Kajian Online WA
Hamba الله SWT
Selasa, 16 Januari 2018
Rekap Kajian Grup Bunda G2
Narasumber : Ustadz
Jumadi
Tema : Kajian Umum
Editor : Rini Ismayanti
Dzat yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan
mengagungkan-Nya...
Dzat yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi
diadzab-Nya...
Dzat yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap
manisnya Islam dan indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam
kecintaan kepadaNya, yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan
menghimpunkan kita untuk mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah... tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad
SAW. Yang memberi arah kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana
membangakitkan ummat yang telah mati, mempersatukan bangsa-bangsa yang tercerai
berai, membimbing manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun
generasi yang tertidur lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan
menuju kejayaan, kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma ba'd...
Ukhti fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah
indahnya kita awali dengan lafadz Basamallah
Bismillahirrahmanirrahim...
Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin
بسم الله
الحمد لله. والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن ولاه و بعد.
Allah berfirman tentang status Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai rahmatan lil alamiin,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Tidaklah Aku mengutusmu – wahai Muhammad – kecuali sebagai rahmat
bagi seluruh alam.” (QS. al-Anbiya: 107)
Dalam hadis yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
أيهَا النَّاسُ إنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
“Wahai sekalian manusia, saya adalah rahmat yang dihadiahkan.”
(HR. Hakim dalam al-Mustadrak 100, dan disahihkan serta disepakati ad-Dzahabi).
Apa Perwujudan Rahmatan lil Alamin?
Ibnul Jauzi dalam tafsirnya – Zadul Masir – menyebutkan perbedaan
pendapat mengenai cakupan kata ‘alamin’ dalam ayat di atas.
[1] Yang dimaksud alam pada ayat di atas adalah kaum mukminin,
yang beriman kepada beliau. Ini merupakan pendapat Ibnu Zaid.
[2] Bahwa status beliau sebagai rahmat bagi seluruh alam mencakup
orang mukmin maupun kafir. Yang beriman kepada beliau, sempurna rahmat yang dia
dapatkan di dunia dan akhirat. Sementara yang kufur kepada beliau, hukuman
untuknya di akhirkan sampai dia mati dan ketika datang kiamat. Ini merupakan
pendapat Ibnu Abbas. (Zadul Masir, 4/365).
Keterangan mengenai perbedaan pendapat ini juga disebutkan
al-Baghawi dalam tafsirnya. Beliau menjelaskan ayat di atas.
Menurut Ibnu Zaid, maksudnya adalah rahmat bagi orang mukmin saja.
Beliau menjadi rahmat mereka. Sementara Ibnu Abbas mengatakan, “Rahmat ini
berlaku umum, mencakup orang yang beriman dan tidak beriman. Bagi orang
beriman, beliau adalah rahmat bagi mereka di dunia dan akhirat. Sementara bagi
mereka yang tidak beriman, beliau adalah rahmat bagi mereka di dunia dengan
Allah akhirkan adzab untuk mereka. dicabutnya hukuman yang bentuknya al-maskh
(pengubahan wajah), al-Khasaf (ditenggelamkan), atau hukuman dalam bentuk
pembinasaan secara keseluruhan.” (Tafsir al-Baghawi, 5/359).
Diantara keistimewaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
tidak ada pada nabi yang lain adalah ditundanya hukuman untuk orang yang tidak
beriman kepada beliau. Umat para nabi sebelumnya ada yang dibinasakan oleh
Allah dengan berbagai hukuman di dunia.
Ada yang dihujani batu seperti umatnya Nabi Luth. Ada yang diterpa
angin hingga mematikan semuanya, seperti yang dialami kaum ‘Ad. Ada yang
dibinasakan dengan suara sangat keras, seperti yang dialami kaum Tsamud. Ada
yang ditelan bumi, diubah wajahnya menjadi babi dan kera, atau ditenggelamkan
di laut, seperti yang dialami kaumnya Nabi Musa ‘alaihis salam.
Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, semua
bentuk hukuman ini tidak ada. Bahkan Allah tegaskan dalam firman-Nya,
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ
“Allah tidak ada menyiksa mereka sementara kamu berada di tengah
mereka.” (QS. al-Anfal: 33).
Ibnu Hajar al-Haitami pernah menegaskan hal ini,
ففي إرساله صلى الله عليه وسلم رحمة حتى على أعدائه من حيث عدم معاجلتهم بالعقوبة
Pengutusan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan rahmat,
sampaipun bagi para musuh beliau, dimana hukuman untuk mereka ditunda. (Fatawa
al-Haditsiyah, hlm. 35).
Memahami keterangan di atas, berarti Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjadi rahmat bagi seluruh alam sejak beliau diutus oleh
Allah, dan BUKAN sejak beliau mendirikan khilafah. Beliau sudah menjadi rahmat,
ketika beliau di Mekah, ketika beliau di Madinah, hingga beliau diwafatkan oleh
Allah.. dan syariat beliau menjadi rahmat bagi seluruh alam, sekalipun tidak
ada khilafah.
Rahmat bagi mukmin, dalam bentuk hidayah di dunia dan pahala
akhirat. Rahmat bagi kafir, dalam bentuk mereka tidak disegerakan hukumannya
dari Allah. Mereka tetap bertahan hidup di dunia, sekalipun mereka mengingkari
utusan Allah.
Wallahu a'lam.
Banjarmasin,
16 - 01 - 2018
TANYA JAWAB
Q : Contoh Rahmat yang Allah curahkan untuk kita, seperti hingga
nafas tinggal sejengkal, jika dalam hati seseorang ada keinginan untuk
bertaubat, Allah akan menerima
taubatnya. Apakah benar Ust?
A : Batas pintu taubat dibuka adalah ketika ruh belum sampai di
terongkongan/saluran nafas pada leher sebagaimana yang disebutkan dalam hadits
shahih. Wallahu a'lam
Q : Saya pernah mendapatkan nasehat bahwa "Orang yang
melakukan haji/umroh belum tentu mendapatkan mabrurnya. Karena bisa jadi mabrur
nya tsb d berikan kepada orang lain.(bisa istri/anak dlsbnya)". Mengapa
bisa demikian ust ? Apakah ada faktor yang menyebabkan pahala mabrur nya ini tidak
didapatkan oleh orang tsb ?
A : Mabrur adalah haji yang dapat merubah keadaan seseorang
sebelumnya dari buruk menjadi baik, jauh dari Allah menjadi dekat, dst. Namun
tidak ada jaminan bahwa ketika seseorang tidak mabrur lantas gelar itu akan
didapatkan oleh istri atao anaknya, tidak demikian keadaannya. Oleh sebab itu
ukuran mabrur bukan dari pelaku tetapi dari perilaku setelah berhaji. Wallahu
a'lam.
Q : Klo begitulah azab berupa dibalikkan bumi kepada kaum Luth
tidak akan menimpa umat jaman now walaupun prilakunya sama (adanya kaum lgbt)?
A : Allah berikan para pelaku LGBT zaman now rahmat berupa
kesempatan
Q : Apakah itu istidroj, ust ?
A : Istidroj adalah kenikmatan yang disegerakan di dunia untuk
para pelaku maksiat, baik orang beriman maupun orang kafir. Tandanya semakin
jauh dari tuntunan agama semakin terlihat sejahtera atau bahagia. Wallahu a'lam
Q : Assalamualaikum ustd,apa yang di maksud dengan Al maskh / pengubahan
wajah?
A : Adalah perilaku merubah ciptaan Allah yang diharamkan karena
tindakan tsb seakan akan bentukan tandingan ciptaan Allah yang Maha Sempurna
ciptaanNya dg pengadaan yang dilakukan manusia atau sebagai bentuk tidak
menerima taqdir dan ketentuan Allah pada jasadnya. Wallahu a'lam.
Alhamdulillah, kajian kita hari
ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah
semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikalauah langsung saja kita tutup
dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika
asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engakau ya Allah,
dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment