Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 18 September 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadzah Lien
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
DIMANAKAH POSISI KITA DALAM BERIBADAH
Renungan malam yang membuat hati tersentak
Saat Kajian online yang cukup membuat
berkaca diri tentang motivasi apa yang selama ini dicantumkan dalam
beribadah...
Berkali-kali kita mendengar para
mubaligh, ustadz, khatib dan kyai dalam ceramah mereka, dan membaca tulisan
para penulis yang menyatakan dengan tegas bahwa tujuan hidup kita (umat manusia
ini) hanya untuk beribadah kepada Allah. Karena Allah telah menciptakan diri
kita dengan tujuan utama: “untuk hanya beribadah” kepada-Nya. Selaras dengan
firman Allah,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ.
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS adz-Dzâriyât/51: 56).
Ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas
mencakup pengertian (ibadah) mahdhah (ibadah khusus yang terstruktur, yang tata
caranya sudah ditentukan oleh Allah dan atau Rasul-Nya) dan yang ghairu mahdhah
(mustafâdah), yaitu: “setiap perbuatan baik yang bermanfaat dan diniatkan
semata karena dan untuk Allah”
Sayid Quthb dalam tafsir Fî Zhilâl
al-Qurân (VI/3387) menyatakan, bahwa ibadah merupakan al-Wadhîfah al-Ilâhiyyah,
tugas yang diembankankan Allah kepada manusia.
Jadi, ketika manusia menjalankan ibadah,
maka ia telah memfungsikan hakikat penciptaannya.
Sebaliknya, manusia yang melalaikan
ibadah, berarti telah mendisfungsikan hakikat penciptaanya.
Seperti lampu yang dibeli untuk tujuan
penerangan, ketika lampu itu tidak bisa lagi menerangi, berarti telah mengalami
disfungsi. Itulah analogi bagi manusia yang enggan untuk beribadah.
Dan oleh karena itu, setiap manusia
harus selalu melakukan tajdîd an-niyyah ( pembaruan niat atau motivasi ), agar
dirinya tidak mengalami disorientasi di dalam hidupnya. Motivasi (niat) setiap
orang akan selalu menjadi unsur penentu dalam membangun ibadahnya. Dan motivasi
setiap orang dalam beribadah ternyata tidak pernah sama, berkaitan dengan
pengalaman dan tantangan kehidupan masing-masing yang pernah dialaminya.
Mengenal Ragam Tingkatan Motivasi dalam Beribadah
Para ulama membagi kualitas motivasi
ibadah pada diri manusia beberapa tingkatan.
Pertama Ibâdah al-Mukrahîn (Ibadah Orang-orang
yang Terpaksa).
Ini adalah tingkat motivasi terendah.
Pada tingkat ini, ibadah hanya dipahami sebagai kewajiban.
Melaksanakan ibadah karena ia takut dosa
apabila dia tidak mengerjakannya. Dampak motivasi pertama ini adalah seseorang
menganggap ibadah ini hanya sebagai beban
, ia melakukannya hanya karena untuk menggugurkan kewajibannya.
Motivasi ini ibaratnya seperti seorang
budak, ketika dia disuruh, baru dia mengerjakannya.
Beribadah bukan didorong dari dalam
dirinya, melainkan karena paksaan dari luar. Malah seringkali sekadar untuk
memelihara kepantasan. Sebagaimana yang tersebut di dalam firman Allah,
“Dan tidak ada yang menghalangi
mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka
kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan
dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa
enggan.” (QS at-Taubah/9: 54)
Kedua 'Ibâdah at-Tujjâr (Ibadah Para
Pedagang).
Inilah ibadah cara pedagang. Ibadahnya
semata karena tergiur imbalan lebih besar.
Melaksanakan ibadah karena ia
mengharapkan pahala dari apa yang ia kerjakan. Dampak motivasi kedua ini adalah
seseorang melakukan ibadah hanya pada waktu tertentu saja, contohnya di Bulan
Ramadhan yang dijanjikan berkali-kali lipat pahalanya, ketika bulan Ramadhan
telah lewat, maka ia mengurangi ibadahnya, bahkan meninggalkannya naudzubillah..
Motivasi ini ibaratnya seperti seorang
anak-anak, yang ketika mengerjakan sesuatu, pasti ingin mendapatkan imbalan.
Ketiga Ibâdah al-Muthî’în (Ibadah Orang-orang
yang Taat).
Kualitasnya lebih bagus dari tiga
tingkat sebelumnya. Motivasi ibadah pada tingkat ini adalah ketundukan kepada
Allah. Ibadah bukan lagi karena paksaan dari luar, melainkan sudah tumbuh dari
dalam. Bukan karena takut ancaman atau mengharap imbalan, melainkan karena
ingin “balas jasa” atas segala
nikmat dan karunia Allah kepada dirinya. Juga didorong keyakinan bahwa hikmah
dan manfaat ibadah akan kembali kepada diri manusia. Ikrar hatinya,
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
“Katakanlah (hai Muhammad):
“Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan
sekalian alam.” (QS al-An’âm/6: 162).
Mereka melaksanakan ibadah karena mereka
mengharapkan ridha Allah SWT.
Apa itu ridha?
Ridha artinya rela, mengharapkan Ridha
Allah SWT artinya kita mencari apa yang membuat Allah SWT rela kepada kita.
Seseorang yang memiliki motivasi ini memiliki semangat untuk menjamin kualitas
ibadahnya, bukan kuantitas. Ia mencoba untuk merenungi setiap makna dari
ibadah, apa makna setiap gerakan dalam shalat, apa makna setiap bacaan Al
Qur’an. Banyak saudara kita yang hanya membaca Al Qur’an tanpa memahami atau
bahkan tidak mengetahui apa artinya (memang benar, membaca saja kita sudah
mendapatkan pahala). Tetapi, implementasi atau pengaplikasian dalam kehidupan
sehari lah yang seharusnya kita tanamkan dalam diri kita melalui pemahaman
ibadah-ibadah yang kita lakukan setiap hari.
Keempat, Ibâdah al-Mutaladzidzîn (Ibadah Para
Penikmat Ibadah)
Inilah puncak motivasi ibadah seorang
hamba. Pada tingkat ini, ibadah tidak lagi untuk “balas jasa” apalagi karena
tergiur pernik-pernik dunia. Ada kelezatan ibadah yang tiada tara. Sekejap saja
waktu senyap dari ibadah, muncullah gemuruh rindu dan cinta yang menyesakkan dada. Ia telah keranjingan untuk
beribadah kepada Sang Maha Segalanya.
Sesungguhnya ibadah itu memiliki rasa
nikmat, kebahagiaan dan ketenteraman yang hanya bisa diketahui oleh orang yang
merasakannya. Bahkan, kesempurnaan ibadah seseorang ditandai kalau dia bisa
merasakan bahwa ibadah itu nikmat. Karenanya, ia akan mengesampingkan segala
kenikmatan dunia seisinya untuk mencapai kenikmatan tersebut.
Kenikmatan ibadah merupakan buah dari
keimanan yang menancap kuat dalam diri seorang hamba, lalu dibuktikannya dengan
melaksanakan amal shalih. Maka dalam ibadah yang didasari iman dan muncul dari
keimanan, akan selalu bisa melahirkan kenikmatan dan kelezatan serta
kebahagiaan.
Nabi SAW pernah bersabda berkaitan
dengan kenikmatan ibadah ini,
ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِىَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً.
“Pasti akan merasakan manisnya iman
orang yang ridha terhadap Allah sebagai Rabb, Islam sebagai dîn/aturan hidup,
dan Muhammad s.a.w. sebagai rasul.” (HR. Muslim dari al-‘Abbas bin ‘Abdul
Muthallib, Shahîh Muslim, I/46, 160).
Yang paling utama adalah seseorang
beribadah karena ia cinta kepada Allah SWT dan agama yang di ridhoi-Nya, agama
Islam. Seseorang yang cinta pada sesuatu pasti akan melakukan segala sesuatu
demi apa yang dicintainya. Begitu pun seseorang yang beribadah karena cinta
kepada Allah SWT dan Islam, ia melakukannya karena pikiran dan tubuhnya
tergerak oleh yang namanya cinta.
Inilah yang dilakukan oleh para Rasul
dan Nabi serta para Sahabat..
Inilah yang dirasakan Rasulullah SAW,
Beliau sudah dijamin oleh Allah.
Allah akan masuk surga, tetapi beliau
secara terus-menerus melaksanakan shalatnya dengan kesungguhan yang tinggi,
sampai dikisahkan oleh para sahabatnya bahwa pernah kaki beliau bengkak karena
terlalu lama melaksanakan shalat.
Hal ini juga terjadi pada Ali bin Abi
Thalib yang karena begitu menikmati shalatnya, sampai pernah minta agar anak
panah yang menancap di badannya dicabut ketika sedang melaksanakan
shalat.
Sementara itu, Abdurrahman bin Auf,
saudagar kaya, sekaligus satu dari sepuluh sahabat yang mendapat
"garansi" surga dari Rasulullah SAW, bahkan dengan ikhlas membagikan
tiga "kantung" berisi uang hasil keuntungan dagangnya kepada mereka
yang membutuhkan.
Orang miskin di dunia adalah orang yang
belum pernah merasakan cinta kepada Allah dan nikmatnya beribadah
kepada-Nya.
Ibnul Qayim bercerita tentang gurunya,
Ibnu Taimiyah: “sungguh aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata, “sesungguhnya di dalam dunia ada sebuah surga. Barangsiapa yang tidak
memasukinya, maka ia tidak akan bisa memasuki surga akhirat.”
Perlu diingat Sahabatfillah...
Allah akan memberikan sendiri
penilaianNya.
Asalkan ibadah kita jika tidak disertai
dengan Riya.
Karena apapun motivasi ibadah jika
disertai Riya maka akan sia-sia.
Wallahu A'lam bishawab
TANYA JAWAB
Q : Apakah jika kita sudah termasuk
dalam bagian dari kelompok ibadah Mutaladzidzin...penikmat ibadah...apakah
masih boleh untuk memohon permintaan kepada Allah apa yang kita inginkan dan
harapkan.....bukan jadi berlebihan bunda jadinya?atau otomatis Allah akan
memberikan semua yang terbaik tanpa kita memohon....begitu bunda....terimakasih
A : Apapun kondisi kita berdo'a itu
tetap harus ada mb. Rasulullah dan para sahabat yg sudah dijamin masuk syurga
tetap ikhtiar berdoa dan ibadah.. pa lagi kita yg blm ada jaminan tiket ke
syurga
Q : Baik bunda terimakasih ....kapanpun
berdoa itu penting ya bun....jadi jangan GR bakal dapat tiket surga belum tentu
juga
A : Iya mb... mau kaya or miskin doa itu
senjatanya orang mukmin
Q : Bunda agaimana membiasakan ikhlas
dalam memaksimalkan ibadah? Apakah kalau misalnya ingin membiasakan sedekah
yang agak banyak tetapi dalam hati ada rasa berat, akan merusak pahala sedekah
kita? Dan bagaimana kalau ingin membuka sedekah kita agar saudara2 kita merasa
tergugah untuk sedekah
A : Ikhlas itu proses mb... ga bisa
spontan karena ikhlas godaannya gedee... syetan ga tinggal diam.. perlu ekstra
kerja hati. Klo sedekah besar tapi hati berat... pahala dapat tapi ga full seperti
klo sedekah ikhlas.. Ga apa sedekah besar dimulai dulu.. lama-lama akan terbiasa.
Sebenarnya klo ga ikhlas yang rugi kita juga jadi mendingan ikhlas dapat pahala
juga pertolongan.. double. Sedekah terang-terangan ga apa klo niat ingin
mngajak orang lain ikutan sedekah.. yang pnting niatnya baik..
Q : Bunda ada yg berkata "Ridho
manusia adalah sesuatu yang tidak mungkin engkau raih".... terus jika
dikaitkan dengan "ridho Allah tergantung ridho orang tua bagaimana? kan
orang tua juga manusia
A : Konteksnya beda mb... Ini terkait
bakti seorang anak pada ortunya.. Bukan seorang karyawan pada atasannya atau
pembantu pada majikannya. Karena ikatan darah tadi maka Allah memuliakan yang
namanya orang tua..Namun jika ia posisi sebagai istri maka posisinya ridho
suami dlu..Jadi liat konteksnya mb
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment