersebut sahih dari nabi Muhammad saw
adalah dengan sanad tersebut. Siapa yang menyampaikan hadis tersebut menjadi
penting untuk diketahui dan dikaji. Karena tidak juga ditemukan, maka para
ulama menegaskan bahwa ungkapan tersebut bukan sebuah hadis Nabi saw. Entah
siapa yang pertama kali mengucapkan ungkapan itu, namun yang jelas, bila
ungkapan itu dinisbahkan kepada Nabi saw, maka hal itu menjadi hadis palsu dan
kebohongan atas nama nabi yang pelaku dan pengedarnya diancam
neraka. Na'udzubillah wa nastaghfiruh.
Bergembira menyambut
Ramadhan adalah sesuatu yang sah-sah saja dilakukan. Namun, jika menjadikan
hadis palsu di atas sebagai dasarnya, hal ini menjadi masalah baru dalam
beragama. Masih banyak hadis-hadis sahih dari Nabi yang menyatakan kegembiraan
akan kedatangan bulan Ramadhan selain hadis palsu di atas. Cukuplah bagi kita
dasar-dasar dari al-Quran dan sunnah-sunnah nabi yang sahih sebagai acuan
beragama kita, di dalam maupun di luar Ramadhan.
Adalah Nabi Muhammad
saw orang yang selalu memotivasi para sahabatnya dalam berbagai hal, khususnya
masalah keislaman dan Ramadhan. Beliau selalu menyemarakkan malam-malam
Ramadhan untuk qiyamullail. Beliau bersabda,
ذَنْبِهِ مِنْ تَقَدَّمَ مَا لَهُ غُفِرَ وَاحْتِسَابًا إِيْمَانَا رَمَضَانَ قَامَ مَنْ
“Siapa yang bangun
(menyemarakkan malam-malam) Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah,
pasti akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Tentu, yang dosa yang
diampuni sebagaimana janji Allah tersebut adalah dosa-dosa kecil, karena kalau
dosa besar seperti syirik, zina, membunuh orang, dan sejenisnya diperlukan
taubat nasuha. Apalagi jika dosa tersebut menyangkut hak orang lain, maka harus
minta maaf terlebih dahulu kepada yang berhak. Nah, begitulah cara Nabi
menyambut ramadhan di malam hari.
Lalu, bagaimana cara
beliau menyambut hari-hari Ramadhan kala siang hari?
Rasulullah saw
bersabda,
ذَنْبِهِ مِنْ تَقَدَّمَ مَا لَهُ غُفِرَ وَاحْتِسَابًا إِيْمَانَا رَمَضَانَ صَامَ مَن
“Siapa yang puasa (di
siang) Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, pasti akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.”
Kalau di malam hari,
Nabi memotivasi kita untuk bergadang yang diisi dengan ibadah
alias qiyamullail, maka pada siang harinya, kita diperintahkan untuk berpuasa.
Awas jangan sampe bolong kalau tidak benar-benar dalam kondisi darurat karena
sakit, musafir, atau datang bulan bagi wanita. Itu pun harus diganti.
Demikianlah, kalau semua itu kita lakukan dengan ikhlas karena Allah, pasti
bakal diampuni dosa-dosa kita yang telah lalu. Dengan ampunan itulah, kita bisa
selamat dari lahapan Neraka, Si jago merah itu. Mudah, bukan?
Kalau biasanya di
saing hari kita makan-minum, jalan-jalan, maka pastilah hal itu menguras tenaga
dan juga kantong. Nah, dengan puasa kita tidak menguras apa-apa. Berarti lebih
mudah dong! Di samping itu, pada malam hari kita juga biasa bergadang, apalagi
kalau ada pertandingan bola, maka pada malam Ramadhan kita juga melakukan hal
yang sama, bergadang juga. Malahan, kali ini bisa rame-rame lagi bareng
keluarga dan masyarakat. Tidak perlu berlama-lama, asalkan dilakukan dengan
penuh keihlasan dan istikamah, yang penting bergadangnya tidak disalahgunakan.
Begitulah kanjeng Nabi kita menyambut hari per hari di bulan Ramadhan.
Berikut adalah
testimonial istri-istri beliau mengenai amaliyah Nabi saw di bulan suci,
مِئزَرَهُ وَشَدَّ أهْلَهُ وَأيْقَظَ لَيْلَهُ أحْيَا رَمَضَانَ مِنْ الأَوَاخِرَ العَشْرَ دَخَلَ إِذَا وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللهُ صَلَّى اللهِ رَسُوْلُ كَان
((متفقٌ
عَلَيْهِ))
“Dulu, Nabi saw ketika sudah memasuki sepuluh
hari terakhir (bulan Ramadhan) selalu menghhidupkan malamnya, membangunkan
keluarganya, dan mengencangkan sarungnya (tidak menggauli
istri-istrinya)." (HR. Bukhari dan Muslim)
لا مَا مِنْهُ الأوَاخِرِ العَشْرِ وَفِي ،غَيْرِهِ في يَجْتَهِدُ لاَ مَا رَمَضَانَ في يَجْتَهِدُ - وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللهُ صَلَّى- اللهِ رَسُوْلُ كَان
(رواه مسلم).غَيْرِهِ في
يَجْتَهِد
“Dulu,
Nabi saw selalu bersungguh-sungguh (ibadah) di bulan Ramadhan melebihi
kesungguhan beliau di bulan lain. Dan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan,
juga melebihi hari-hari selainnya." (HR. Muslim)
Malam-malam ramadhan
selalu disemarakkan dengan beribadah, qiyamullail: Shalat malam, membaca
al-Quran, daibadah-ibadah lainnya. Semarak malam-malam ramadhan juga diramaikan
oleh keluarga beliau dan bahkan masyarakat sekitarnya.
Pernah suatu ketika,
Nabi sedang menyemarakkan malam-malam Ramadhan, kemudian diketahui oleh para
sahabat, maka pada malam berikutnya, beliau dikejutkan dengan banyaknya sahabat
yang turut mengikuti beliau di masjid. Lalu, nabi pun kasihan terhadap mereka
sehingga beliau melaksanakannya di rumah agar hal tersebut tidak diwajibkan
bagi umatnya. Begitulah cara Nabi dan masayarakatnya
melakukan tarhib ramadhan hingga paripurna. Adakah di antara kita
yang menyambut Ramadhan lebih semarak dan meriah dibanding Nabi dan sahabatnya
itu?
Demikianlah, wujud
kegembiraan yang hakiki dalam menyambut hadirnya bulan Ramadhan. Ketika yang
disambut, dirindukan dan dinanti-nanti telah tiba, ia tidaklah dilewatkan
begitu saja. Begitu istimewanya bulan Ramadhan, maka sepuluh malam terakhir itu
pun oleh nabi sekaligus dijadikan sebagai malam perpisahan, Farewell
party dengan ramadhan. Entah, kegiatan apakah di seluruh belahan dunia ini
yang acara pesta penutupan dan perpisahannya dilakukan selama sepuluh hari?
Apalagi di malam-malam farewell party itu ada satu malam
penganugerahan seribu bulan. Itulah malam teristimewa yang tidak di dapati di
malam-malam yang lain, lailatul qadar. Pasti seru, beramai-ramai setiap
malam bersama keluarga di bulan Ramadhan yang kita sayangi, kita nanti-natikan
sampai kedatangannya saja dirayakan secara besar-besaran. Sebenarnya, kita
semua sudah mengetahui dan bahkan menyadari betul akan hal tersebut. Namun,
kita seringkali lupa bahwa itulah esensi tarhibRamadhan, penyambutan bulan
Ramadhan yang hakiki. Bukan, sekadar mengungkapkan kegembiraan saat menjelang
Ramadhan atau di awalnya saja, melainkan setiap hari dan setiap saat hingga
Ramadhan itu pulang dan akan datang kembali..
Tentu kita seharusnya
juga masih ingat dan sadar betul atas apa yang selalu kita minta selama dua
bulan penuh menjelang Ramadhan. Ya, di bulan Rajab dan Sya'ban kita hampir
setiap hari diajari sebuah doa agar disampaikan pada bulan Ramadhan.
رَمَضَانَ وَبلِّغْنَا وَشَعْبَانَ رَجَبَ فِيْ لَنَا بَارِكْ اَللَّهُمَّ
“Ya Allah, berkahilah
kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah (umur) kami kepada bulan
Ramadhan.”
Lalu, apa esensi doa
tersebut? Buat apakah doa tersebut? Tentu kita memohon-mohon selama dua bulan
penuh itu tidak lain adalah agar bisa menyantap keberkahan tak terhingga di
bulan Ramadhan ini. Maka, kini adalah saat yang tepat untuk menepati janji kita
karena doa kita telah dikabulkan oleh Allah. Kini kita masih sempat membaca
tulisan ini, berarti kita benar-benar diberikan kesempatan menikmati
Ramadhan. Waffaqanallahu Lima yuhibbuhu wa yardlah. Amin…
Wallahua'lam bish
showab
Sumber :
Diadaptasi dg perubahan seperlunya dari Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah - Pengajar Quran Learning Centre
Diadaptasi dg perubahan seperlunya dari Ustadz Ahmad Ubaydi Hasbillah - Pengajar Quran Learning Centre
TANYA JAWAB
M6 by Ustad Kaspin
Q : Gini pak ustd… Biasanya
kita kadang suka berlebih dalam menyambut ramadhan. Seperti dalam hal
makanan...itu pasti. Dan biaya untuk makan jadi 2x lebih besr dari hari
biasanya...Apakah itu termasuk pemborosan? Satu lagi kaki setan itu diiket
waktu Ramadhan ya, sebenarnya maksudnya seperti apa ya pak ustd? Karena waktu
Ramadhan tetap saja ada godaan-godaan. Mohon penjelasannya ya pak....
A : Tidak. Silahkan
aja jika mampu tapi jangan mubazir. Peningkatan kualitas hidup di bulan
Romadhon boleh saja, namun ingat juga ada orang yang serba kurang yang mustinya
kita sharing dana buat mereka. Iya. Setan diiket. Hawa nafsu kan tidak. Itu
hawa nafsunya yang auto pilot.
Q : Bagaimana mengisi
ramadhan, bagi yang sudah uzur (tidak mampu berpuasa) atau sakit? Ibadah
seperti apa yang bisa d lakukan??
A: Banyak....bisa
dzikir...baca Quran...dan amalan sunnah yang lain
Q : Pak ustd, Berarti yang
di iket itu bener bener setan yang seperti jin dan hantu gitu ya. Berarti
tinggal setan yang berbentuk manusia ya pak dan hawa nafsu yang harus kita
perangi.... Wah klo itu kadang susah pak ustd. Gimana ya cara merangi hawa
nafsu pada diri sendiri.
A: Ada pepatah yang
mengatakan bahwa....hawa nafsu itu ibarat kuda liar dan akal adalah tali kekang
nya. Maka gunakan fikiran. Kemudian minta ke Allah agar bisa menundukkan itu
hawa nafsu.
Q: Menyambut bulan
ramadhan biasanya masyarakat berziarah kubur ke kuburan kerabat atau ortu yang sudah
meninggal..Begitu juga di bulan syawal
Bagaimana hukumnya
ustdz?
A: Ada yang
membolehkan ada yang melarang...namun ini tradisi kita yang kadang dijadikan
momentum kebaikan, ziarah, mendoakan, sedekah dan silaturahim. Saya ikut yang
membolehkan.
Q : Klo tradisi
balimau, gimana ust? Itu yang pada mandi di sungai dll??
A : Mandi disungai
boleh aja...asal tidak di jadikan ritual dan tidak campur baur laki laki dan
wanita. Tidak ada aurat yang tampak.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment