Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Rabu, 8
Februari 2017
Rekapan
Grup Nanda 2
Narasumber
: Ustadz Farid Nu’man Hasan
Tema : Kajian
Umum
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungakan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahanyaa ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangakitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dlm lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangakah indahanyaa kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
BANGKITNYA
NEO JABARIYAH
Jabariyah
atau Jabriyah adalah firqah (kelompok) yang meyakini bahwa manusia dipaksa pada
semua perbuatannya, manusia tidak mampu memilih (ikhtiyar) dengan apa yang
mereka alami, baik dan buruk, semuanya perbuatan Allah Ta'ala melalui diri
mereka.
Paham
ini menganggap manusia bagaikan wayang yang sama sekali tidak kuasa berbuat
apa, tidak memiliki kuasa, kebebasan, kehendak, dan kemauan. Sehingga apa yang
terjadi pada manusia dan kehidupannya mesti diterima saja, pasrah, biarkan,
jangan otak atik, semua sudah diatur Allah Ta'ala, manusia terima jadi saja.
Lawan
Jabariyah adalah Qadariyah. Qadariyah meyakini semua yang manusia alami, baik
dan buruk, detil dan global, adalah murni dari manusia. Allah Ta'ala sama
sekali tidak punya peran kecuali menciptakan saja. Kedua kelompok ini sama-sama
tersesat, hanya melihat satu dalil namun melupakan yang lainnya. Insya Allah
dilain waktu semoga ada pembahasan secara khusus tentang keduanya.
Jabariyah
Kontemporer/masa kini
Belakangan
ini begitu kentara aroma Jabariyah, mungkin lebih tepatnya Neo Jabariyah -
Jabariyah Gaya Baru. Mereka menyerukan kepasrahan kepada umat Islam terhadap
kezaliman pemimpin; biarkan saja, pasrah, ini sudah taqdir, walau harta kita
dirampas dan punggung kita digebuk taati saja - seraya menyitir hadits yang
berisi seputar itu.
Mereka
mengambil satu dalil tapi melupakan dalil lain, sehingga terjadi gambaran
pincang tentang menyikapi pemimpin zalim. Ditambah lagi mengutip perkataan
ulama yang sesuai keinginan mereka tapi menutup mata dari perilaku para ulama
tersebut yang justu begitu progresif terhadap para penguasa zalim.
Al
Quran dan As Sunnah Mengajarkan Tidak Diam Terhadap Penguasa Zalim
Allah
Ta'ala memerintahkan Nabi Musa 'Alaihissalam untuk menda'wahi Fir'aun, bukan
memerintahkan untuk duduk berpangku tangan:
اذْهَبْ
إِلَىٰ
فِرْعَوْنَ
إِنَّهُ
طَغَىٰ
Pergilah
engkau (Musa) kepada Fir'aun sebab dia telah melampaui batas. (Qs. An Naziat:
17)
Nabi
Ibrahim 'Alaihissalam berdialog dengan Namrudz dari Babilonia yang disaksikan
oleh para pembesar dan pengawalnya. Sebagaimana yang Allah Ta’ala ceritakan
dalam Al Quran:
“Apakah kamu tidak
memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah
telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim
mengatakan: “Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata:
“Saya dapat menghidupkan dan mematikan”.Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat,” lalu
terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.” (QS. Al Baqarah (2): 258)
Tentang
ayat ini, Zaid bin Aslam mengatakan, bahwa raja pertama yang diktator di muka
bumi adalah Namrudz. Manusia keluar rumah serta menjejerkan makanan di depan
Namrudz. Begitu pula Ibrahim pun ikut melakukannya bersama manusia.
Masing-masing mereka dilewati oleh Namrudz dan dia bertanya; “Siapakah
Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Engkaulah!” hingga giliran Ibrahim, Namrudz
bertanya: “Siapakah Tuhanmu?” Ibrahim menjawab: “Tuhanku adalah yang
menghidupkan dan mematikan.” Namrudz menjawab: “Aku bisa menghidupkan dan
mematikan.” Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari di Timur
dan menenggelamkannya di Barat.” Maka bungkamlah orang kafir itu.”
(Imam
Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari, Jami’ Al Bayan fi Ta’wilil Quran, 5/433.
Muasasah Ar Risalah, Tahqiq: Syaikh Ahmad Muhammad Syakir)
Ada
pun As Sunnah, begitu banyak tuntunan melakukan nasihat dan amar ma'ruf nahi
mungkar kepada para penguasa.
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dari Radhiallahu ‘Anhu,
bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ
قُلْنَا:
لِمَنْ
يَارَسُولَ
اللهِ
؟
قَالَ:
للهِ،ولكتابه،
ولِرَسُوْلِهِ،
وَلأَئِمَّةِ
المُسْلِمِيْنَ،
وَعَامَّتِهِمْ
. رواه
مسلم
“Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Untuk
siapa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya,
para pemimpin kaum muslimin, dan orang umumnya.” (HR. Muslim No. 55)
Dari Abu Said al Khudarii, dia berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَفْضَلُ
الْجِهَادِ
كَلِمَةُ
عَدْلٍ
عِنْدَ
سُلْطَانٍ
جَائِرٍ
أَوْ
أَمِيرٍ
جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama adalah mengutarakan
perkataan yang ‘adil di depan penguasa
atau pemimpin yang zhalim.”
(HR. Abu Daud No. 4344. At Tirmidzi No. 2174, katanya: hadits ini
hasan gharib. Ibnu Majah No. 4011, Ahmad No.
18830, dalam riwayat Ahmad tertulis Kalimatul haq (perkataan yang benar)
)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan shahih.
(Tahqiq Musnad Ahmad No. 18830), juga
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. (As Silsilah Ash Shahihah No. 491)
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
سيد
الشهداء
حمزة
بن
عبد
المطلب
،
ورجل
قال
إلى
إمام
جائر
فأمره
ونهاه
فقتله
“Penghulu para
syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang berkata penguasa
tirani, ia melarang dan memerintah, namun akhirnya ia mati terbunuh.”
(HR. Ath Thabarani dalam Al Awsath No. 4079, Al
Hakim, Al Mustdarak ‘Ala ash Shaihain,
No. 4884, katanya shahih, tetapi
Bukhari-Muslim tidak meriwayatkannya. Al
Bazzar No. 1285. Syaikh Al Albany
mengatakan shahih dalam kitabnya, As Silsilah Ash Shahihah No. 374 )
Para
ulama salaf dan khalaf juga menunjukkan posisinya yang tegas terhadap pemimpin
yang zalim. Bukan pasrah, dan tidak melakukan amar ma'ruf nahi munkar kepada
mereka.
Imam
Adz Dzahabi Rahimahullah berkata tentang Imam Ibnu Sirin Rahimahullah:
قال
هشام:
ما
رأيت
أحدا
عند
السلطان
أصلب
من
ابن
سيرين
“Berkata Hisyam: Aku
belum pernah melihat orang yang paling tegas terhadap penguasa dibanding Ibnu
Sirin.” (Siyar A’lam An Nubala, 4/615)
Imam
Adz Dzahabi juga menceritakan, bahwa Imam Amr Asy Sya’bi telah mengkritik
penguasa zalim, Hajjaj bin Yusuf dan membeberkan aibnya di depan banyak manusia
(para Ahli Qurra). Dari Mujalid, bahwa
Asy Sya’bi berkata:
فأتاني
قراء
أهل
الكوفة،
فقالوا:
يا
أبا
عمرو،
إنك
زعيم
القراء،
فلم
يزالوا
حتى
خرجت
معهم،
فقمت
بين
الصفين
أذكر
الحجاج
وأعيبه
بأشياء،
فبلغني
أنه
قال:
ألا
تعجبون
من
هذا
الخبيث
! أما
لئن
أمكنني
الله
منه،
لاجعلن
الدنيا
عليه
أضيق
من
مسك
جمل
“Maka, para Qurra’
dari Kufah datang menemuiku. Mereka berkata: “Wahai Abu Amr, Anda adalah
pemimpin para Qurra’.” Mereka senantiasa merayuku hingga aku keluar bersama
mereka. Saat itu, aku berdiri di antara dua barisan (yang bertikai). Aku
menyebutkan Al Hajaj dan aib-aib yang telah dilakukannya. Maka sampai kepadaku
(Mujalid), bahwa dia berkata: “Tidakkah kalian heran dengan keburukan ini?! Ada
pun aku, kalaulah Allah mengizinkan mengalahkan mereka, niscaya dunia ini akan
aku lipat lebih kecil dari kulit Unta membungkusnya.” (Ibid, 4/304)
Begitu
pula sikap Imam An Nawawi terhadap Sultan Zhahir, Imam 'Izzuddin bin Abdussalam
terhadap Najmuddin Ayyub, Imam Ibnu Taimiyah terhadap Sultan Ghazan, dan lain
sebagainya.
Inilah
Ahlus Sunnah, menyerahkan dan mengadukan kezaliman penguasa kepada Allah
Ta'ala, tapi tidak melupakan amar ma'ruf nahi munkar kepada mereka walau dengan
resiko mereka ditangkap, diusir, bahkan dibunuh.
Semoga
Allah Ta'ala lindungi umat ini dari paham Jabariyah, Qadariyah, juga Murjiah
dan Khawarij.
Wallahu
A'lam
TANYA
JAWAB
Q
: Uztad mau bertanya, sering di lingkungan kerja sering berbenturan dengan
sikap jabariyah dan qadariiyah, misalnya uztad, pimpinan yang prilakunya tidak
cocok untuk memimpin, apakah harus tetap menaati dan pada saat menjadi imam
sholat, apakah boleh tidak mengikuti ?, karena saya sering ingin sholat
berjamaah, tetapi tahu orang tersebut berakhlak tidak baik, ada perdebatan
antara ikut jamaah sholat atau tidak, syukron uztad.
A
: Bismillah wal Hamdulillah ... , kalo dia sedang jadi imam shalat ya diikuti.
Diikuti dalam kebaikannya, dalam keburukannya jangan diikuti, dan mesti
diluruskan jika mampu, jika tidak mampu maka ingkari dihati. Wallahu a'lam
Q
: Ust, mau nanya maksud dari jabariyah
gaya baru itu apa ya? Jadi ada kelompok yang menghasut umat muslim untuk pasrah
terhadap penguasa zalim? Saya pernah dengar hadits tentang kita harus tunduk
patuh terhadap pemimpin meskipun dia zalim. Selama pemimpin yang zalim itu tidak
mengajak kemaksiatan kita tetep taat. Kecuali pemimpin zalim itu memaksa dan
menyuruh kita berbuat zalim baru kita ingkari dan selisihi. Jadi maksud dari
hadits tsb apa ya ust?apakah ada banyak dalil yang sejalan dengan dalil tsb
sehingga kita tdk melupakan dalil lain seperti ust terangkan?mhon penjelasannya
A
: Bismillah wal Hamdulillah .., secara kelompok mgkin sulit ditemukan, tapi
secara pemikiran memang ada. Mengajarkan kepasrahan semata kepada pemimpin
zalim, memerintahkan taat semata tanpa memerintahkan memperbaikinya.
Hadits-hadits memerintahkan taat mesti dikaitkan dengann hadits2 yang
memerintahkan utk mendakwahinya, amar ma'ruf nahi munkar kepada pemimpin zalim,
agar dpt pemahaman utuh. Inilah yang dikritik Syaikh Utsaimin, hanya
menggunakan sebagian dalil dan tidak melihat dalil lainnya. Wallahu a'lam
Q
: Ustadz, bagaimana kita menyikapi begitu banyak penipuan berkedok ilmu?
seperti tausiyah tapi isinya ngajak milih pemimpin kafir, memanfaatkan mustami'
yang kurang faham agama...
A
: Itulah yang disebut oleh Imam Ibnul Mubarak dengann suflah/orang hina ..
orang yang menjual agama dengann dunia. Ilmu agama yang dimilikinya untuk
mengais dunia dari orang kafir. Sikap kita tetap istiqamah dan bersama para
ulama yang masih mencintai akhirat, ulama-ulama pejuang ... Wallahu a'lam
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engakau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan
yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment