Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 25 September 2017
Rekapan
Grup Bunda G5
Narasumber : Ustadz Cipto
Tema : Kajian Keluarga
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untukuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersauntukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan sayaahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntukun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
KESALAHAN SEORANG ISTRI
Thoyyib insya Allah sesi diskusi kita kali ini tentang keluarga....
Semoga jadi penguat bagi masing-masing keluarga kita...menuju keluarga
sakinah ma waddah wa rahmah....
Dengan dalil dari Al-Ma'arij 70:13
وَفَصِيلَتِهِ ٱلَّتِى تُـْٔوِيهِ
dan keluarga yang melindunginya (di
dunia),
Juga dalam At-Tahrim 66:6
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang
tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Nah kali ini bahasan diskusi kita
seputar diri masing-masing personel keluarga....atas masukan dari
berbagai pihak (admin) tentang kesalahan kesalahan istri yang berpotensi
menjadi dosa..
Dari artikel sbb
Dari berbagai sumber kesalahan
seorang istri sbb :
1. Menuntut keluarga yang ideal dan
sempurna
Sebelum menikah, seorang wanita
membayangkan pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis
sebagaimana ia baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat
ideal dari sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan,
dan segudang problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang
indah-indah dan enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi
semua itu, ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi
berlarut-larut, ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina
sesuai dengan gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah,
alangkah baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh,
tidak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di
dalamnya.
2. Nusyus (tidak taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang,
tidak patuh dan tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah
wanita yang melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan
tidak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan
untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk,
diantaranya adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika
mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya
dengan menjalin hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak
disenangi suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan
uang pada yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata
yang buruk, mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela
rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan
senantiasa menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja
bukan ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam
maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi
apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan
istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan
memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan
agar seluruh perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya.
Tak boleh sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk
juga kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan
memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu
terhadap ibu mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam
mendapatkan cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri
berani menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha
merayu suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja
mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau membesar-besarkan
suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut
suaminya agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari
keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya
menyatukan dua insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan
antar keluarga’. Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami
adalah keluarga istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan
keluarga suami merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa
tenang dan bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga
suami. Hal ini akan menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga penampilan
Terkadang, seorang istri berhias,
berdandan, dan mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah,
ketika hendak bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara
maupun teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara
lainnya di luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan
suaminya. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan
pakaian seadanya: terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia
juga hanya mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus
dipelihara oleh istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih
suka menghabiskan waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya
dia lebih ditujukan kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan
oleh Allah diberikan kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak
untuk itu.
5. Kurang berterima kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak
mampu memenuhi keinginan sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa
yang ia harapkan. Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun
suaminya sudah berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
keinginan-keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki
rasa terima kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang
diberikan kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan.
Sifat qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh
dari dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya
mampu memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami
dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan
mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang
dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan
bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk
neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana
matahari.
Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di
mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih
besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni
mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa
hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari
Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat
suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian
seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka
si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari
suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan
kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita
berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling
introspeksi , apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami
kita?
Jika kita terbebas dari yang
demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu
wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering)
mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah
dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka.
Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan,
masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti
menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan
besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau
akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang
menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari
yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak
kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa
segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa
yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk
introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa
kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang
tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan
yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di
sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki
kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang
istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka
mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu
meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga
kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang
mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab
yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.”
Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki
(isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka
bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki
banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan
mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut
melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah
dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari
nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum
siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus
menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan
waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia
merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan
wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami
yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui
batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini
dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah
cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya:
berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri
lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini,
maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan
bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan,
tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan
mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman
ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan
dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap
perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik,
kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa
berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan
suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan
mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan
wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika
dipandang suaminya.
Demikian beberapa kesalahan-kesalahan
istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar
suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga
yang sakinah, mawadah, warohmah.
Artikel ini dapat dilihat pada link
sbb :
Eramuslim.com - Media Islam Rujukan
Diantara tujuan pembahasan ini adalah
tuk menumbuhkan kesadaran para istri....sisi lain pihak suami pun punya
kesalahan2 yang juga berpotensi dosa...namun karena forum ini banyak para
umahat maka kita bahas agar jd bahan introspeksi diri
Tafadol jika ada yang hendak didiskusikan...
TANYA JAWAB
Q : Ketika seorang istri sholehah, sedangkan suami nya masih memiliki sifat jahiliyyah. Istri sudah berusaha dengan segala cara baik perbuatan dan perkataan untuk membantu suami agar taat. Apakah setiap kelalaian
suami, dosa dikemudian hari akan terkena pada istri juga?
A : Pada prinsipnya tentang dosa dan
pahala adalah urusan Allah (hak prerogatifnya Allah). Kita hanya berusaha mustatho'tum
semampu kita. adapun perihal ini kita belajar pada kisah firaun yang
istrinya bunda asiyah seorang muslim yang sholehah dan taat kepada Allah dan
beliau adalah Ahli syurga...jadi insya Allah selama tidak lelah dalam berupaya dalam kebaikan
dan istiqomah didalamnya insya Allah sebagaimana bunda asiyah...
Q : Seperti kisah Nabi Luth juga ya, klu versi suami sholeh, istri
durhaka.
A : Naam klo yang ortu sholeh dan anak
durhaka seperti kisah nabi nuh....dan kisah lain tentang anak yang sholeh
dan ortu durhaka sebagaimana kisah nabi ibrahim dan ayahnya.
Q : Bagaimana jika ada istri kurang baik suka menghasut suaminya
supaya menjauh dari org tuanya....apakah perlu di labrak hehehe nepsong.com ceritanyaa...
A : Sabar bunda....peran suaminya yang
penting...dan pemahaman tentang bahwa anak laki itu milik bundanya. Namun banyak kisah para salafus shaleh
yang sedemikian bijaksana bahwa meski begitu seorang ibu rela demi kebahagiaan
anaknya merelakan anaknya jadi "milik" istrinya tinggal dari anaknya
tuk secara sadar terbangun menjadi anak yang sholeh dan berbakti kepada ortunya
ingat kisah malin kundang dlsb... makanya...tugas kita orang tua adalah
mempersiapkan anak tuk menjadi anak sholeh itu butuh proses yang terus menerus
dan panjang dan bermula dari kita sebagai anak tuk berlaku sholeh/hah hingga
anak kita pun kelak menjadi anak yang sholeh/hah
Q : Ustadz, jika hanya sekedar bercanda
nyebut kekurangan suami, saling mengejek tapi sekedar untuk gurauan antar suami istri
diperbolehkan? Soalnya hal itu kadang justru bikin makin mesra,bukan
bermaksud saling menyakiti tapi biar malah ujungnya romantis gimana ustadz?
A : Boleh aja....tapi tetap saling menghargai dan menjaga diri
ya
Q : Berdosakah seorang istri bekerja dan
meberikan nafkah dari hasil kerjanya kepada orang tua kandungnya tanpa izin
suami
A : wallahu 'alam dosa urusan Allah...
hanya saja tentang ini berawal dari kesepakatan dan izin dari suami untuk
bekerja, adakah itu diperoleh istri. Klo tidak beroleh maka berpotensi
menjadi sebuah kekeliruan dan kesalahan yang dapat berbuah dosa...namun jika
sudah mendapat izin dari suami dan memberikan sebagiannya tuk nafkah keluarga
inti adalah sedekah dari istri untuk suami... apa yang diperoleh istri
dari hasil karyanya adalah hak istri yang mau dikemanakan menjadi hak
sepenuhnya dari istri termasuk memberikan pada keluarganya atau keluarga
suaminya... hanya baiknya tetap berkomunikasi dengan suami... kadang ada
ketidak fahaman dan kekeliruan dalam komunikasi yang perlu dibuka
Q : Assalamu'alaikum wrwb ustadz,,,
ketika seorang anak laki-laki menikah,,dan anak laki-laki ini adalah milik ibunya,,
Pertanyaan nya
1. Jika seorang laki-laki yang sudah berumah tangga mempunyai
anak dan istri,,,berapa besar tanggung jawabnya terhadap seorang ibundanya?
sementara anak sang bunda bukan hanya seorang suami tadi tadz?
2. Bagaimana dengan orang tua yang dari
pihak sang istri? Sama atau tidak cara sang suami memperlakukan nya ? Dalam hal
apa saja,,,baik itu maisyah atau yang lainnya?
Mohon pencerahannya tadz,,,
Jazakallah khairan katsir...
A : pertanyaan yang bagus
1. Sampai akhir hayatnya tetap harus mengabdi kepada kedua ortunya
terutama ibunya. Meski ia punya saudara yang lain. Disini nanti saling bergantian perlu
di bangun...bahkan ada kisah keutamaan berbakti seorang anak terhadap ibunya yang sampai mengorbankan diri
menjaga ibunya sementara adik-adiknya yang lain berkontribusi
semampunya saja. Intinya berbakti kepada ortu itu seumur hidup apalagi
ketika mereka masih hidup.
2. Berlaku adil juga tetap perlu dilakukan hanya memang
proporsi kepada Ortunya bagi seorang suami perlu difahami lebih besar dan lebih
dulu prioritasnya ini yang perlu diketahui dan dilakukan oleh istri tuk
mendorong suaminya berbakti kepada ortunya mumpung masih hidup apalagi. berupaya tuk adil
tetap perlu dikedepankan namun nantinya akan ada prioritas...
Q : Seorang ustadz pernah mengatakan
sabar itu tidak ada batas nya..batasan nya hanyalah kematian..
Jika seorang istri sudah merasa
berusaha semampu yang dia bisa untuk menyenangkan suami nya..taat pada suami nya..tetapi suami selalu
merasa istrinya belum seperti yang diinginkan suami nya..bahkan suami dan
keluarga suami sering menghina istri ini dan keluarga si istri..juga mengatakan
fitnah2 yang tidak masuk akal misal istri ini tukang sihir..pembawa sial dsb..
Sampai akhirnya istri ini diusir dari
rumah.. Lalu apakah termasuk nusyus jika istri ini pergi dari
rumah dengan membawa anak-anak setelah suami nya menyuruh istri
pergi dari rumah tanpa anak2 ? Karena si istri merasa anak-anaknya tidak akan mendapat pendidikan
agama dan perhatian yang cukup jika tinggal bersama suami nya?
Syukron
A : Sabar memang unlimited jadi tetap
bersabar dan jadikanlah sholat sebagai penolongnya QS 2 : 153. Sabar lain perkara dengan nusyus...baiknya diselesaikan
statusnya apakah cerai atau hanya diminta introspeksi....atau ada masa tuk saling
berintrospeksi....
Masalah anak jg perlu penyelesaian dari
banyak sisi. Jika nauzubillah terjadi perpisahan/cerai perlu jelas
status anak2nya. Meski tetap tanggung jawab pendidikan anak pada orang tuanya. Perlu juga mengundang pihak ketiga
(bisa pengadilan agama/ ustadz yang kompeten yang bisa tuk menengahi persoalan
ini) termasuk sisi dari anak jug perlu diperhatikan karena tetap apapun yang terjaddi pada kedua
ortunya akan berdampak pada anak-anak...
Jadi yang perlu bunda lakukan terus perbaiki
diri dengan kesholehahan dan dengan bentuk nyata. Perkuat kesabaran (QS 3;200) dan
perjelas status baik secara hukum maupun secara syari. Sebelum putusan baik personal atau
hukum tentang status perlu konsultasi ke pihak-pihak terkait bisa konsultan keluarga
/ustadz yang kompeten dan dipercaya pihak ibu maupun suami atau siapa saja yang
kompeten (Kata kompeten menjadi keyword bukan sembarangan orang dilibatkan
ya)...demikian bunda...oya adapun pendidikan penting tetap diperhatikan apapun yang
terjadi
Q : Untuk point ke-10 banyak ujian nya
ustdz kadang kalau lagi lelah, kurang tidur, PMS, dll jadi suka terbawa di
depan suami. Bagaimana menyiasatinya tadz?
A : poli**** #eeh....ini salah satu
solusi dan sunnah loh yah....
Komunikasi menjadi faktor penting
dalam hal ini....keterbukaan dan kesefahaman menjadi penting pake banget....dan
saran upayakan tetep berupaya tuk memberikan pelayanan secara maksimal yang
bisa diberikan....sebagai bukti ketaatan pada suami....memang ada resikonya tapi insya Allah resiko kebaikan dan
pahala yang akan lebih diperoleh....and keep ikhlas ya
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment