Notulensi Kajian Hamba Allah Ummahat G-5
Hari/tgl: Selasa, April 2018
Materi:
Menyambut Ramadhan
Asatidz: Ustadz Kholid
Admin G-5: Saydah, Nining
Notulens: Saydah
Editor: Sapta
=========================
Menyambut Romadhan
Allah Ta’ala telah mengutamakan sebagian
waktu (zaman) di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia mengutamakan sebagian
manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ
الْخِيَرَةُ
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” (QS al-Qashash:68).
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat
di atas, beliau berkata, “(Ayat ini menjelaskan) menyeluruhnya ciptaan Allah
bagi seluruh makhluk-Nya, berlakunya kehendak-Nya bagi semua ciptaan-Nya, dan
kemahaesaan-Nya dalam memilih dan mengistimewakan apa (yang dikehendaki-Nya),
baik itu manusia, waktu (jaman) maupun tempat”.
Termasuk dalam hal ini adalah bulan Ramadhan yang
Allah Ta’ala utamakan dan istimewakan dibanding bulan-bulan lainnya,
sehingga dipilih-Nya sebagai waktu dilaksanakannya kewajiban berpuasa yang
merupakan salah satu rukun Islam.
Sungguh Allah Ta’ala memuliakan bulan yang
penuh berkah ini dan menjadikannya sebagai salah satu musim besar untuk
menggapai kemuliaan di akhirat kelak, yang merupakan kesempatan bagi
hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa untuk berlomba-lomba dalam
melaksanakan ketaatan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Bagaimana Seorang Muslim Menyambut Bulan
Ramadhan?
Bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan keberkahan,
padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan, disyariatkan amal-amal ibadah yang
agung, di buka pintu-pintu surga dan di tutup pintu-pintu neraka.
Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan
berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada
Allah Ta’ala dan ingin meraih ridha-Nya.
Dan karena agungnya keutamaan bulan suci ini,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyampaikan kabar
gembira kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum akan kedatangan bulan
yang penuh berkah ini.
Sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan
yang penuh keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu
surga di buka pada bulan itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan
dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih
baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan)
kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang
agung)”.
Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadits ini,
beliau berkata, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan
dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa
(dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala) tidak gembira
dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal
tidak gembira ketika para setan dibelenggu?”
Dulunya, para ulama salaf jauh-jauh hari sebelum
datangnya bulan Ramadhan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada
Allah Ta’ala agar mereka mencapai bulan yang mulia ini, karena
mencapai bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi
taufik oleh Alah Ta’ala. Mu’alla bin al-Fadhl berkata, “Dulunya (para
salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala(selama) enam bulan agar Allah
mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya
(selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang
mereka (kerjakan)”.
Maka hendaknya seorang muslim mengambil teladan dari
para ulama salaf dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan
bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala
kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah Ta’ala, agar di akhirat
kelak mereka akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika bertemu
Allah Ta’ala dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal
kebaikan mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika
berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah”. HR Ahmad (2/385),
an-Nasa’i (no. 2106) dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani
dalam kitab “Tamaamul minnah” (hal. 395), karena dikuatkan dengan
riwayat-riwayat lain.
Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini
bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar
untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa.
Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara Televisi yang lebih banyak
merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Ta’ala dari pada
manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya.
Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah
mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan
ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu
dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan
sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena balasan
kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia, sempurna
atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya dan jauh
atau dekatnya praktek amal tersebut dari petunjuk Nabishallallahu ‘alaihi wasallam.
HSR al-Bukhari (no. 7054) dan Muslim (no. 1151).
Hal ini diisyaratkan dalam sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh seorang hamba
benar-benar melaksanakan shalat, tapi tidak dituliskan baginya dari (pahala
kebaikan) shalat tersebut kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya,
seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya,
sepertiganya, atau seperduanya”. [HR Ahmad (4/321), Abu Dawud (no. 796) dan
Ibnu Hibban (no. 1889), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-‘Iraqi dan
syaikh al-Albani dalam kitab “Shalaatut taraawiih (hal. 119).]
Juga dalam hadits lain tentang puasa,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terkadang orang
yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar dan dahaga
saja”. [HR Ibnu Majah (no. 1690), Ahmad (2/373), Ibnu Khuzaimah (no. 1997) dan
al-Hakim (no. 1571) dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hakim dan syaikh
al-Albani.]
Meraih Takwa dan Kesucian Jiwa
dengan Puasa Ramadhan
Hikmah dan tujuan utana diwajibkannya puasa adalah
untuk mencapai takwa kepada Allah Ta’ala, yang hakikatnya adalah kesucian
jiwa dan kebersihan hati. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga
bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertakwa” (QS al-Baqarah:183).
Imam Ibnu Katsir berkata, “Dalam ayat ini
Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang beriman dan
memerintahkan mereka untuk (melaksanakan ibadah) puasa, yang berarti menahan
(diri) dari makan, minum dan hubungan suami-istri dengan niat ikhlas karena
Allah Ta’ala (semata), karena puasa (merupakan sebab untuk mencapai)
kebersihan dan kesucian jiwa, serta menghilangkan noda-noda buruk (yang
mengotori hati) dan semua tingkah laku yang tercela”
Lebih lanjut, Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di menjelaskan
unsur-unsur takwa yang terkandung dalam ibadah puasa, sebagai berikut:
– Orang yang berpuasa (berarti) meninggalkan semua
yang diharamkan Allah (ketika berpuasa), berupa makan, minum, berhubungan
suami-istri dan sebagainya, yang semua itu diinginkan oleh nafsu manusia, untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan balasan pahala dari-Nya dengan
meninggalkan semua itu, ini adalah termasuk takwa (kepada-Nya).
– Orang yang berpuasa (berarti) melatih dirinya untuk
(merasakan) muraqabatullah (selalu merasakan pengawasan
Allah Ta’ala), maka dia meninggalkan apa yang diinginkan hawa nafsunya
padahal dia mampu (melakukannya), karena dia mengetahui Allah maha mengawasi
(perbuatan)nya.
– Sesungguhnya puasa akan mempersempit jalur-jalur
(yang dilalui) setan (dalam diri manusia), karena sesungguhnya setan beredar
dalam tubuh manusia di tempat mengalirnya darah, maka dengan berpuasa akan
lemah kekuatannya dan berkurang perbuatan maksiat dari orang tersebut.
– Orang yang berpuasa umumnya banyak melakukan
ketaatan (kepada Allah Ta’ala), dan amal-amal ketaatan merupakan bagian
dari takwa.
– Orang yang kaya jika merasakan beratnya (rasa) lapar
(dengan berpuasa) maka akan menimbulkan dalam dirinya (perasaan) iba dan selalu
menolong orang-orang miskin dan tidak mampu, ini termasuk bagian dari
takwa.(Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 86).)
Bulan Ramadhan merupakan musim kebaikan untuk melatih
dan membiasakan diri memiliki sifat-sifat mulia dalam agama Islam, di antaranya
sifat sabar. Sifat ini sangat agung kedudukannya dalam Islam, bahkan tanpa
adanya sifat sabar berarti iman seorang hamba akan pudar. Imam Ibnul Qayyim
menggambarkan hal ini dalam ucapan beliau, “Sesungguhnya (kedudukan sifat)
sabar dalam keimanan (seorang hamba) adalah seperti kedudukan kepala (manusia)
pada tubuhnya, kalau kepala manusia hilang maka tidak ada kehidupan bagi
tubuhnya".
Sifat yang agung ini, sangat erat kaitannya dengan
puasa, bahkan puasa itu sendiri adalah termasuk kesabaran. Oleh karena itu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih
menamakan bulan puasa dengan syahrush shabr (bulan kesabaran). Bahkan
Allah menjadikan ganjaran pahala puasa berlipat-lipat ganda tanpa batas,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Semua amal
(shaleh yang dikerjakan) manusia dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan
(diberi ganjaran) sepuluh sampai tujuh ratus kali (khusus) untuk-Ku dan Akulah yang akan
memberikan ganjaran (kebaikan) baginya” (HSR al-Bukhari (no. 1805) dan Muslim
(no. 1151), lafazh ini yang terdapat dalam “Shahih Muslim”.)
Semoga Allah memudahkan kita memanfaatkan bulan
Ramadhan.
=============
TANYA JAWAB
Tanya: Assalamualaikum ustadz, izin bertanya ya. Ada yang mengatakan Awal
Ramadhan, adalah awal bulan Karohmah, dipertengahan bulan Ramadhon adalah bulan
Maghfiroh, akhir bulan Ramadhan adalah bulan Pembebasan Api Neraka, serta
Fadhilah di Sholat tarawih. Apakah semuanya ada Haditsnya ustadz?
Jawab: Haditsnya lemah sekali. Bahkan dinilai mungkar oleh syeikh al albani.
Ana ada tulisan tentang hadits ini dalam majalah assunnah dan di dalam labtop
ana. Tapi labtop lagi rusak nih. Yang benar setiap malam romadhan adalah
pembebasan dari api neraka.
Tanya: Izin ustadz. Bagaimana hukumnya
untuk Lansia yang sudah tidak bisa berpuasa, untuk makan saja harus di suapi,
setiap hari harus di tempat tidur, apakah wajib baginya untuk tetep berpuasa,
bila harus bayar fidiyah, berapa yang harus di bayar?
Jawab: Wajib bayar fidyah memberi makan setiap hari satu orang miskin bisa dalam
bentuk makanan matang atau beras 1 1/2 kg (satu setengah kilogram).
Tanya: Assalamualaikum Ustadz izin bertanya, pada saat Ramadon, ada perbedaan rakaat
di setiap masjid atau mushola, ada yang 8 rakaat, ada yang 11 rakaat, ada yang
23 rakaat, mana yang bisa di jadikan
patokan untuk jumlah rakaat saat Tarawih?
Jawab: Semuanya boleh. Yang lebih utama 11 rakaat panjang.
Tanya: Afwan Ustadz bolehkah seorang wanita menggunakan obat untuk menolak
haidh atau dengan haidh pada saat bulan Ramadhan agar dapat berpuasa dengan
penuh?
Jawab: Boleh bila diperlukan dan tidak membahayakan. Sebaiknya normal saja
tanpa penahan haidh.
Tanya: Kalo qodho di bulan syawal gimana ustadz, setelah 1 syawal maksudnya
dulu saya biasa seperti itu?!
Jawab: Bagus sekali. Semakin cepat bayar hutang semakin baik
=================
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب
إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment