Rekapitulasi Kajian Online HA Ummi G3
Hari/tanggal: Selasa 13 Maret 2018
Materi: Tahapan-tahapan perbersihan jiwa
(tazkiyatun nafs)
Nara sumber: Ustadzah Lillah
Waktu: 08.00 s/d selesai
Editor: sapta
=====================
TAHAP-TAHAPAN PEMBERSIHAN JIWA (TAZKIYATUN
NAFS)
Tentunya kita sudah sering mendengar
hadist Rasul yang menyatakan, "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
pemimpin dimintakan tanggung jawab atas kepemimpinannya itu." Jadi
Allah akan meminta pertanggungjawabkan pada diri kita semua, karena setiap
orang adalah pemimpin, minimal memimpin keluarga dan dirinya sendiri.
Jika kita membandingkan dengan hasil
survey pada buku di atas, milyuner-milyuner (yang tentu juga merupakan seorang
pemimpin, misalnya pemimpin perusahaan) yang sekuler (dan kemungkinan besar atheis)
saja menempatkan nilai-nilai spiritual pada posisi penting dalam kehidupannya
di dunia, apalagi kita yang tahu bahwa kita pasti diminta pertanggung
jawabannya.
Allah berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. 66:6)
Abdullah bin Abbas menerangkan bahwa kata
pelihara ini berarti "mendidik" diri dan keluarganya. Ingat doa yang
diajarkan Rasul SAW:
"Ya Allah karuniakanlah pada jiwa ini
ketakwaan kepada-Mu dan sucikanlah jiwaku, karena engkaulah pelindung dan
pemiliknya."
Tahap Mensucikan Jiwa: At-Tathahharu, At-Takhaluq,
Al-Iqtida'
1. At-Tathahharu
Artinya: Mengangkat dan membersihkan
jiwa dari segala penyakitnya.
Pembersihan diri ini diawali dengan
taubat. Taubat yaitu kembali pada pangkuan dan pelukan Allah, meninggalkan segala
dosa dan maksiat serta berusaha untuk tidak melakukannya lagi. Dan kemudian
memulai hari-hari anda dengan indah yang dihiasi dengan keimanan dan keta'atan.
Diri anda akan terasa ringan dan "plong" apabila anda berhasil
mengangkat penyakit-penyakit hati atau penyakit jiwa/batin.
Apa saja penyakit jiwa?
Kufur, Nifaq. Yaitu ingkar kepada Allah. Bila seseorang ditimpa bencana dan ancaman
kematian, maka ia akan memohon kepada Allah dalam segala posisi saking
takutnya, tetapi setelah bencana itu diangkat oleh Allah, ia lupa bahwa dengan
kekuasaan Allahlah hal itu terjadi. Firman Allah:
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia
berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah
Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalan yang
sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS 10:12)
Syirik & Riya’. Syirik : menyekutukan Allah dengan selain Allah. Riya’: syirik kecil, karena
adanya pada diri manusia itu sendiri. Perumpamaan Rasul SAW : “Riya’ itu
bagaikan semut hitam, di atas batu hitam, di dalam hutan belantara yang gelap
pada waktu malam hari." Riya’ menyebabkan seluruh amal yang kita kerjakan
karena Riya’ akan ditolak oleh Allah. Ingat salah satu doa yang diajarkan
Rasulullah yang termuat dalam Al-Ma’tsurat:“Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu terhadap apa-apa yang aku ketahui.
Dan ampunilah aku terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui.”
Hubbud dunya, atau cinta dunia(wahn). Firman Allah:
"Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS 3:
14).
Hasad (kedengkian). Orang yang hasad tidak senang bila orang lain mendapatkan rezeki,
nikmat, dll dari Allah. Rasulullah menasehati kita, “Jauhi sifat hasad,
karena tanpa terasa kebaikan amal kita habis seperti api menghabiskan sepotong
kayu.” Ingat kisah seorang sahabat miskin (seorang buruh panggul) yang
dikatakan Rasul SAW sebagai ahli syurga padahal ketika diselidiki oleh seorang
sahabat lain amalan lainnya biasa saja. Ternyata rahasianya adalah bahwa tiap
malam ia berdoa agar terhindar dari sifat hasad dan mendoakan orang lain yang
berniat atau telah melakukan kezaliman atas dirinya untuk diampuni oleh Allah.
Ujub, yaitu
kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri. Kekaguman itu bisa terhadap
kekaguman fisiknya (narsisme), ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan yang paling
bahaya adalah terhadap amal perbuatannya sendiri. Yang disebut terakhir Allah
menggambarkan dalam surat 49:17 bahwa orang yang ujub merasa telah memberikan
ni’mat (rezeki, sedekah) kepada orang lain dan merasa bangga disebut sebagai
yang menyedekahi. Dengan kata lain ia melakukan amal perbuatannya karena ingin
dilihat orang lain. Silakan dicek pula surat 7: 44 (bacaan para penghuni surga
ketika masuk surga).
Takabbur, atau sombong. Awal dari takabbur ini adalah sifat ujub. Bermula kagum pada diri
sendiri kemudian ia merendahkan orang lain. Cukup banyak ayat yang menerangkan
sifat takabbur ini. Lihat surat An-Nahl (16) : 22 – 25. Cara untuk
menghilangkan sifat ini adalah banyak berdzikir (kagum pada Allah).
Ittiba’ul Hawa, atau selalu mengikuti
hawa nafsu. Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak
mau dibatasi. Allah mengijinkan disalurkannya nafsu, tetapi semua ada batasnya.
Oleh karena itu fungsi kajian Tazkiyatun Nafs ini adalah supaya nafsu
tersalurkan sesuai porsinya.
Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit
hati yang nampak maupun tersirat dalam jiwa dan batih manusia, yang mengakar
dalam hati insan.
2. At-Takhalluq
Yaitu memasukkan/menghiasi ke dalam jiwa
itu segala sesuatu yang selayaknya berada di dalam jiwa. Ya, setelah jiwa
dibersihkan dan disucikan dengan berbagai cara dengan usaha (juhud) dan
sungguh-sungguh (ijtihad) dan latihan (riyadhah) baik dengan taubat, muhasabah,
dan sebagainya. Kini, jiwa yang sudah mulai bersih dari noda penyakit hati/jiwa/batin
itu dihiasi dengan sesuatu yang selayaknya ada di dalam jiwa, istilahnya
kembali pada fitrah manusia dan selayaknya manusia dengan akhlaq-akhlaq baik
(akhlaqul karimah) yang berhubungan dengan jiwa atau hati Baik itu husnudzhan,
sabar, tawadhu'(rendah hati), jujur, amanah, tawakkal, sabar, tawadhu’,
tadharru’, qana’ah, iffah, dan lain-lain sebagainya.
3. Al-Iqtida'
Yaitu meneladani perilaku yang bersumber
dari nama-nama Allah (Asma’ul Husna) yang perilaku Rasul. Allah S.W.T mempunyai
99 nama (asmaul-husna), dari nama-nama yang baik itu dapat menjadi media kita
untuk sadar atau was-was, atau bisa juga disebut media menambah iman kita.
Diantaranya nama Allah itu yaitu Maha Adil, ya dengan nama ini kita
tahu Allah itu maha adil, jadi apapun yang menimpa kita itu adalah adilnya
Allah walau akal kita tidak sanggung melihat hikmahnya. Dengan ini kita akan
terjauhi dari sifat Dzhan , yaitu berburuk sangka kepada Allah.
Kemudian menjadikan sifat-sifat pribadi
yang karimah (akhlaqul karimah)-nya rasul pada kepribadian jiwa kita. Dengan
mengamalkan sunnah-sunnah beliau dan menjauhi apa yang dijauhi oleh beliau.
Jalan Membersihkan Jiwa:
- Shalat
-
Zakat, infaq
-
Puasa
-
Haji
-
Tilawah
Al-Qur’an
-
Dzikir
-
Tafakkur
-
Mengingat Mati
-
Pendek
Angan-angan
-
Muraqabah,
Muhasabah, Mujahadah dan Mu’aqabah
- Amar Ma’ruf
Nahi Mungkar dan Jihad Pelayanan dan Tawadhu’ (merendahkan hati)
- Mengetahui
pintu-pintu masuk syetan ke dalam jiwa dan menutup jalan jalannya.
- Mengetahui berbagai penyakit hati berikut
cara melepaskannya.
==============
TANYA JAWAB
Tanya: ijin bertanya ustadzah , muroqobah dan muaqobah itu apa ya?
Jawab: Muroqobah itu merasakan pengawasan Allah, Muaqobah itu menghukum diri
sendiri.
Seperti Umar bin Khattab yang menghibahkan
kebunnya saat terlambat sholat.
Tanya: Ustadzah, sebagai wanita kalau membatasi pergaulan dengan tetangga tidak
mengapa kah? Jadi sehari-hari hanya dirumah saja. Pengen dirumah saja ustadzah,
menghindari pergosipan.
Jawab: Orang yang mau bergaul dan bersabar terhadap gangguan masyarakat jauh lebih
baik dari orang yang tidak mau bergaul dan bersabar terhadap masyarakat. Itu
hadits Rasulullah, bahwa setiap kita punya kewajiban bermasyarakat. Masalah
ghibah, kembali kepada kebiasaan kita masing-masing.
Tanya: Menyambung tentang bertetangga: Ustadzah kami kan di sini perantauan,
banyak warga sini yang tidak kami kenal. Sering bertemu pun saling diam.
Anehnya, ketika mereka memiliki hajatan pernikahan atau khitanan kami diundang.
Dosakah jika kami tidak datang? Terimakasih.
Jawab: Dalam Islam memenuhi undangan termasuk wajib. Adapun isi amplop, niatkan
infaq insyaallah diganti langsung jika kita yakin. Kalau mereka mengundang
tandanya mereka menghargai kita dan mengenal kita. Instrospeksi diri, bisa jadi
kita yang terlalu menutup diri.
Tanya: ijin bertanya ustadzah, pernah dengar, katanya yang wajib datang ketika
diundang itu hanya undangan nikah, kalau undangan lain katanya tidak wajib, benarkah
ustadzah?
Jawab: Dalam haditsnya memang yang disebut adalah walimah. Namun secara adab
juga menurut saya sebaiknya tetap berupaya memenuhi undangan sebagai bentuk
penghargaan. Dalam Islam memenuhi undangan termasuk wajib. Kalau mereka
mengundang tandanya mereka menghargai kita dan mengenal kita.
Tanya: Ijin bertanya ustadzah, tetangga-tetangga rutin mengadakan pengajian ibu-ibu
setiap malam jumat, jika diundang boleh kah kita nolak, karena malas keluar
malam, anak-anak pasti ngikut, kasihan kalau mereka harus tidur larut.
Jawab: Kalau ini ya luruskan niat, jangan karena malas. Tapi lebih karena
keluar malam juga kurang baik untuk perempuan dan anak-anak
Tanya: Ijin bertanya, bagaimana jika ada undangan tahlilan, sedangkan meyakini
bahwa tahlilan tidak diperbolehkan, apakah tetap datang dalam rangka menghargai
atau tidak usah datang saja?
Jawab: Kembalikan ke keyakinan tentunya, karena ini kan memang tidak ada
tuntunannya dalam Islam.
Tanya: Maaf Ustadzah, kalau kita tetep datang dengan niat silaturahmi dengan
masyarakat bagaimana Umm? karena kebetulan dipercaya menjadi bu RT, kalau tidak hadir malah akan menjadi
gunjingan.
Jawab: Nah ini lain lagi, kembali luruskan niat. Meski sebenarnya sebagai Bu
RT, sebagai yang dianggap pemimpin, menjadi tanggung jawab bunda untuk meluruskan
sedikit demi sedikit. Berat ya, tapi itulah tanggung jawab pemimpin.
=========================
Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis :
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment