REKAP KAJIAN ONLINE HAMBA ALLAH HA G4
hari/tgl : Kamis 24 Agustus 2017
Narsum: Ustdzh Pipit
Tema. : Etika bertamu
Admin : Sugi, Rahmi,
Notulen: Laela
Editor : Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
ETIKA BERTAMU DALAM ISLAM
Saling berkunjung dan bertamu di antara kita adalah hal yang biasa terjadi. Baik bertamu di antara sanak famili, dengan tetangga, atau teman sebaya yang tinggal di kos. Namun, banyak di antara kita yang melupakan atau belum mengetahui adab-adab dalam bertamu, dimana syari’at Islam yang lengkap telah memiliki tuntunan tersendiri dalam hal ini. Nah, alangkah indahnya jika setiap yang kita lakukan kita niatkan ibadah kepada Allah ta’ala dan ittiba’ pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk dalam hal adab bertamu ini.
hari/tgl : Kamis 24 Agustus 2017
Narsum: Ustdzh Pipit
Tema. : Etika bertamu
Admin : Sugi, Rahmi,
Notulen: Laela
Editor : Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
ETIKA BERTAMU DALAM ISLAM
Saling berkunjung dan bertamu di antara kita adalah hal yang biasa terjadi. Baik bertamu di antara sanak famili, dengan tetangga, atau teman sebaya yang tinggal di kos. Namun, banyak di antara kita yang melupakan atau belum mengetahui adab-adab dalam bertamu, dimana syari’at Islam yang lengkap telah memiliki tuntunan tersendiri dalam hal ini. Nah, alangkah indahnya jika setiap yang kita lakukan kita niatkan ibadah kepada Allah ta’ala dan ittiba’ pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk dalam hal adab bertamu ini.
- Minta Izin Maksimal Tiga Kali
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita, bahwa batasan untuk meminta izin untuk bertamu adalah tiga kali. Sebagaimana dalam sabdanya,
عن أبى موسى الاشعريّ رضي الله عمه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلم: الاستئذانُ ثلاثٌ، فان أذن لك و الاّ فارجع
_Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiallahu’anhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!'” (HR. Bukhari dan Muslim)_
- Mengucapkan Salam & Minta Izin Masuk
Terkadang seseorang bertamu dengan memanggil-manggil nama yang hendak ditemui atau dengan kata-kata sekedarnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan, hendaknya seseorang ketika bertamu memberikan salam dan meminta izin untuk masuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nuur [24]: 27)
Sebagaimana juga terdapat dalam hadits dari Kildah ibn al-Hambal radhiallahu’anhu, ia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum’, boleh aku masuk?'” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), sesuai dengan poin pertama, maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu. Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat membuka pintu kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah terbuka, bukan berarti kita dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini disebabkan, sangat dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka ‘aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah. Sebagaimana diriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sebagaimana juga terdapat dalam hadits dari Kildah ibn al-Hambal radhiallahu’anhu, ia berkata,
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum’, boleh aku masuk?'” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), sesuai dengan poin pertama, maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu. Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat membuka pintu kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah terbuka, bukan berarti kita dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini disebabkan, sangat dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka ‘aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah. Sebagaimana diriwayatkan dari Sahal ibn Sa’ad radhiallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِنّما جُعل الاستئذان من أجل البصر
“Sesungguhnya disyari’atkan minta izin adalah karena untuk menjaga pandangan.” (HR. Bukhari dan Muslim.
- Ketukan Yang Tidak Mengganggu
Sering kali ketukan yang diberikan seorang tamu berlebihan sehingga mengganggu pemilik rumah. Baik karena kerasnya atau cara mengetuknya. Maka, hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan ketukan yang mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin mengagetkan atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah. Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu,
إن أبواب النبي صلى الله عليه وسلم كانت تقرع بالأظافير
“Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod bab Mengetuk Pintu)
- Posisi Berdiri Tidak Menghadap Pintu Masuk
Hendaknya posisi berdiri tamu tidak di depan pintu dan menghadap ke dalam ruangan. Poin ini juga berkaitan hak sang pemilik rumah untuk mempersiapkan dirinya dan rumahnya dalam menerima tamu. Sehingga dalam posisi demikian, apa yang ada di dalam rumah tidak langsung terlihat oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik rumah. Sebagaimana amalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Bisyr ia berkata,
كان رسول الله إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء و جهه و لكن ركنها الأيمن أو الأيسر و يقول السلام عليكم السلام عليكم
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’alaikum… assalamu’alaikum…” (HR. Abu Dawud, shohih – lihat majalah Al-Furqon)
- Tidak Mengintip
Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran apakah ada orang di dalam rumah atau tidak. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman kepada para pengintip, sebagaimana dalam sabdanya,
لو أنّ امرأ اطلع عليك بغير إذن فخذفته بحصاة ففقأت عينه لم يكن عليك جناح
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِك أَنَّ رَجُلًا اطَّلَعَ مِنْ بَعْضِ حُجَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِشْقَصٍ أَوْ بِمَشَاقِصَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَخْتِلُ الرَّجُلَ لِيَطْعُنَهُ
“Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang ntuk menusuk orang itu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
- Pulang Kembali Jika Disuruh Pulang
Kita harus menunda kunjungan atau dengan kata lain pulang kembali ketika setelah tiga kali salam tidak di jawab atau pemilik rumah menyuruh kita untuk pulang kembali. Sehingga jika seorang tamu disuruh pulang, hendaknya ia tidak tersinggung atau merasa dilecehkan karena hal ini termasuk adab yang penuh hikmah dalam syari’at Islam. Di antara hikmahnya adalah hal ini demi menjaga hak-hak pemilik rumah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nuur [24]: 28)
Makna ayat tersebut disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, “Mengapa demikian? Karena meminta izin sebelum masuk rumah itu berkenaan dengan penggunaan hak orang lain. Oleh karena itu, tuan rumah berhak menerima atau menolak tamu.”
Syaikh Abdur Rahman bin Nasir As Sa’di dalam Tafsir Al Karimur Rahman menambahkan,
_“Jika kamu di suruh kembali, maka kembalilah. Jangan memaksa ingin masuk, dan jangan marah. Karena tuan rumah bukan menolak hak yang wajib bagimu wahai tamu, tetapi dia ingin berbuat kebaikan. Terserah dia, karena itu haknya mengizinkan masuk atau tidak. Jangan ada perasaan dan tuduhan bahwa tuan rumah ini angkuh dan sombong sekali.”_
Oleh karena itu, kelanjutan makna ayat “Kembali itu lebih bersih bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Artinya supaya hendaknya seorang tamu tidak berburuk sangka atau sakit hati kepada tuan rumah jika tidak diizinkan masuk, karena Allah-lah yang Maha Tahu kemaslahatan hamba-Nya.
Untuk itu, tuan rumah berhak menerima atau menolak tamu.” Syaikh Abdur Rahman bin Nasir As Sa’di dalam Tafsir Al Karimur Rahman menambahkan, “Jika kamu di suruh kembali, maka kembalilah. Jangan memaksa ingin masuk, dan jangan marah. Karena tuan rumah bukan menolak hak yang wajib bagimu wahai tamu, tetapi dia ingin berbuat kebaikan. Terserah dia, karena itu haknya mengizinkan masuk atau tidak. Jangan ada perasaan dan tuduhan bahwa tuan rumah ini angkuh dan sombong sekali.” Oleh karena itu, kelanjutan makna ayat “Kembali itu lebih bersih bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Artinya supaya hendaknya seorang tamu tidak berburuk sangka atau sakit hati kepada tuan rumah jika tidak diizinkan masuk, karena Allah-lah yang Maha Tahu kemaslahatan hamba-Nya. (Majalah Al Furqon).
- Menjawab Dengan Nama Jelas Jika Pemilik Rumah Bertanya “Siapa?”
Terkadang pemilik rumah ingin mengetahui dari dalam rumah siapakah tamu yang datang sehingga bertanya, “Siapa?” Maka hendaknya seorang tamu tidak menjawab dengan “saya” atau “aku” atau yang semacamnya, tetapi sebutkan nama dengan jelas. Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata,
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي فَدَقَقْتُ الْبَابَ فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا
“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikianlah beberapa poin yang perlu kita perhatikan agar apa yang kita lakukan ketika bertamu pun sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan mengetahui adab-adab yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini juga membuat kita lebih lapang kepada saudara kita sebagai tuan rumah ketika ia menjalankan apa yang menjadi haknya sebagai pemilik rumah. Wallahu a’lam.
Maraji’:
1. Majalah Al Furqon edisi 2 Tahun II 1423 H
2. Terjemah Riyadush Shalihin, takhrij Syaikh M. Nashiruddin Al Albani jilid 2. Imam Nawawi. Cetakan Duta Ilmu. 2003
3.Adabul Mufrod. Imam Bukhari. Maktabah Syamilah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA JAWAB
T : Assalamualaikum ustadzah, Saya beberapa kali didatangi tamu/tetangga yang bisa dibilang mungkin tidak mengetahui adab-adab bertamu seperti materi diatas, awalnya memberi salam dan kami menjawabnya, tapi belum sempat dipersilahkan masuk, tamu ini sudah masuk bahkan sudah duduk, pernah beberapa kali juga saya sedang tidak siap (sedang tidak menggunakan hijab) dia sudah duduk diruang tamu, kebetulan yang menerima pertama adalah suami saya. Ada perasaan kesal dan jengkel saya karena tidak mengetahui bahwa si tamu ini langsung masuk dan duduk. Bagaimanakah caranya agar si tamu ini tahu bahwa perbuatannya ini salah, mau memberi tahu saat itu dia lebih tua umurnya, takut tersinggung dan malu?
J : Wa'alaikumussalam. Apakah tamu ini masih kerabat suami Bunda? Kalau iya, sebaiknya suami yang bicara baik-baik pada beliau. Kalau kerabat bunda silakan bunda yang bicara dengan tenang dan santun. Kalau tidak bisa diajak bicara atau tidak kunjung paham berarti bunda yang harus membuat panduan teknis sendiri. Misalnya, sampaikan pada suami untuk tidak langsung membuka pintu jika dia mengetuk, atau jika tidak terlalu urgen maka tidak perlu dibukakan pintu. Wallahu 'alam
T : Pertanyaan yang kedua ustadzah, Apakah adab-adab bertamu seperti diatas tetap berlaku kepada saudara kita (kakak/adik/orangtua) yang masing-masing sudah berkeluarga dan punya rumah masing-masing?
J : Iya Bunda, adab bertamu ini juga berlaku bahkan untuk muhrim kita. Sebagaimana anak-anak tidak diperkenankan memasuki kamar orangtuanya setelah baligh tanpa mengetuk pintu dan dipersilakan.
T : Assalamualaikum ustadzah , Saya beberapa kali tetangga sering masuk tanpa mengucapkan salam tau tau masuk ke rumah entah menanyakan anaknya atau mau pinjam sesuatu. Sudah saya tegur kalau mau masuk tolong ucapkan salam soalnya saya kadang kadang saya tidak memakai hijab. Tapi tetap selalu berulang, apa yang mesti kami lakukan sedangkan suami juga sudah menegornya. Pagar di kunci juga tetangga tetep ngejinjit jadi kepala nya tetep bisa ngeliat aktifitas kami di dalam rumah. Itu normal tidak ya ummi?
J : Wa'alaikumussalam. Merubah seseorang itu lebih sulit daripada mengatur diri kita sendiri. Kaidah fiqh nya mengajarkan bahwa _"Mencegah kemudharatan lebih utama dari mengejar kemaslahatan"_. Jadi saran saya pada para muslim/ah *"Biasakan mengunci pintu untuk mengurangi risiko pelanggaran syariah dan risiko tindak kriminalitas"*
Bukan masalah normal atau tidak Bund, tapi masalah kurangnya etika. Sementara merubah sifat orang lebih sulit dari yang kita bayangkan, maka kita lebih berhati-hati saja. Kunci gerbang rumah, kalau mau beraktifitas di halaman atau area yg terlihat lainnya usahakan berhijab.
T : Mau bertanya cara mengajarkan etika bertamu ke anak-anak bagaimana ya? Kalau anak sendiri mungkin lebih mudah tapi kalau anak orang terutama anak tetangga bagaimana ya? Kebetulan ada temen anak saya yang suka nyelonong masuk rumah tanpa salam tanpa permisi. Kalau pintu rumah dikunci, anaknya gedor-gedor atau maksa buka handle pintu dengan keras. Kalau tetap tidak dibuka anak itu gedor jendela.
J : Kalau untuk anak-anak memang harus melalui pembiasaan, karena mereka tidak mudah memahami.
Misalnya: saat anak tetangga bertamu tidak di saat yang tepat segera hampiri pintu rumah (sebelum ia menggedor2) dan katakan _"Mas Alif (misal) ngga main ya, mau makan/ngaji/belajar/bobo siang."_
Hal ini mungkin saja tidak mudah di awal, tapi anak memang harus dibiasakan punya jadwal hidup yang baik. Begitupun saat dia boleh bermain dengan si tetangga, pelan-pelan selipkan nasehat. _"Kalau mau main sama Mas Alif ngga boleh gedor2 pintu ya, ketuk atau panggil aja."_
T : Tanya Ustadzah, kemarin masih hangat ada seorang tamu ibu dan anak kecil memencet bel, awalnya saya tidak buka hanya lihat dari kaca jendela saya, karena saya tidak kenal saya tidak buka. Dulu pernah datang juga dengan alasan minta pekerjaan untuk sehari tapi saya tolak karena saya tidak kenal sama sekali, tapi dianya berani sekali seperti sdh kenal. Nah kemarin, karena saya tidak buka pintu pagarnya dia buka sendiri, saya cepet keluar, dianya maksa mau bertamu, saya tolak karena saya tidak kenal. Saya tolak berkali-kali dia bilang mau main hanya mau ngobrol. Saya jelaskan lagi saya tidak ada waktu apalagi buat ngobrol tapi dia terus maksa, jadi saya agak tegas bahwa saya tidak bisa dan tidak memerlukannya. Apakah penolakan saya itu ..tidak apa-apa? Apakah tidak termasuk ke dalam QS. Abasa ..bahwa kpd orang miskin tdk mau menerima tamu ? saya tidak kenal sama sekali orang itu.
J : Tidak apa-apa Bunda. Sekarang ini banyak orang-orang dengan niat tidak baik berpura-pura datang bertamu. Jangan dibukakan pintu, atau sebaiknya beri ketegasan.
_"Saya ngga kenal Ibu. Jadi kalau mau bertamu harus seijin Pak RT atau ketua lingkungan disini. Kalau Ibu masih memaksa, akan laporkan ke satpam/keamanan/Pak RT"_
Percayalah Bund, kalau dia orang miskin baik-baik yang memerlukan pertolongan, pastinya tidak akan menolak jika kita minta bertemu kepada RT/ketua lingkungan. Bukankah jika menolongnya bersama2 akan lebih bermanfaat buat dia.
1. Majalah Al Furqon edisi 2 Tahun II 1423 H
2. Terjemah Riyadush Shalihin, takhrij Syaikh M. Nashiruddin Al Albani jilid 2. Imam Nawawi. Cetakan Duta Ilmu. 2003
3.Adabul Mufrod. Imam Bukhari. Maktabah Syamilah
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA JAWAB
T : Assalamualaikum ustadzah, Saya beberapa kali didatangi tamu/tetangga yang bisa dibilang mungkin tidak mengetahui adab-adab bertamu seperti materi diatas, awalnya memberi salam dan kami menjawabnya, tapi belum sempat dipersilahkan masuk, tamu ini sudah masuk bahkan sudah duduk, pernah beberapa kali juga saya sedang tidak siap (sedang tidak menggunakan hijab) dia sudah duduk diruang tamu, kebetulan yang menerima pertama adalah suami saya. Ada perasaan kesal dan jengkel saya karena tidak mengetahui bahwa si tamu ini langsung masuk dan duduk. Bagaimanakah caranya agar si tamu ini tahu bahwa perbuatannya ini salah, mau memberi tahu saat itu dia lebih tua umurnya, takut tersinggung dan malu?
J : Wa'alaikumussalam. Apakah tamu ini masih kerabat suami Bunda? Kalau iya, sebaiknya suami yang bicara baik-baik pada beliau. Kalau kerabat bunda silakan bunda yang bicara dengan tenang dan santun. Kalau tidak bisa diajak bicara atau tidak kunjung paham berarti bunda yang harus membuat panduan teknis sendiri. Misalnya, sampaikan pada suami untuk tidak langsung membuka pintu jika dia mengetuk, atau jika tidak terlalu urgen maka tidak perlu dibukakan pintu. Wallahu 'alam
T : Pertanyaan yang kedua ustadzah, Apakah adab-adab bertamu seperti diatas tetap berlaku kepada saudara kita (kakak/adik/orangtua) yang masing-masing sudah berkeluarga dan punya rumah masing-masing?
J : Iya Bunda, adab bertamu ini juga berlaku bahkan untuk muhrim kita. Sebagaimana anak-anak tidak diperkenankan memasuki kamar orangtuanya setelah baligh tanpa mengetuk pintu dan dipersilakan.
T : Assalamualaikum ustadzah , Saya beberapa kali tetangga sering masuk tanpa mengucapkan salam tau tau masuk ke rumah entah menanyakan anaknya atau mau pinjam sesuatu. Sudah saya tegur kalau mau masuk tolong ucapkan salam soalnya saya kadang kadang saya tidak memakai hijab. Tapi tetap selalu berulang, apa yang mesti kami lakukan sedangkan suami juga sudah menegornya. Pagar di kunci juga tetangga tetep ngejinjit jadi kepala nya tetep bisa ngeliat aktifitas kami di dalam rumah. Itu normal tidak ya ummi?
J : Wa'alaikumussalam. Merubah seseorang itu lebih sulit daripada mengatur diri kita sendiri. Kaidah fiqh nya mengajarkan bahwa _"Mencegah kemudharatan lebih utama dari mengejar kemaslahatan"_. Jadi saran saya pada para muslim/ah *"Biasakan mengunci pintu untuk mengurangi risiko pelanggaran syariah dan risiko tindak kriminalitas"*
Bukan masalah normal atau tidak Bund, tapi masalah kurangnya etika. Sementara merubah sifat orang lebih sulit dari yang kita bayangkan, maka kita lebih berhati-hati saja. Kunci gerbang rumah, kalau mau beraktifitas di halaman atau area yg terlihat lainnya usahakan berhijab.
T : Mau bertanya cara mengajarkan etika bertamu ke anak-anak bagaimana ya? Kalau anak sendiri mungkin lebih mudah tapi kalau anak orang terutama anak tetangga bagaimana ya? Kebetulan ada temen anak saya yang suka nyelonong masuk rumah tanpa salam tanpa permisi. Kalau pintu rumah dikunci, anaknya gedor-gedor atau maksa buka handle pintu dengan keras. Kalau tetap tidak dibuka anak itu gedor jendela.
J : Kalau untuk anak-anak memang harus melalui pembiasaan, karena mereka tidak mudah memahami.
Misalnya: saat anak tetangga bertamu tidak di saat yang tepat segera hampiri pintu rumah (sebelum ia menggedor2) dan katakan _"Mas Alif (misal) ngga main ya, mau makan/ngaji/belajar/bobo siang."_
Hal ini mungkin saja tidak mudah di awal, tapi anak memang harus dibiasakan punya jadwal hidup yang baik. Begitupun saat dia boleh bermain dengan si tetangga, pelan-pelan selipkan nasehat. _"Kalau mau main sama Mas Alif ngga boleh gedor2 pintu ya, ketuk atau panggil aja."_
T : Tanya Ustadzah, kemarin masih hangat ada seorang tamu ibu dan anak kecil memencet bel, awalnya saya tidak buka hanya lihat dari kaca jendela saya, karena saya tidak kenal saya tidak buka. Dulu pernah datang juga dengan alasan minta pekerjaan untuk sehari tapi saya tolak karena saya tidak kenal sama sekali, tapi dianya berani sekali seperti sdh kenal. Nah kemarin, karena saya tidak buka pintu pagarnya dia buka sendiri, saya cepet keluar, dianya maksa mau bertamu, saya tolak karena saya tidak kenal. Saya tolak berkali-kali dia bilang mau main hanya mau ngobrol. Saya jelaskan lagi saya tidak ada waktu apalagi buat ngobrol tapi dia terus maksa, jadi saya agak tegas bahwa saya tidak bisa dan tidak memerlukannya. Apakah penolakan saya itu ..tidak apa-apa? Apakah tidak termasuk ke dalam QS. Abasa ..bahwa kpd orang miskin tdk mau menerima tamu ? saya tidak kenal sama sekali orang itu.
J : Tidak apa-apa Bunda. Sekarang ini banyak orang-orang dengan niat tidak baik berpura-pura datang bertamu. Jangan dibukakan pintu, atau sebaiknya beri ketegasan.
_"Saya ngga kenal Ibu. Jadi kalau mau bertamu harus seijin Pak RT atau ketua lingkungan disini. Kalau Ibu masih memaksa, akan laporkan ke satpam/keamanan/Pak RT"_
Percayalah Bund, kalau dia orang miskin baik-baik yang memerlukan pertolongan, pastinya tidak akan menolak jika kita minta bertemu kepada RT/ketua lingkungan. Bukankah jika menolongnya bersama2 akan lebih bermanfaat buat dia.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Kita akhiri majlis hari ini dengan membaca :
🔊 ucap syukur : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
🔊 dan istighfar ; أَسْتَغفِرُ اَللّهَ الْعَظيِمْ
🔊 serta
Doa Kafaratul majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك َ
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
✒ “Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
[In Syaaa ALlaah] إِنْ شَاءَ الله
kebersamaan malam inih bermanfaat dan barokah.
أٰمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن
[aamiin yaa Rabbal 'aalamiiiin]
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kita akhiri majlis hari ini dengan membaca :
🔊 ucap syukur : الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
🔊 dan istighfar ; أَسْتَغفِرُ اَللّهَ الْعَظيِمْ
🔊 serta
Doa Kafaratul majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك َ
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
✒ “Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
[In Syaaa ALlaah] إِنْ شَاءَ الله
kebersamaan malam inih bermanfaat dan barokah.
أٰمِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن
[aamiin yaa Rabbal 'aalamiiiin]
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
======================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment