Kajian Link Online HA Ummi G1-G6
Hari/Tgl: Rabu, 25 April 2018
Materi: Remaja Tanpa Krisis
Identitas (Apa Mitos)?
Nara Sumber: Ustadzah Malik
Waktu Kajian: 14.00 WIB - selesai
Editor: Sapta
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Mitos besar itu adalah remaja
merupakan masa krisis identitas. Kita manggut-manggut dan percaya, lalu memberi
toleransi yang sebesar-besarnya terhadap berbagai perilaku yang tidak patut.
Alasannya? Mitos lagi: remaja sedang mencari identitas diri. Lho, memangnya
identitas mereka ketinggalan dimana? Jika hilang, apa sebabnya identitas diri
mereka hilang begitu memasuki usia remaja? Jika mereka belum memiliki identitas
diri yang jelas, pertanyaan serius yang perlu kita jawab adalah, “Apa saja yang
kita kerjakan selama bertahun-tahun sehingga membiarkan anak-anak kita memasuki
usia remaja tanpa memiliki identitas diri yang jelas?”
Apa akibat serius mempercayai mitos
ini?
Pertama, kita abai terhadap keharusan
menyiapkan anak-anak kita agar memiliki identitas diri yang kuat semenjak
usia kanak-kanak. Kita abai karena menganggap belum masanya, sehingga mereka
benar-benar mengalami krisis identitas saat memasuki usia remaja. Mereka
mengalami krisis karena kita memang mengabaikan tanggung-jawab untuk menumbuhkan,
menyemai dan menguatkan.
Kedua, tanpa identitas diri yang
kuat, anak lebih mudah terpengaruh teman sebaya. Bukan bersibuk mengejar apa
yang menjadi tujuannya karena ia memang belum memilikinya secara kuat. Ini pun
menyisakan pertanyaan penting, yakni mengapa ada anak yang mudah terpengaruh
oleh temannya, sementara yang lain justru menjadi sumber pengaruh.
Ketiga, dalam kondisi tak memiliki
identitas diri yang kuat, remaja cenderung mengidentifikasikan diri dengan
sosok yang dianggap besar. Inilah idolatry (pemujaan, pengidolaan).
Siapa yang mereka idolakan? Tergantung kemana media membawa mereka dan apa yang
paling membekas dalam diri mereka. Dan hari ini, media sedang bergerak
menjadikan artis, atlet dan siapa pun menjadi idola. Kita tak mengenal mereka,
kita tak mengetahui akhlaknya (atau justru sudah sampai pada tingkat tidak mau
tahu), tetapi media menggambarkan mereka sebagai sosok luar biasa, sehingga
remaja dapat mengalami histeria karena memperoleh apa-apa yang berhubungan
dengan idola. Rasanya, “sesuatu banget” (gue banget).
Masalahnya adalah, orang-orang
yang mereka idolakan itutidak memberi arah hidup yang jelas. Kita hanya
memperoleh info sepotong-potong. Dan masalah yang jauh lebih serius, sosok
tersebut bahkan tidak memiliki integritas pribadi yang dapat diandalkan. Apatah
lagi kalau kita bertanya tentang keteguhan iman dan kelurusan aqidah.
Jadi, ada dua hal penting yang perlu
kita benahi dalam diri kita dalam masalah remaja. Pertama, mengoreksi diri
sendiri agar tidak menganggap remeh persoalan-persoalan yang muncul pada para
remaja sebagai kewajaran. Kaidah pentingnya, tidak akan muncul masalah jika
tidak ada yang salah. Begitu kita mengabaikan, maka kita tidak cepat tanggap
sehingga persoalan dapat berkembang sedemikian jauh. Kita menganggap biasa
persoalan yang seharusnya diselesaikan segera. Kedua, menyiapkan
anak-anak memasuki masa remaja semenjak mereka masih kanak-kanak. Ini bukan
terutama dengan memberi keterampilan atau mengasah kecerdasan. Tetapi yang jauh
lebih penting adalah:membangun orientasi hidup yang jelas, tujuan hidup yang
kuat serta orientasi belajar. Lebih lengkap lagi jika semenjak awal anak diajak
untuk mengenali diri sendiri dan menerima sepenuhnya kelebihan maupun
kekurangannya.
Hanya membekali anak dengan
keterampilan dan kemampuan akademik maupun kesenian, tidak menjadikan mereka
memiliki arah hidup yang jelas. Mereka tak mempunyai pegangan yang kokoh. Boleh
jadi mereka cerdas, tapi tanpa orientasi yang kuat memudahkan mereka mengalami
krisis kepribadian (salah satunya krisis identitas) begitu mereka memasuki masa
remaja atau bahkan sebelum itu. Nah, mari kita bertanya, siapakah yang salah
jika remaja bermasalah sementara kita hanya bekali mereka dengan keterampilan
dan pengetahuan saja saat kanak-kanak?
Mengenali dan menerima sepenuhnya
kelebihan dan kekurangan ini sangat penting bagi anak agar tidak minder tatkala
berada di tengah-tengah teman sebaya. Jika pengenalan diri ini disertai
dengan empati (dan ini perlu kita tumbuhkan dalam diri mereka, bukan hanya
berharap) anak akan lebih mudah menghargai orang lain, ringan hati
memberi tahniah (ucapan selamat) saat ada teman yang meraih prestasi, dan
ringan langkah membantu temannya yang lemah. Dalam lingkup kelas, ini
memudahkan pembentukan iklim kelas yang positif (positive classroom
climate) dimana yang cemerlang akan berkembang, sementara yang lemah akan
memperoleh dukungan dari teman sekelas untuk mengatasi kelemahannya. Mereka
merasa menjadi “satu keluarga”. Inilah yang agaknya kerap terlalaikan dari
sekolah-sekolah kita.
Pertanyaannya, bukankah buku-buku
psikologi modern menyatakan bahwa krisis identitas sebagai keniscayaan? Ya. Dan
inilah akibat arogansi Amerika yang menganggap fakta di negerinya sebagai
realitas yang berlaku untuk warga seluruh dunia. Padahal di banyak negara,
terutama negeri-negeri timur, remaja tidak mengalami itu. Yang menarik kita
perhatikan, remaja di Timur Tengah tak mengalami krisis identitas sampai negeri
mereka mengadopsi model pendidikan ala Amerika. Lebih lanjut, silakan
baca buku The 50 Great Myths in Popular Psychology.
Empat Sebab Kenakalan
Di luar masalah krisis identitas,
bisa saja remaja maupun anak-anak melakukan perilaku yang tidak patut secara
sengaja. Ada empat sebab anak bertindak demikian. Pertama, anak
melakukan tindakan-tindakan tidak menyenangkan tersebut untuk
memperoleh perhatian. Dalam hal ini, yang dapat kita lakukan adalah
menunjukkan kepada mereka apa yang perlu mereka lakukan untuk memperoleh
perhatian. Disamping itu, kita berusaha memberi perhatian yang memadai. Kedua, anak
bertingkah karena motif kekuasaan, yakni mereka bertingkah untuk
menunjukkan bahwa dirinya tidak dapat dipaksa. Anak semacam ini antara lain
dapat “dikendalikan” antara lain dengan memberinya tanggung-jawab
mengatur. Ketiga, anak bertingkah sebagai balas dendam. Tindakan dilakukan
untuk maksud menyakiti hati (orangtua atau guru) dan bahkan sampai ke taraf
ingin mempermalukan. Anak tak peduli resiko yang dihadapi. Keempat, anak
bertingkah karena merasa dirinya tidak akan berhasil. Ia merasa pasti gagal.
Maka, untuk menjadikan kegagalan (yang belum tentu menimpanya) sebagai hal yang
wajar terjadi, ia justru nakal. Dalam hal ini, kenakalan terjadi
untuk“menghindari kegagalan”.
Salah satu kunci untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan mengetahui secara tepat apa yang menjadikan anak
melakukan kenakalan. Ada empat sebab, tetapi hanya ada satu yang benar-benar
mendorong anak bertingkah tidak patut; apakah untuk mencari perhatian,
kekuasaan, balas dendam atau menghindari kegagalan. Mengetahui sebabnya dengan
pasti memudahkan kita mengambil langkah penanganan.
‘Alaa kulli haal, kitalah yang
bertanggung-jawab mengantarkan anak-anak memasuki masa remaja
dengan orientasi hidup yang jelas, tujuan hidup yang kuat serta orientasi
belajar yang mantap. Jika anak-anak menampakkan gejala melakukan kenakalan,
kita perlu berbenah agar anak tak salah arah.
Terakhir, Ada satu pertanyaan
serius. Anak-anak kita telah tampak kehebatannya saat usia TK atau SD kelas
bawah. Mereka sudah pandai membaca dan terampil berhitung, di saat
teman-temannya yang di Jepang dan berbagai negara lain bahkan belum mampu
mengeja. Tetapi, mengapa para remaja di Jepang mencapai kegilaannya belajar
setelah memasuki SLTA dan terutama saat kuliah? Sementara anak-anak di negeri
kita yang semata wayang ini justru memperoleh kemerdekaan sebesar-besarnya
setelah lulus SLTA. Sekolah menjadi penjara, sehingga kelulusan mereka rayakan
dengan hura-hura!
Oleh: Mohammad Fauzil Adhim
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA JAWAB
TJ – G1
Tanya: afwan ustadzah, pemerintah sekarang
mulai mengubah sistem pendidikan nasionalnya sedikit-sedikit dengan
mengedepankan nilai-nilai moral seperti di sistem pendidikan K13 dan nilai
tidak lagi menjadi penentu kelulusan seorang siswa. Apakah harusnya kita
sebagai orangtua mempunyai bekal yang sama namun disisi agamis agar program
pendidikan pemerintah itu bisa seimbang didiri seorang anak? Namun sekali lagi
"waktu" menjadi masalah terbesar karena anak sudah kelelahan sepulang
sekolah ustadzah. Mohon pencerahannya, apakah yang harus kami orang tua
lakukan? Jazakillahu khair.
Jawab: selaraskan program sekolah dengan
rumah, pembiasaan ibadah dan akhlaq sinkronkan dengan sekolah misalnya sholat
lima waktu dzuhur dan ashar tanggung jawab sekolah selebihnya dirumah orangtua
yang mengontrol, sholat dhuha sabtu ahad tugas orangtua yang mengawasi
selebihnya disekolah pun dengan pembiasaan akhlaq, ucap salam ketika berjumpa dengan
siapa saja cium tangan kepada yang lebih tua tegur salam sapa dan lain-lain.
----------
TJ – G2
Tanya: Izin bertanya. Bagaimana caranya supaya
mereka memiliki identitas diri yang jelas. Apakah untuk anak perempuan yang se-tingkat
SMA dan SMP berbeda? Dan menumbuhkan kalau mereka sebenarnya harus punya mimpi-mimpi
dan cita-cita yang tinggi. Jazakillah khoir.
Jawab: Pendidikan jati diri hendaknya
dimulai sejak usia dini pisahkan tempat tidurnya dengan saudara laki-lakinya,
pembiasaan menutup aurat dan bahwa mereka adalah muslim, sedangkan mimpin dan
cita-cita adalah bagaimana mereka menjadi hamba Allah terbaik apapun profesi natinya,
sejak dini bangun rasa ketauhidan kepada anak-anak.
Tanya: Izin bertanya, bagaimana mendidik
anak usia balita sehingga pada waktu masuk remaja mereka tidak jenuh untuk
belajar? Jazakillah
Jawab: anak usia balita belajarnya adalah
bermain, biarkan mereka memahami kebaikan-kebaikan lewat bermain, kita selaku
orangtua mengarahkan, tidak memaksakan untuk mengejar target-target kurikulum
harus bisa baca bisa hitung dan lain-lain, biarkan matang sesuai usianya. Wallahu
alam.
Tanya: Afwan mau nanya. Si bungsu dari 2 bersaudara,
sekarang kelas 9. Tahun lalu jadi ketua OSIS. Dari SD hampir selalu jadi ketua
kelas. Sepertinya dia agak sulit untuk diberikan kalimat perintah. Tapi bagaimana
caranya untuk mengingatkan tentang tugas-tugas harian dan ibadahnya? Apa sudah
bisa diajak berdiskusi dan menganalisis persoalan ?
Jawab: masa ini asyik sekali utk berdiskusi,
bicarakan dan buka cara berfikirnya tentang ibadah mengapa harus ibadah, bagaimana
Allah mencintainya, keinginan kita sampaikan bahagianya kita sampaikan. Minta
ia untuk menceritakan keinginannya, kita cari titik temu bersama, buat komitmen
bersama orangtua dan anak juga konsekuensi-konsekuensi yang disepakati bersama,
jadikan ia proyek keluarga insyaAllah kita dan anak-anak kita akan memahami
ritme hidup yang kita bersama inginkan.
----------
TJ – G3
Tanya: Assalamualaikum ustadzah izin
bertanya. Sejak saya akrab dengan ipar saya, dimana hidupnya lebih kaya dan
mewah, kami sering di undang untuk main kerumahnya. Nah sejak itu anak saya yang
laki-laki berumur 5 tahun, selalu berbicara tentang kekayaan, orientasinya
harta (beda dengan anak saya yang perempuan yang berumur 8 tahun). Anak laki-laki
selalu bilang saya harus kaya ma, rumah tante cantik, rumah sultan jelek (ada rasa
kurang bersyukur). Saya jadi takut dia jadi sosok yang ambisius dan gila harta.
Apa ini hanya karena faktor umur, atau apa ya? karena si adik susah di arahkan
beda dengan si kakak. Bagaimana ya ustadz cara mengarahkn dia agar tidak
memiliki pikiran-pikiran seperti itu? Terimakasih ustdzah.
Jawab: anak 5 tahun belajarnya lebih mudah
dengan yang nampak dan nyata, kembalikan semuanya adalah pemberian Allah. Bahwa
Allah menyayangi semuanya karena itu harus disyukuri jadikan keluarga sepupunya
sbg bahan belajar baginya, tentunya orgtua harus selalu berpositif thingking
bahwa anak kita sdg belajar dan kita ortu harus menjadi fasilitator yg mengarahkan
kpd kebaikan.wallahu alam
Tanya: Anne ijin bertanya. Bagaimana
caranya mengajarkan kepada anak supaya mau berbagi? Misalnya mainan, buku dan
lain-lain. Kadang ada egoism itu benda kepunyaan sendiri. Ketika ada yg ambil,
main pukul aja.
Jawab: ibunda sayang mendidik anak adalah
proses yang bisa jadi kita perlu stok sabar yang juga panjang. Aajarkan terus bagaimana
berbagi, bermain bersama itu indah bacakan kisah-kisah keteladanan ambil
hikmahnya dan minta dia bersikap jika tidak sesuai keinginan kita arahkan dengan
kelembutan bukan perintah yang ia sendiri tak mengerti dan memahami. Wallahu
alam.
Tanya: Ijin bertanya ustadz. Apakah beda
perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan, karena anak saya yang sulung
perempuan agak mudah diperingatkan dan adiknya laki-laki agak susah diingatkan?
Jawab: masing-masing anak kita punya
karakter yang berbeda dan cara mlerlakukan yang berbeda, anak perempuan lebih
halus perasaannya karenanya lebih mudah disentuh dengan kelembutan anak-anak
laki-laki dominan logika, perlu argumen yang bisa dan mampu dicerna terhadap
sesuatu. Saran bunda, komunikasi terus jangan ada mis diantara anggota
keluarga. Berikan kenyamanan bagi mereka insyaAllah ia akan butuh dengan kita.
Tanya: Izin bertanya ustadzah, bagaimana menghadapi suami yang
tidak mau shalat? Tidak bermaksud untuk menceritakan aib hanya ingin mencari
solusi, sudah diingatkan dengan cara yang baik sampai cara yang kurang baik tapi
masih begitu-begitu saja, selalu didoakan juga ustadzah tapi belum ada
perubahan, hati kadang sedih, dongkol dan terkadang malah ingin pisah, mohon
solusinya ustazah, terimakasih.
Jawab: tetap doakan suami, tetap santun dan
berlapang dada. Boleh minta orang lain yang disegani suami untuk menasehati,
ikhlaskan sabar berlapang dada ya.
----------
TJ – G4
Assalamualaykum ustadzah, bagaimana
baiknya menyikapi remaja-remaja jaman sekarang yang sangat mengidolakan artis-artis
korea dan kaum-kaum kafir lainnya sementara lupa akan kisah-kisah para sahabat
dan salafus shalih. Apakah fenomena mengenai hal ini yang berdampak buruk bagi
akhlak dan emosi kejiwaan anak remaja? Bagaimana seharusnya mendidik anak sejak
dini di zaman globalisasi seperti sekarang, agar tidak terpengaruh budaya kaum-kaum
kafir? Afwan pertanyaannya beranak pinak.
Jawab: teruslah berbuat sebisa dan
semampumu untuk merangkul mereka lewat tulisan nasyrul fikroh lewat sosmed dan
lainnya, atau membersamai mereka dalam kegiatan bermanfaat, perkuat hubungan dengan
mereka dengan kesantunan dan akhlakul karimah. Wallahu’alam.
Tanya: Assalamu'alaikum ustadzah, bagaimana
cara kita memberi nasehat ke anak supaya tidak berpacaran yang tidak
menyebabkan anak trauma dan minder. Bagaimana pun juga kita sebagai orangtua
apalagi punya anak perempuan takut kalau si anak tidak mau menikah dan
menyalahkan orangtuanya karena tidak di ijinkan bergaul dengan teman lain
jenis. Mohon pencerahan ustadzah. Terimakasih sebelumnya.
Jawab: waalaikumussalam, untuk bunda yang
perlu dipahamkan bahwa jodoh Allah yang mengatur, bukan kita, orangtua atau
anak sendiri, sekarang yang dilakukan adalah memantaskan diri untuk mendapatkan
suami yang diidamkan, untuk sampainya kepada siapa Allah yang akan menemukannya
dan tentunya dengan cara-cara yang dibenarkan Allah. Wallahu alam.
Tanya: Assalamu'alaikym ustadzah, bagaimana
menyikapi anak laki-laki yang sudah mulai menyukai lawan jenis dan suka
chatting, jazakillahu khair
Jawab: Alhamdulillah anak kita normal ya bu
bersyukurlah, hanya saja perlu kita mengarahkan dengan cara yang mereka
inginkan, sama seperti jawaban bunda untuk yang lainnya komunikasikan dengannya,
menyukai boleh saja akan tetapi berpacaran berkholwat walaupun didunia maya
adalah kesia-siaan dan pahamkan ke mereka cinta yang bagaimana yang diridhoi.
----------
TJ – G6
Tanya: ustadzah terus terang saya sebagai
orang tua lebih mengkhawatirkan pergaulan anak jaman now. Jika anak dikerasin
sedikit pasti berani memberontak, namun jika mendidik terlalu halus pasti
ngelunjak. Bagaimana sebaiknya saya sebagai orangtua ya ustadzah? Dititipkan ke
pondok pesantren pun tidak menjadi jaminan anak menjadi benar jika bukan karena
kemauan si anak masuk pesantren?
Satu lagi ya bunda, bagaimana
mendidik anak laki-laki yang baru baligh, untuk pergaulannya?
Jawab: komunikasikan dari hati kehati dengarkan
kemauan mereka sampaikan kemauan kita bekerjasama cari titik temu bangun
komitmen bersama cari win-win solution beri kepercayaan, untuk
lingkungan kita harus pilihkan tapi tentunya dengan komunikasi yang baik dengan
anak. Wallahu alam
Tanya: Assalamu'alaykum ustadzah, ijin
bertanya. Anak perempuan yang beranjak dewasa dibatasi pergaulannya
dilingkungan rumah, karena menjaga dari pergaulan kids jaman now, tapi
dilingkungan sekolah seperti biasa saja ustadzah, apa tidak berdampak bagi
mereka kedepannya?
Jawab: waalaikumussalam. 3 kompomen
pendidikan sekolah rumah dan masyarakat hendaknya selaras dan saling membantu
dalam mendidik anak-anak kita kalau berat sebelah tentu akan terjadi ketimpangan.
So pilihkan lingkungan yang baik yang dapat membantu kita mencapai tujuan yang
kota ingin komunikasi dan selaraskan antara rumah dan sekolah, demikian juga dengan
lingkungan
Tanya: Assalamu'alaykum ustadzah ijin
bertanya. Anak perempuan yang beranjak dewasa dibatasi pergaulannya dilingkungan
rumah, karena menjaga dari pergaulan kids jaman now, tapi dilingkungan sekolah
seperti biasa saja ustadzah, apa tidak berdampak bagi mereka kedepannya?
Dan apakah sistem tarik ulur dalam
mendidik anak mutlak di lakukan apakah kita mesti sedikit keras, karena jika
cendrung lembut anak terkesan tidak menurut pendapat orangtua, terkadang anak
di anggap teman jadi dia dapat bercerita apa saja tentang kesehariannya, pergaulannya,
sekolahnya? Jazakillah khairan bunda
Jawab: Selagi mampu dikomunikasikan dengan
baik kenapa mesti dengan kekerasan bangun komunikasi bangun komitmen selaraskan,
dengarkan apa yang menjadi keinginan mereka sampaikan keinginan kita, dimananya
kita dapat bekerjasama.
Tanya: Bagaimana mendidik anak laki-laki yang
baru baligh, untuk pergaulannya?
Jawab: terbuka dan komunikasi, pilihkan
lingkungan sekolahnya pilihkan teman-temannya. Biasakan untuk terbuka dan berkomunikasi
apapun yang dialami anak, buat ia nyaman dengan kita.
=================
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب
إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment