Rekap
Kajian Online HA Ummi G2
Hari/Tgl:
Senin, 01 Oktober 2018
Materi:
Ikhlas
Nara
Sumber: Ustadz Pristia
Waktu:
14.00 s/d selesai
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Ikhlas
Ikhlas
berkaitan dengan niat. Ikhlas identik dengan kegiatan membersihkan dan
memisahkan dari sesuatu yang kotor menjadi bersih. Seorang muslim dalam beramal
dimulai dari niatnya. Niat itu pulalah yang akan menghantarkan ia pada pahala
yang melimpah atau tidak sama sekali.
Dalam
sebuah hadits disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya amal itu
tergantung dengan niatnya dan sesungguhnya bagi seseorang itu apa yang
diniatkannya. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa berhijrah karena harta yang ingin
diraihnya atau karena perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu
untuk sesuatu yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Hakikat
Ikhlas
Ikhlas
berada dalam hati demikian pula dengan lawannya yaitu syirik, keduanya
senantiasa berebut tempat di hati manusia. Oleh sebab itu tempat ikhlas ada di
dalam hati dan hal itu berkaitan dengan tujuan dan niat seseorang.
Disebutkan
bahwa hakikat niat itu mengacu kepada respon berbagai hal yang
membangkitkannya. Bila faktor pembangkitnya hanya satu maka perbuatan itu
disebut ikhlas dalam kaitannya dengan apa yang diniatkan. Istilah ikhlas itu
khusus berkenaan dengan tujuan semata-mata mencari taqarrub kepada Allah dan
pelakunya disebut mukhlis.
Cara
Untuk Mengenali Ikhlas
Motivasi
seseorang untuk beramal banyak sekali. Oleh karena itu kita perlu mengenali
tujuan dari amal kita agar motivasinya tidak tercampur dengan yang lain,
seperti riya’ atau kepentingan-kepentingan nafsu lainnya.
Salah
satu contoh motivasi yang telah tercampur dengan motivasi yang lain misalnya
orang yang berpuasa untuk memanfaatkan perlindungan yang dapat dicapai melalui
puasa tersebut disamping niat taqarrub. Contohnya antara lain: orang yang pergi
haji untuk memperoleh kesegaran suasana untuk bepergian.
Oleh
karena itu, para penempuh jalan akhirat harus mencermati amal perbuatan mereka
dan memperbaharui niat mereka. Tidak setiap tujuan dalam suatu amal dapat
membatalkan amal. Karena itu, siapa yang berpuasa dengan tujuan bertaqarrub
kepada Allah dan mencapai kesehatan maka tidak merusak keikhlasannya. Bahkan
jika kesehatannya itu diniatkan untuk memperkuat diri dalam mengamalkan
kebaikan maka pahalanya semakin bertambah. Jika ia memaksudkan untuk hak
dirinya maka pahala keikhlasan kepada Allah lebih banyak.
Singkatnya,
setiap kepentingan duniawi yang disenangi nafsu dan dicenderungi hati sedikit
ataupun banyak, apabila merambah ke dalam amal maka dapat mengeruhkan
kejernihannya. Manusia senantiasa terikat dalam kepentingan-kepentingan dirinya
dan tenggelam dalam berbagai syahwatnya sehingga jarang sekali amal perbuatan
atau ibadahnya dapat terlepas dari kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
sejenis itu.
Akan
tetapi hal yang menjadi perhatian adalah apabila tujuan asalnya berupa taqarrub
lalu terkontaminasi oleh hal-hal di atas, kemudian kotoran-kotoran ini berada
pada tingkat mu’awanah (mendukung).
Jadi,
pengetahuan tentang hakikat ikhlas dan pengamalannya merupakan lautan yang
dalam, semua orang tenggelam di dalamnya kecuali sedikit, yaitu orang-orang
yang dikecualikan dalam firman-Nya: “Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di
antara mereka” (QS. Al Hijr:40). Maka hendaklah seorang hamba sangat
memperhatikan dan mengawasi hal-hal yang sangat mendetil ini. Jika tidak, maka
akan tergolong kepada pengikut syaithan tanpa menyadarinya.
Manfaat
Ikhlas
1.
Hidup akan tenang karena hati selalu berjaga-jaga untuk mengevaluasi dan
meluruskan niat dalam beramal
2.
Selalu dimudahkan dalam segala urusannya
3.
Memiliki orientasi hidup yang mampu menjangkau jangka panjang yaitu akhirat
4.
Pemberat/penambah pahala dalam beramal
5.
Mendapat posisi sebaik-baiknya Hamba di sisi Allah dan juga manusia.
Apabila
keikhlasan telah bersemayam di dalam diri, maka setiap amal akan diberkahi oleh
Allah SWT. Setiap orang akan berlomba-lomba untuk memberikan amalan terbaiknya
karena ia menyadari buah dari ilmu dan keikhlasan adalah amal shaleh.
Referensi:
1.
Tadzkiyatun Nafs, Said Hawwa
2.
Membina Angkatan Mujahid, Said Hawwa
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
TANYA
JAWAB
T: Bisakah
niat awal yang tidak ikhlas diperbaharui di tengah amal karena teringat niat
kita tidak ikhlas? Atau amal itu sudah tidak bernilai karena niatnya tidak
ikhlas sehingga sebaiknya dihentikan saja?
J:
Bisa.
Insyaa Allah diperhitungkan. Asalkan tidak mengingat ingat amalan tersebut.
T: Ustadzah,
seperti apa memaafkan dengan ikhlas terhadap orang yang sering menyakiti dengan
lisan dan sikapnya. Kita sudah memaafkan tapi masih bersisa luka dihati, apakah
itu namanya belum memaafkan dengan ikhlas? Bagaimana seharusnya bersikap
menghadapi orang seperti itu, menjaga jarak? padahal dia rekan kerja, apakah
itu baik?
J:
Allah
Maha Pengampun. Jika kita umatnya maka kita harus bisa belajar memaafkan walau
menyakitkan. Pelan-pelan kita akan mengikhlaskan. Sibukkan diri kita dengan
memperbaiki diri kita, bukan semakin mencari salah orang lain.
T:
Izin bertanya ustadzah. Apakah jika ada orang membantu orang lain dengan niat
agar Allah akan memudahlan urusannya, apakah itu termasuk niat yang tidak
ikhlas?
J:
Beralasan.
Iya. Mau di lihat atau tidak lihat oleh Allah nantinya pun Allah Maha Melihat.
Jangan dulu mau dilihat Allah. Pantaskan diri kita dilihat oleh Allah.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita tutup dengan
membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage: Kajian On line-Hamba Allah
FB: Kajian On Line - Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment