Kajian Online WA
Hamba الله SWT
Rabu, 20 Juli 2016
Narasumber : Ustadz Herman
Rekapan Grup Nanda
M114
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini
Ismayanti
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al
Qur'an, semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an
dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya..
Shalawat
beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang
peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakni nabi besar
Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan
syafaat beliau di hari akhir nanti. In sya Allah..
Aamiin
MENJAGA
LISAN
Mengapakah
pada saat-saat beribadah kepada Allah, kita sering tidak merasakan kekhusyukan,
apalagi sampai dapat menitikkan air mata, sehingga hampir tidak pernah
terasakan lagi lezat dan nikmatnya menghadap Allah?
Ternyata
semua itu berpangkal dari hati yang kesat dan kotor. Di dalam hati yang
demikian memang tak akan pernah bersemayam nuur (cahaya) iman yang
sesungguhnya.
Akibat
lain dari memiliki hati yang busuk, kusam, kusut, dan kotor adalah tidak akan
pernah mampu kita melahirkan kalimat-kalimat lisan yang benar dan bermutu.
Tiap-tiap kalimat yang keluar dari lisan, kata Syeikh Ibnu Atha’illah, pastilah
membawa corak bentuk hati yang mengeluarkannya. Betapa tidak? Hati itu bisa
diibaratkan dengan teko. Teko hanya mengeluarkan isinya. Bila ia berisi air
kopi, maka yang keluarpun pastilah air kopi. Demikian pula jika isinya air
bening, maka yang keluar pun pstilah air bening,
Terjadinya
lisan seseorang menghamburkan kata-kata kasar, menyakitkan, jorok, dan sia-sia,
semua itu, tidak bisa tidak, bersumber dari hati yang tidak beres. Seseorang
yang hatinya tidak selamat akan sangat sulit mengendalikan lisannya. Apa saja
yang terlihat di depan matanya niscaya akan membuat lidahnya gatal untuk segera
berkomentar, terlepas dari komentarnya itu bermutu atau tidak, bermanfaat bagi
dirinya atau tidak, ada yang mendengarkan atau tidak. Jelas, tak akan pernah
disadari bahwa perkataaanya mungkin bisa sisa-sia.
Bahkan
tidak jarang pada akhirnya sang lisan jadi tergelincir ke dalam perbuatan
ghibah karena hanya gemar menyelisik kekurangan dan air orang lain. Bilapun
perkataannya didengar oleh orang yang dinilainya, maka jadilah ia perkataan
yang menganiaya dan menyakiti perasaannya. Bahkan tidak jarang pula lebih
meningkat lagi daripada itu, yakni fitnah! Padahal, sungguh pandangan manusia
itu amat terbatas untuk menilai kebaikan atau keburukan seseorang.
Perkataan
yang kurang bermutu dan hampa maknsa bisa juga keluar dari lisan seseorang yang
didasari oleh hati yang tidak ikhlas. Ini bisa terjadi pada siapa saja. Adalah
ia seroang sahabat, guru, atasan, bahkan mubaligh atau orang tua sekalipun.
Mengapa ada seorang anak yang habis-habisan dinasihati oleh orang tua atau
gurunya, tetapi tetap saja berkelakuan buruk? Jawabnya, mungkin karena mereka
tidak menasihatinya dengan hati yang benar-benar tulus semata-mata ingin
membimbing sang anak ke jalan yang benar. Mungkin nasihat itu keluar dari
lisannya seraya hatinya penuh diselimuti nafsu amarah.
Mengapa
pula seorang mubaligh telah habis-habisan berceramah menyampaikan kebenaran,
tetapi toh tak membekas sama sekali di hati para jamaahnya? “kemungkinan yang
demikian itu dari engku sendiri,” kata Muhammad bin Wasi’, seorang ulama .
Sebab, kata Wasi’, bila nasihat itu keluar dai hati yang ikhlas, pastilah masuk
ke dalam hati. Sebaliknya nasihat yang hanya berupa gubahan lidah dan
reka-rekaan belaka, ia akan masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga
kiri. Sebagus apa pun kata-kata yang terucap, bila keluar dari hati yang riya,
sum’ah (sekedar mencari popularitas), ujub, atau takabur, maka ia taka akan
pernah mampu menghunjam ke dalam lubuh hati pendengarnya.
Lidah
memang tak bertulang. Mengeluarkan kata-kata yang bagimanapun dari lisan
sungguh termat mudahnya. Akan tetapi, apa dampaknya dan bagaimana akibatnya,
itulah yang sering tidak terpikirkan. Sepatah kata yang terucap sama sekali
tidak akan membuat tubuh seseorang terluka, namun siapa yang tahu kalau justru
hatinya yang tersayat-sayat. Atau sebaliknya, sepatah kata yang terucap, justru
malah menjadi penyebab si pengucapnya mendapat celaka ataupun selamat, baik
ketika di dunia maupun di akhirat kelak. Rasulullah saw bersabda, “setiap
ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (bukan memberi manfaat), kecuali
kata-kata berupa amar ma’ruf nahi munkar dan Dzikrullah ‘Azza wa Jalla!” (HR
Trimidzi)
Karenanya,
jangan heran kalau hanya disebabkan sepatah dua patah kata saja yang terlontar
dari mulut bisa terjadi perkelahian, dua orang saudara bisa bermusuhan, bahkan
membuat seseorang mendekam di balik terali besi. Sebaliknya, tidak perlu heran
pula bila berkat satu dua patah kata seseorang bisa selamat dari malapetaka yang
akan menimpanya.
Apalagi
balasan yang akan menimpa kita di akhirat kelak sebagai akibat terpelihara atau
tidaknya lisan. “Barang siapa yang memelihara apa yang ada di antara janggutnya
(yakni lisannya) dan apa yang ada di antara kedua pahanya (yakni farjinya)
karena aku, “ sabda Rosulullah, “niscaya akan kujamin dia masuk surga” (HR
Bukhari).
Sesungguhnyalah,
“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang, yaitu
mulut dan farji” (HR Tirmidzi).
Dengan
demikian, hendaknya kita selalu berhati-hati dengan lisan. Setiap kata yang
hendak diucapkan hendaknya terlebih dahulu dipikirkan masak-masak. Sekiranya
kata-kata yang akan terucapkan itu tidak ada manfaatnya, sebaiknya kita memilih
diam. Rosulullah saw bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaknya ia mengucapkan kata-kata yang baik atau diam” (HR Bukhari
Muslim)
Lidah,
tanda tenaga dan tanpa biaya bisa kita gerakkan setiap saat. Barang siapa di
antara kita terlampau banyak bicara, akan sangat cepat mengeraskan hati. Orang
yang paling beruntung di dunia ini adalah “fal yaqul khairan au liyashmut” –
orang yang sangat bisa memperhitungkan setiap kata-kataya. Barang siapa yang
berpiirnya lebih banyk daripada bicaranya, insyaAllah, kata-katanya akan membersihkan
hati.
Hati
yang selamat, Subbanallah, siapapun pasti merindukannya. Hati yang selamat
tidak ahanya akan menyelamatkannya di dunia, tetapi juga di yaumil hisab nanti.
Yakni, “Yauma laa yanfa’u maalun walaa banuun, illaa man atallaaha bi qalbin
saliim” (QS Asy Syu’ara : 88-89)
TANYA
JAWAB
Q
: Ustadz, misalnya ada seseorang yang salah paham dengan perkataan kita, padahal
niatnya baik tapi karena salah paham seseorang itu marah pada kita, bagaimana
menjelaskan kebaikan pada seseorang yang mempunyai hati yang sensitif seperti
itu ustadz,,??
A
: Pertama minta maaf
kepadanya. Kedua menjelaskan maksud kita dengan bahasa halus agar diterima.
Ketiga kita bertanya kepadanya bagaimana komunikasi yang baik kepadanya agar tidak
menyinggungnya.
Q
: Afwan ustadz bagaimana cara mengobati penyakit banyak bicara alias cerewet yang
sudah terlanjur mendarah daging, kayaknya agak susah untuk mengontrol.
Terkadang nanti sudah keluar baru nyadar.
A
: Salah satunya dengan memperbanyak dzikir misal istighfar sehingga kita sibuk
dengan dzikir bukan berbicara. Kedua sebelum bicara maka membiasakan menahan
dulu sambil memikirkan manfaat dan dampak buruknya, salah satu dampak adalah
dosa
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment