Kajian Online WA
Hamba الله SWT
Senin, 22 Januari 2018
Rekap Kajian Grup Bunda G2
Narasumber : Ustadzah
Lilah
Tema : Kajian Umum
Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan
mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi
diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap
manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam
kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan
menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad
SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana
membangakitkan ummat yang telah mati, mempersatukan bangsa-bangsa yang tercerai
berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun
generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan
menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya
kita awali dengan lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
BAHAGIANYA MERAYAKAN CINTA
Disaat apapun ,barakah itu membawakan kebahagiaan.
Sebuah letupan kegembiraan di hati, kelapangan di dada, kejernihan di akal, dan
rasa nikmat di jasad. Barakah itu memberi suasana lain dan mencurahkan
keceriaan musim semi, apapun masalah yang sedang membadai rumah tangga kita.
Barakah itu membawakan senyum meski air mata menitik-nitik. Barakah itu
menyergapkan rindu di tengah kejengkelan. Barakah itu menyediakan
rengkuhan dan belaian lembut disaat dada kita sesak oleh masalah.
Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta.
Sesudah menikah, semoga barakah hidup kita semakin bertambah.
Barakah mengasah rasa, menempa jiwa, memberikan sebuah dunia yang kadang tak
tertembus penglihatan manusia biasa.
Suatu hari mungkin kita menyaksikan seorang lelali, ikut antri di
warung pecel lele di daerah Monjali (Monumen Jogja Kembali). Mendung bergantung
sore itu, dan warna hitam yang menyeruak di barat mlai mendekat. Dia, berkaos
putih yang lehernya mulai geripis, di kepalanya ada pecis putih kecil, dan
celananya beberapa senti di atas mata kaki. Sandal jepit swallow yang talinya
hampir putus nyangkut di antara jempol dan jari kakinya. Seperti yang lain ia
juga memesan, '' Pecel Lele Mas!''
''Berapa?'' tanya Mas penjual yang asyik menguleg sambal terasi
sambil sesekali meraih sothil besar untuk membalik gorengan lele di wajan
raksasa. Gemuruh bunyi kompor mengharuskan orang bicara sedikit keras.
''Satu. Dibungkus...'' Perlahan tangannya merogoh saku celana,
lalu duduk sembari menghitung uangnya. Malu-malu, tangannya dijorokkan sedikit
ke bawah meja. Uang pecahan ratusan yang sudah disatukan dengan selotip bening
per sepuluh keping, pas jumlahnya sesuai harga.
'' Nggak makan sini aja Mas?? Takut keburu hujan ya?''
''hi hi, buat istri...''
''Oowh...''
selesai pesanannya dibungkus, bersamaan dengan bunyi keritik yang
mulai menggambar titik-titik basah di tenda terpal milik Mas Pecel Lele. Agak
berlari ia keluar, tapi melebatnya sang hujan jauh lebih cepat dari tapak-tapak
kecilnya.
Khawatir pecel lele untuk istri tercinta yang hanya dibungkus
kertas akan berkuah, ia selipkan masuk ke perutnya. Bungkusan itu ia rengkuh
erat dengan tangan kanan, tersembunyi di balik kaos putih yang mulai transparan
disapu air. Tangan kirinya ke atas, mencoba melindungi kepalanya dari terpaan
ganas hujan yang tercurah memukul-mukul. Saat itu ia sadar, ia ambil pecinya.
Ia pakai juga untuk melapisi bungkusan pecel lele.huff, lumayan aman sekarang.
Tapi 3 kilometer bukan jarak yang dekat untuk berjalan di tengah hujan
bukan??
Apa perasaan anda melihat lelaki ini?kasihan. Iba. Miris.
Sedih.
Itukan Anda!
Coba tanyakan pada lelaki itu, kalau anda bertemu. Oh, sungguh
berbeda. Betapa berbunga hatinya. Dadanya dipenuhi heroisme sebagai suami baru
yang penuh erjuangan untuk membelikan penyambung hayat istri tercinta.
Jiwanya dipenuhi getaran kebanggaan, keharuan dan kegembiraan.
Kebahagian seolah tak terbatas, menyelam begitu dalam di kebeningan matanya. Ia
membayangkan senyum yang menantinya, bagai bayangan surga yang terus
terhidupkan yang terus terhidupkan dirumah petak kontrakannya.
Di tengah cipratan air dari mobil dan bus kota yang bersicepat,
juga sandalnya yang putus lalu hilang ditelan lumpur becek, ia akan tersenyum.
Senyum termanis yang di saksikan jagad. Seingatnya, ia belum pernah tersenyum
semanis itu saat ia membujang,.. Subhaanallaah..
* Cerita ini bersumber dari kisah nyata yang dialami Ustad
Mohammad Fauzil Adhim (penulis buku Kupinang Kau dengan Hamdallah)
Saat mereka mendoakan, ''Barakallahu Laka...'' kubisikan
kepadamu, ''Cintamu sehangat ciuman bidadari...''
Kau menjawab, ''Ada barakah di kala bidadari cemburu.''
Ketika mereka meminta lagi pada Allah,
''Wa baarakallahu 'alaika...''
Lirikanmu menelisik hatiku, ''Dalam badai, dekap aku lebih
erat!''
''Bersama barakah, masalah akan menguatkan jalinan, '' begitu kau
yakinkan.
Lalu mereka menutup, ''Wa jama'a bainakuma fii khaiir...''
Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya menyatu,
''Genggam tanganku, rasakan kekuatan cinta!''
Pertama, Persiapan Ruhiyah (spiritual).
Ini menyangkut proses perbaikan kita dalam menata sikap mental
agar lebih bertanggung jawab, lebih sabar dan dapat lebih mengendalikan ego.
Tak lupa juga untuk meningkatkan kemampuan untuk bersabar dan bersyukur
Pernikahan yang setiap hari anggota rumahnya lebih sibuk di dalam
kamar masing-masing, itu memang adem ayem kan?
Pernikahan yang setiap hari anggota rumahnya lebih memilih untuk
memendam prasangka dan amarah, itu memang adem ayem kan?
Pernikahan yang ketika ada konflik, ketika pasangannya melakukan
kesalahan, terus memilih untuk mengabaikan hal itu, itu memang adem ayem kan?
Pernikahan yang sering nonton bersama di ruang TV, namun jarang
curhat dan berdiskusi, itu memang adem ayem kan?
Namun, apa iya hanya sekedar adem ayem saja yang kita incar?
Karena, yang sering terjadi, pernikahan seperti ini harmonisnya semu. Karena,
begitu banyak asumsi dan emosi terpendam yang justru menjadi bom waktu yang
tertanam, dan tinggal tunggu waktu bom itu MELEDAK
Loh, kenapa?
Karena, emosi itu bagaikan per. Jika ditekan dan ditahan
terus-menerus, maka tunggu saja, akan ada masanya dia MELEDAK…
Kita pasti pernah kan merasakan menahan amarah sampai tangan
mengepal begitu keras dan bergetar-getar? Kepala memanas dan muka memerah?
Maka jangan heran, begitu banyak keluarga yang adem ayem, namun
terlihat secara tiba-tiba KDRT, perselingkuhan, anak narkoba, atau perceraian
terjadi. Bomnya terkesan meledak dan terkesan sangat tiba-tiba saat itu juga,
padahal sumbunya sudah mulai menyala…
Maka berhati-hatilah, jangan sampai kita mendiamkan suatu
masalah dalam rumahtangga kita dengan berharap sang waktu akan menyelesaikan
segalanya. Atau, jangan sampai ketika pasangan kita mempermasalahkan sesuatu,
kita menganggapnya lebay. Karena, kita tak tahu apakah pembiaran yang kita
lakukan, bisa menjadi bom waktu dan meledak di kemudian hari?
Sebaiknya milikilah prinsip, selesaikan masalah atau konflik saat
itu juga, jangan dibawa ke keesokan harinya. InsyaAllah, jika kita melakukan
ini, maka kita sedang melangkah membentuk pernikahan yang BETUL-BETUL
HARMONIS….
Karena pernikahan harmonis bukan berarti pernikahan yang tiada
konflik sama sekali, namun pernikahan dimana suami dan istri mampu menghadapi
konflik yang ada secara dewasa
Selamat membangun
TANYA JAWAB
Q : Pernah mendengar cerita tentang suami istri yang dijodohkan,
kemudian suaminya tidak suka. Istrinya disiksa, disuruh hamil tiap tahun, tidak
boleh punya pembantu.. smp sang istri lumpuh kemudian wafat. Setiap suami saya
nyebelin, saya selalu membandingkan dengan cerita diatas sehingga hilang marah
saya, bersyukur suami saya nyebelin nya gak separah itu. Apakah ini termasuk
menahan marah ustadzah?
A : Subhanallah....sampai ada ya yang begitu. Tidak takut menyiksa
wanita yang justru akan jadi tanggungjawab nya di akhirat nanti. Betul bunda,
insyaallah sudah bagian dari menahan amarah. Jika hanya masalah sepele, maafkan
dan lapangkan. cukuplah ingat kebaikan suami selama ini dengan kita. Tapi jika
masalahnya besar, tetap harus diselesaikan dan tidak hanya dipendam karena gak
mau berantem. Masalah besar dalam rumah tangga adalah masalah tauhid.
Q : Ustadzah, saya kan LDR dengan suami. Bagaimana caranya agar
bisa tetap menjaga kepercayaan terhadap suami? Dan bagaimana cara menjaga hati
agar tidak cemburu buta sehingga berprasangka buruk terhadap suami?
A : Upayakan bersatu kembali karena dalam Islam, tidak baik LDR dalam
waktu lama. Namun selama belum bisa, bagaimana kita bisa mempertahankan percaya
pada suami, kita dulu yang harus bisa menjaga kepercayaan suami. Jauhi
prasangka buruk karena Allah berbuat sesuai prasangka hambaNya. Perbaiki
kualitas komunikasi. Banyak berdoa semoga Allah jaga rumah tangga bunda.
Q : Kupasan di atas betul sekali....Justru yang segala
persoalan..masalah tak di bicakan...di obrolkan...karena kalau di bicarakan jawaban
nya membuat ribut...Emosi yang terpendam karena takut kekerasan terjadi pada
akhirnya kita jadi punya penyakit hati...dengan merasa tertekan...merasa
dingkol..jengkel...Yang mau di tanyakan sebesar apa/masuk golongan dosa yang
gimana kalau pasangan hidup kita masing-masing punya penyakit hati yang
mempunyai alasan tertentu ustadzah???
Mohin penjelasan dan pencerahannya
A : Masalah terbesar dalam Rumah Tangga adalah hal-hal yang
menyangkut tauhid. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Jadi kalau hanya
sekedar indisipliner dlm meletakkan barang, tidak mau bantu pekerjaan rumah
tangga, maafkan dan berlapang dada saja. Lucu juga ya, sepasang suami istri yang
adalah belahan jiwa, bisa punya penyakit hati di antara mereka. Bukankah
harusnya mereka punya satu chemistry yang baik dalam menjalani biduk RT?
Q : Suami saya suka mengungkapkan isi hatinya dengan terus terang,
baik dan buruk, apa saja. Saya justru memilih menahan diri untuk hal-hal yang
tak baik. Milih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan, mikir dulu, nunggu
kesempatan dulu.....supaya tak nambah dosa. Gmn sebaiknya?
A : Tiap orang punya karakter masing-masing dalam bersikap.
Orang-orang ekstrovert cenderung blak2an dan mengekspresikan dirinya tanpa
tedeng aling-aling. Sebaliknya org introvert. Jadi pahami pasangan dengan baik.
Karena tidak asyik juga ya jika menuntut pasangan mirip dengan kita.
Pernikahan khan untuk saling melengkapi. Tapi jika memang merasa
tidak nyaman, ya sampaikan baik-baik harapan kita.
Alhamdulillah, kajian kita hari
ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah
semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikalauah langsung saja kita tutup
dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engakau ya Allah,
dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment