Rekap Kajian Online HA Ummi G1-G6 dan
Akhwat
Hari, Tanggal: Selasa, 15 Januari
2019
Materi: Hiduplah Untuk Hari Ini
Nara Sumber: Ustadzah Tribuwhana,
Ustadzah Maryam, Ustadzah Fina, Ustadzah Pristia, Ustadzah Riyanti,
Ustadzah Enung, Ustadzah Rini
Notulen: Restu, Bunda Sasi, Bunda
Meita, Bunda Erta, Bunda Tati
*********************************************
KAJIAN RUTIN HAMBA اللَّهِ SWT ONLINE
EDISI KE-9
HIDUPLAH UNTUK HARI INI
Yang paling jauh bukannya bintang,
matahari atau bulan
Tetapi adalah masa yang telah berlalu dan
tidak akan kembali.
Kemarin yang luput menjadi kenangan,
Kemarin yang terluput mengukir sesalan,
Yang ada hanya hari ini dan akan datang
Gunakan hari ini sebaik mungkin,
Karena esok belum pasti milik kita,
Sedangkan semalam telah pergi buat
selama-lamanya
Imam
Asy-Syafie
=========================
Manusia secara hakikat adalah makhluk
ciptaan Allah Swt. Kehadiran manusia tidak lepas dari asal-usul alam semesta
ini. Manusia diciptakan memiliki akal pikiran yang sempurna. Akal dan pikiran
tersebut diberikan Allah Swt kepada manusia untuk menjalankan tugasnya
masing-masing dalam menjalani kehidupannya di dunia. Bahkan di
tulisan sebelumnya, Allah Swt juga telah berfirman tentang pentingnya akal
pikiran bagi manusia, bahkan Allah Swt juga akan mengangkat derajat manusia
yang berakal.
Selain itu Allah Swt juga memberikan
anugerah yang luar biasa kepada manusia, Yaitu kehidupan. Kehidupan adalah
suatu anugerah yang diberikan Allah Swt kepada setiap insani. Kehidupan membawa
kita pada lika-liku perjuangan, tantangan, dan harapan yang harus dilalui.
Bukankah Allah Swt sudah memberi akal pikiran kepada kita ? Bukankan kita bisa
melakukan hal-hal yang bermanfaat dengan akal kita selama kita masih diberikan
kehidupan di dunia ? Ya .. mungkin itulah pertanyaan yang muncul untuk
menggambarkan tentang hakikat kehidupan dan manusia itu sendiri.
Namun sebagian besar orang yang lain
risau terhadap kehidupan yang sebenarnya sudah dianugerahkan oleh Allah Swt.
Kebanyakan dari kita lebih memikirkan masa depan yang sebenarnya kita sendiri
pun tidak mengetahui hal apa yang akan terjadi. Di sisi lain kita juga
menyesalkan hal-hal kemarin yang sudah jelas tidak bisa terulang kembali. Lalu
pertanyaan yang muncul adalah ? Sudahkah kita bersyukur hari ini ? Sudahkah
kita tersenyum hari ini ? Sudahkah kita melihat sekeliling kita hari ini ? Jika
iya, lalu hal terbaik apa yang sudah kita lakukan hari ini ? Hal bermanfaat apa
yang sudah kita lakukan untuk orang lain hari ini ?
Tahukah sobat shalihah, bahwa sebenarnya
kita telah kehilangan hal yang sangat berharga ketika kita terlalu memikirkan
hari esok ? Hal berharga tersebut adalah umur. Bagaimana kita kehilangan umur ?
Yaitu ketika kita sering melalaikan hari ini karena merisaukan hari esok. Kita
terus tenggelam dalam risau dan gelisah hingga kematian datang, sementara
tangan kita kosong dari kebaikan.
Nikmatilah hari ini, singkirkan rasa
cemas dan gelisah akan hari esok. Kenikmatan masa lampau akan sirna dengan
berlalunya hari kemarin.
Sebuah hadits dari Abdullah bin Busyrin,
seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, siapa
sebaik-baik manusia?” Baliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik
amalnya.” HR. Tirmidzi.
Dari hadits tersebut kita dapat belajar
bahwa manusia terbaik adalah manusia yang menyibukkan waktunya dengan hal-hal
yang baik. Menyibukkan dirinya dengan amalan-amalan yang bermanfaat untuk
mempersiapkan kehidupannya di hari esok. Hal ini juga dijelaskan dalam firman
Allah Swt :
’’Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’ (QS
Al-Hasyr: 18).
Sebuah kisah tentang Einstein yang dalam
beberapa kutipannya pernah mengatakan, bahwa ia tak pernah mengkhawatirkan masa
depan. Lantas mengapa seorang jenius seperti Einstein justru tidak pernah mengkhawatirkannya?
Bagi Einstein, mengkhawatirkan masa depan sangatlah sia-sia dan tidak berguna,
karena apa? Masa depan akan segera datang mengetuk pintu hidupnya.
Sekilas memang tampak sederhana, namun
ternyata ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari cara berfikir Einstein,
orang paling berpengaruh diabad ke-19. Seseorang jenius seperti Einstein,
ternyata tidak pernah mengkhawatirkan masa depannya. Yang ia lakukan hanyalah
mempersiapkannya dan berharap untuknya. Karena hakikatnya, masa depan siapa
yang tahu?
Seorang bijak pernah berkata, bahwa ada
dua hari yang perlu diperhatikan, yang pertama adalah hari kemarin. Kita tak
bisa mengubah apa pun yang telah terjadi. Kita tak bisa menarik perkataan yang
telah terucapkan. Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi
kegembiraan yang kita rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat. Yang
kedua adalah hari esok. Hingga mentari esok hari terbit, kita tak tahu apa yang
akan terjadi. Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari. Kita juga tidak mungkin
sedih atau ceria di esok hari.
Namun hal yang bisa kita ambil dari kedua
peristiwa tersebut adalah, kita bisa mulai belajar dari masa lalu untuk
membenahi masa yang akan datang. Pada intinya kita hidup untuk hari ini,
jadikan hari ini sebagai hari yang terbaik untuk melakukan sesuatu. Jadikan
hari ini menjadi modal investasi anda masa depan. Jadikan hari ini menjadi
bibit yang suatu saat akan tumbuh dan berbuah dan bisa dinikmati kemudian hari.
Renungkanlah perkataan Abu Hazim,
"Jarak antara diriku dan para raja hanya satu hari. Hari kemarin, mereka
tak menemukan kenikmatannya. Aku dan mereka sama-sama mengkhawatirkan hari
esok. Hidup adalah hari ini. Apakah yang mungkin terjadi pada hari ini?!"
Sang fakir yang saleh ini merasa lebih berbahagia dibanding para raja, karena
ia menikmati hari-hari yang dilaluinya.
Kenikmatan masa lampau akan sirna dengan
berlalunya hari kemarin. Tak ada seorang pun yang bisa mencegah sirnanya
kenikmatan itu, meski sedikit. Hari esok adalah misteri yang tak diketahui seorang
pun. Semua orang akan menghadapinya, baik para raja maupun para jelata. Bagi
semua, hari esok itu gelap. Kenikmatan sejati ada pada hari ini, saat ini. Tak
ada yang tersisa kecuali hari ini. Hanya orang yang berakal vang menikmati hari
ini. Pada hari ini, yang menjadi Raja adalah mereka yang mampu menguasai diri
dan herpandangan luas. Lalu, apa perbedaan hari ini dan hari esok?
Hidup pada hari ini bukan berarti
mengabaikan masa depan atau tidak bersiap-siap menghadapinya. Sebab,
memperhatikan dan memikirkan hari esok merupakan ciri kearifan dan akal sehat.
Orang yang berakal akan mempersiapkan diri untuk hari esok meskipun hari esok
adalah bagian dari kegaiban.
Tentu saja ada perbedaan yang jelas
antara memikirkan masa depan dan mencemaskannya, antara mempersiapkan diri
untuk menghadapinya dan tenggelam dalam kekhawatiran, antara kesadaran
menjalani hari ini dan kerisauan yang sering merusak kebahagiaan hari ini.
Agama mengajarkan setiap mukmin untuk memikirkan masa depan, menggunakan masa
sehat sebelum datang masa sakit, masa muda sebelum datang masa tua, dan masa
aman sebelum datang masa perang.
Kegundahan manusia akan muncul ketika
manusia mencoba memasuki ranah Allah, gak akan kuat !!! Sungguh !. Kita tdk punya kuasa untuk menentukan hari
esok, bahkan sejam, semenit di hadapan kita sekalipun. Kuasa kita sebatas apa
yg harus kita kerjakan hari ini, berikhtiar dan berdoa, bagaimana besok
hasilnya itu bagian Allah. Jika nafsu
dan keinginan kita mencoba memasuki hari esok, tanpa keyakinan pd kuasa Allah, manusia akan dikejar dengan keinginannya
sendiri, dan ketika Allah punya kehendak lain, pasti akan kecewa.
Sufyan al- Tsauri, seorang tabiin
terkemuka, dikenal sebagai orang kaya raya. Dikisahkan, ia berkata kepada
anaknya, "Jika bukan karena ini, mereka (Bani Umayyah) pasti sudah
menindas kita:' Maksudnya, limpahan kekayaan yang dimilikinya membuatnya
terlindungi dari kezaliman penguasa pada zamannya. Dengan begitu, ia tak perlu
menjilat penguasa dan tunduk kepada mereka. Seperti itulah sikap orang yang
memiliki kesadaran akan waktu, kesadaran akan pentingnya hari ini, dan
pentingnya mempersiapkan diri untuk hari esok. Kenyamanan dan keteguhan pada
hari ini menjadi fondasi utama bagi kesuksesan dan kenyamanan pada hari esok.
Nikmatilah hari ini!
Singkirkan rasa cemas dan gelisah akan
hari esok!
Seorang penyair bertutur: Pandangan terus
mengawasi dan berpasang mata telah terpejam. Terhadap berbagai perkara yang
sedang atau yang belum terjadi.
Tuhan mencukupimu pada hari kemarin
dengan apa yang sudah terjadi. Dia akan mencukupimu pada hari esok dengan apa
yang belum terjadi.
Tahukah sobat sholihah, bagaimana umur
seseorang dicuri?
Yaitu ketika seseorang melalaikan hari
ini karena merisaukan hari esok. Ia terus tenggelam dalam risau dan gelisah
hingga kematian datang, sementara tangannya tetap kosong dari kebaikan.
Orang yang menyia-nyiakan umurnya dan
mengabaikan hari-hari yang dilaluinya pasti merugi. Tangannya hampa dari
kebaikan.
"Pada
hari ketika kiamat terjadi, orang yang berdosa bersumpah bahwa mereka berdiam
di kubur hanya sesaat:" (AI-Rum (30): 55.)
"Pada
hari ketika melihat hari kiamat, mereka merasa seakan-akan hanya sebentar
(tinggal) di dunia pada waktu sore atau pagi hari." (AI-N;hi'at
(79): 46.)
Sifat ingkar (tidak tahu terima kasih) merupakan
kecenderungan alami manusia.
Sifat itu tumbuh begitu saja seperti
rumput yang tumbuh tanpa ditanam.
Adapun sifat syukur bagaikan bunga yang
tidak akan tumbuh tanpa disiram, dipupuk, dan dirawat.
Kita hanya berusaha hari ini dengab
kapasitas kita untuk mempersiapkan hari esok dan hari esok bagian Allah, bukan
kuasa kita.
Maksimalkan ikhtiar yang mampu kita
lakukan hari ini, yakinlah tdk ada kebaikan yg kita lakukan kecuali Allah
membalasnya dengan kebaikan. Itu hukum kausalitas Allah, berlaku Mutlak.
Semoga kita menjadi hamba hamba yang
senantiasa bersyukur dan mengisi tiap waktu kita dengan amal shalih. Aamiin
Wallahu a'lam.
---------------- ##### ------------------
TANYA
JAWAB
************
G1
(Ustadzah Fina)
1. Afwan bertanya ustadzah, kadang kita
terlintas bagaimana besok hari tua, tentang kondisi kita, anak cucu kita dan lain-lain,
apakah ini termasuk lalai?
Jawab
: Memikirkan hari tua, lalu kemudian mempersiapkan hari tua itu dengan
sebaik-baiknya pada hari ini, maka itu bukan termasuk lalai, menjadi lalai
ketika kita merenungi nasib hari tua kira-kira seperti apa ya? Tanpa ada usaha
untuk bisa merubah keadaannya sekarang agar hari tuanya tidak terlewat
sedikitpun kecuali isinya adalah amal-amal kebaikan, bahkan sesungguhnya saat
inipun kita telah mempersiapkan diri menjelang hari tua kita, dan hari
kepastian kita bukan?
Begitu pula memikirkan kondisi anak cucu,
tugas kita adalah mempersiapkan generasi-generasi yang kuat di belakang kita. Sebagaimana
yang tertulis dalam QS. Annisa: 9, bahkan berfikir ribuan kali untuk melakukan
kemaksiatan, karena kemaksiatan itu sejatinya menurun. Begitu pula kesholihan kemarin
dapat taujih dalam sebuah acara, sejauh mana kita sudah mempersiapkan diri..dan
mengusahakan diri dekat dengan Qur'an.. dengan usia yang sudah tidak
sedikit..bisa jadi PR kita masih banyak...sudah berapa banyak tilawah Qur'an
kita..sudah berapa kali kita khatam..sudah berapa banyak surat yang kita
hafal..surat yang kita tadaburi..surat yang kita amalkan...dikasi umur segini
apa utangnya sudah lunas semua?? Atau jangan2 hafalannya masih itu2 aja. Sampe2
malaikat hafal..saat kita sholat..pasti bakal surat Al ikhlas yang dibaca
2. Ustadzah, boleh tidak kita ingat
kejadian masa lalu yang tidak baik untuk di ambil ibroh nya, tapi menyangkut
aib si fulan?
Jawab
: Jika tidak pada taraf meratapi, dan menghabiskan waktu untuk membahas
kejadian masa lalu dalam pikiran kita. It's okey. Habis diinget terus diambil
Ibroh untuk kemudian mengambil langkah yang berbeda dan lebih bijak agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Jika menyangkut aib, apabila aib itu tidak
untuk disebar, cukup berhenti di diri kita.gak masalah. Yang tidak boleh, aibnya
dipikirin terus, lalu kita jadi suuzhon pada orang tersebut atau melihat dia
sebagai orang yang hina atau membuat diri kita merasa lebih baik darinya, yang
seperti ini juga perlu berhati-hati. Karena zhon itu adalah akdzabul hadits
(perkataan yang paling bohong), padahal zhon isinya dalam pikiran kita dalam
hati kita, kita tidak mengajak orang lain, tapi dalam haditsnya Rasulullah
mengatakan demikian.
3. Assalamu'alaikum ustadzah. Perkenalkan
saya hanny, izin bertanya, ada seorang wanita yang dulu hidupnya sangat kelam, suka
berzina (mantan pelacur), tapi Alhamdulillah sekarang sudah bertaubat. Tapi dalam
kehidupannya dulu yang kelam kehidupannya yang sekarang begitu banyak masalah, tapi
beliau pantang menyerah dan terus berusaha memperbaiki diri. Apakah KEHIDUPAN
beliau yang sudah berhijrah tapi selalu ada masalah adalah Karma yang beliau
dapat dari masa lalunya dulu?
Jawab
:
(أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ)
"Apakah
manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami
telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” [Surat Al-Ankabut 2]
Ujian terbesar orang yang berhijrah adalah
Allah ingin melihat apakah dia benar-benar dalam hijrahnya atau tidak, ketika
kemudian dia kembali kepada kehidupan masa lalunya artinya imannya belum
terlalu kuat untuk menjalani kehidupan yang ia yakini benar. Sampai pada
akhirnya dengan tempaan ujian itu akan keluar sikap terbaik dari beliau untuk
menghadapi ujian-ujian itu
(الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ)
Yang
menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. [Surat Al-Mulk 2]
Kalau Allah udah lihat kesungguhannya
dalam berhijrah, ketetapan imannya dan sikap terbaiknya telah ditunjukkan, insyaa
Allah biidznillah masalah itu akan diselesaikan sendiri oleh Allah. Yang perlu
dikuatkan adalah bahwa Allah tidak memberikan ujian diluar kemampuan beliau
untuk menghadapinya, dan yang ada bisa jadi dengan cara itu Allah gugurkan dosa-dosa
beliau.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا
– إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang
terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu
yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang
menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhori dan
Muslim)
Jika ditanya apakah itu karma atau bukan
Allahu a'lam, tetapi kalau caranya Allah adalah seperti itu maka semua dari
kita akan selalu mendapat azab langsung dari setiap dosa yang kita lakukan, karena
tidak ada yang sedikitpun terlepas dari dosa. Jika setiap dosa yang kita
lakukan langsung dibalas oleh Allah, saya udah nggak bisa bayangin bunda..
4. Jika suatu saat nanti beliau menikah, apakah
masa lalunya itu harus diceritakan pada calon suaminya? Karena beliau tidak
ingin suaminya nanti mengetahui dari orang lain?
Jawab
: Sejatinya aib yang sudah ditutupi Allah tidak untuk dibuka kembali. Tapi
jika kemudian dia ada peluang untuk dibuka oleh orang lain dan menyebabkan rasa
sakit yang lebih kepada pasangan maka lebih baik disampaikan dengan cara yang
ma'ruf dan secukupnya. Semoga Allah menerima taubat kita semua. Allah akan
menerima taubat seorang hamba kalau ia betul-betul bertaubat kepada Allah,
orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa, kalau taubatnya
taubat nasuha, Allah berfirman (yang artinya),
“Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.”
(QS. Ath-Thalaq: 71)
Kemudian biar Allah yang tentukan
jalannya. Jika dia bisa menerima apa adanya calon istrinya maka itu adalah
jodoh terbaik buatnya. Tapi jika tidak maka itupun juga jalan terbaik untuknya
mendapat jodoh yang lebih baik. Jodohnya sudah ditetapkan di lauhul mahfuzh
sebelum bumi diciptakan, apapun keadaannya dia tidak akan ketuker, bedanya cara
ketemunya saja, ketika kondisinya sekarang adalah dalam kondisi yang terbaik
(beriman dan bertaubat) maka pasangannya pun akan demikian. So keep positive.
****************
G2
(Ustadzah Enung)
1. Saya pernah mendengar, seseorang yang
menghabiskan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah, maka dia tidak akan
mengalami kesulitan di masa tuanya. Saya melihat pula contoh-contoh di
sekeliling, kurang lebihnya seperti itu, bahwa mereka yang dekat dengan Allah,
masa tuanya bahagia. Sementara baginya masa mudanya dihabiskan untuk emnikmati
dunia tanpa beribadah, masa tuanya dalam keadaan sulit. Tapi kemudian, apakah
boleh kita beribdah hari ini dengan tujuan salah satunya agar masa tua kita
tidak kesulitan?
Jawab:
Bunda Yanti yang dirahmati allah, memang sebenarnya itulah tugas kita di
dunia, beribadah, melakukan amala sholeh sebanyak-banyaknya. Moga amal sholeh
itu bisa menjadi bekal kita di dunia dan
akhirat, aamiin.
*****************
G3
(Ustadzah Riyanti)
1. Assalamualaykum ustadzah, Saya mohon
izin untuk bertanya. Apa yg kita ikhtiarkan hari ini, sudah maksimal, sudah
total hidup mengharap mardatillah, sudah bersyukur, sabar, ikhlas, tiba-tiba
suatu kejadian terjadi yang diluar dugaan kita, yaitu yang tidak kita harapkan
sama sekali, kejadian itu fatal ustadzah, karena lisan ini, sampai ada yang tersakiti,
tapi karena dipancing dengan kata-kata yang terlebih dulu menyakitkan kita, Nah
ustadzah, apa itu Allah sedang menegur kita atau menguji iman kita ya ustadzah,
mohon penjelasannya (sekarang selalu dihantui penyesalan )
Jawab
: Waalaikum salam wrwb. Subhanallah. Kita diuji dengan kelemahan kita.
Namun bukan berarti tidak bisa kita perbaiki. Secara horizontal bunda bisa
minta maaf secara langsung, secara vertikal perbanyak istighfar. Hidup memang tidak
mungkin sempurna, karena yang sempurna itu hanya Jannah- Nya. Tugas kita adalah
ikhtiar agar ketidaksempurnaan tersebut menjadi sempurna dengan sabar dan
ikhlas.
2. Sama kayak bunda Evva, ustadzah. Kadang
menghayal yang tinggi-tinggi. Tapi segera ditepis khawatir terlalu berangan-angan. Ternyata itu boleh dan
sembari berdoa supaya bisa terkabul ya ustadzah?
Jawab
: Boleh. Mimpi besar umat islam itu adalah bagaimana Islam itu menjadi
agama yang memimpin umat. Dalam kondisi sekarang mungkin seperti khayalan. Tapi
ini justru harus jadi cita - cita dan mimpi setiap muslim.
3. Afwan ustdzh bertanya. Kalau kita
punya cita-cita pengen ini itu, pengen liburan ke luar negeri sekeluarga,
pengen umroh sekeluarga, pengen bangun rumah, apakah itu termasuk panjang angan-angan,
dibolehkan tidak ustadzah cita-cita seperti itu?
Jawab
: Boleh banget Bunda. Allah itu maha Kaya. Niatkan semua itu untuk ibadah
dan tafakkur alam.
****************
G4
(Ustadzah Rini)
Tidak ada pertanyaan
***************
G5
(Ustadzah Pristia)
1. Ijin bertanya ustadzah. Apakah termasuk
perbuatan syirik, ketika merencanakan sebuah aktifitas untuk esok hari? dan
apakah termasuk syirik juga jika menyimpan sebagian harta sebagai persiapan
jika terjadi musibah?
Jawab
: Manusia boleh merencanakan dan bersiap-siap. Syirik itu jika kita
mempercayai sesuatu dan menduakan Allah.
2. Izin bertanya ustadzah, hiduplah untuk
hari ini, setiap manuasia pasti mempunyai impian masa depan, serta cita-cita
tinggi, dan kita sudah maksiamal berusaha untuk mencapai cita-cita tersebut,
lalu bagaimanakah bila kita gagal mencapai cita-cita, agar kita tidak
menyalahkan keadaan dan menyalahakan semuanya?
Jawab
: Jika kita gagal maka kita harus senantiasa tetap bersyukur bahwa sesuatu yang
kita cita-cita kan itu belum bisa kita capai. Kita harus tetap bersemangat
mencapainya namun dengan melewati hari ini dengan penuh syukur kepada Allah.
3. Assalamualaikum. Izin bertanya . Salahkah
jika saya berpikir bahwa rejeki itu apa yang sudah kita makan dan apa yang
sudah kita pakai. Pada akhirnya saya tidak punya rencana keuangan / tabungan.
Setiap dapat uang selalu habis , entah untuk orangtua, anak atau kegiatan
kemasyarakatan (takziah, ngaji, atau jenguk yang sakit ) sehingga besok tidak
tahu lagi masih punya uang atau tidak. Tapi kenyataannya Alhamdulillah selalu
ada saja rejekinya. Apakah saya termasuk boros dan salah jika tidak memiliki
rencana keuangan di masa yang akan datang?
Jawab
: Wa'alaikumsalam. Tidak salah. Akan tetapi perlu diatur kembali sisihkan
sedikit demi sedikit. Insyaa Allah bisa. Karena menabung juga penting. Semoga Allah melapangkan rizki
bunda. Aamiin
***************
G6
(Ustadzah Maryam)
1. Mau tanya Ustadzah. Bagaimana kita
menjemput atau menyikapi masa yang akan datang, terkadang kita ini khawatir
atau was-was, selalu ada perasaan takut menghadapi hari esok?
Jawab:
Pertama, bersyukurlah dengan berbagai ni'mat yang Allah berikan kepada kita
dimana ada orang yang harus kemana-mana bawa kantong untuk *maaf sekedar buang kotorannya. Atau ada
yang harus memakai selang oksigen. Semoga dengan adanya rasa syukur itu menambah
keinginan kita untuk lebih dekat lagi kepada sang Khaliq, dengan cara melakukan
amal-amal baik. Nah bila kebiasaan-kebiasaan baik selalu kita lakukan
InsyaAllah akan ada korelasi dengan perasaan kita, bahwasannya Allah selalu
dekat dan rasa khawatir/cemas tidak akan ada karena dia yaqin ada Allah yang
Maha Pelindung. Sebagai hambaNya kita ikhtiar dan berdo'a saja dalam menjalani
hari-hari supaya bahagia dan tenang.
2. Nanya ustadzah, kebanyakan dari kita
hanya memikirkan bagaimana hari esok dan kedepannya dalam urusan duniawi saja.
Bagaimana agar kita pun maksimal dalam urusan akhirat? Apa usaha yang harus
kita lakukan agar kita tak melulu memikirkan duniawi saja? Afwan.
Jawab:
Itu perlu proses dan ilmu untuk bisa ke arah sana. Bisa dimulai dengan:
- belajar ilmu agama, tambah faham untuk
bisa lebih baik dalam persiapan akhirat.
- berkumpul dengan orang-orang sholih,
yang mengingatkan untuk memperbaiki diri dalam hal apapun.
- semoga dengan ikhtiar itu semua, kita
menjadi lebih termotivasi dalam berfastabiqul khoirat untuk bekal kita.
3. Assalamualaikum ustadzah, menurut
hadist Tirmidzi: "Orang yang panjang
umurnya dan baik amalnya". Baik amalnya itu sejauh mana dan seperti
apa, karena terkadang merasa sudah baik tapi kok merasa belum benar amalnya? Syukron.
Jawab
: Bada salam. Tentunya amal di sini adalah yang sesuai yang dicontohkan
Rasulullah SAW ya supaya tidak sia-sia atau sesat. Oleh karena itu perlunya
kita belajar. Makanya Islam menganjurkan "tholabul 'ilmi sampai ke liang
lahat" artinya belajar ilmu agama sangat penting sampai kita ke liang
lahat. Bisa formal atau non formal dengan rutin liqo, InsyaAllah kita punya
mentor/ustadz yang membimbing.
4. Assalamualaikum ustadzah. Sebagai ibu,
saya berusaha mendidik anak agar mandiri sesuai usianya, mereka harus makan,
mandi, mencuci piring dll. Kadang, anak-anak saya menggerutu, mengapa mereka
harus melakukan itu, sementara teman seusianya belum melakukan hal tersebut.
Semata hal ini saya lakukan karena Allah dan Rasulullah menyukai umat yang
kuat, karena saya tidak tahu sampai dimana Allah mengamanahkan kebersamaan ini.
Apakah saya salah ustadzah, bagaimana seharusnya?
Jawab
: Bada salam. Anaknya usia berapa bund? Sepertinya dalam praktek membantu
membiasakan anak mandiri itu ada tahapan-tahapannya agar tidak menjadi
beban/kesel menjalaninya. Alhamdulillah sekarang di sekolah-sekolah TK besar
dan kelas 1, ada program membantu orang tua dengan tujuan nantinya anak
terbiasa mencuci piring sendiri setelah makan. Kalau untuk besar kelak juga
menjadi 'ringan' membantu. Untuk remaja, memang perlu ekstra sabar supaya dia
enjoy membantunya bukan dipaksa. Kalau masalah kuat, yang ditekankan Rasulullah
adalah kuat menahan hawa nafsu terutama marah, sepertinya ini saya juga masih
perlu belajar untuk tidak selalu marah.
5. Anak saya kelas 4 dan TK A ustadzah. Mendidik
anak untuk mandiri termasuk ikhtiar, selanjutnya perkuat dengan do'a dan
memberi teladan yang baik terutama mengendalikan nafsu agar anak-anak tumbuh
dengan jiwa yang kuat begitukah ustadzah? Bismillah, belajar lagi, agar
anak-anak menjalankan dengan senang hati. Mohon maaf, maksud saya, apakah saya
terlalu mencemaskan masa depan? Terimakasih pencerahannya ustadzah.
Jawab
: Ya betul bunda. Iya bisa jadi. Seperti sudah dijelaskan, itu bukan
ranahnya manusia, jadi kita ikhitiar dan do'a saja. Dan fokus juga dengan apa
yang kita persiapkan atau antisipasi dengan hal-hal yang kita mampu.
****************
Akhwat
(Ustadzah Tribuwhana)
1.
Assalamualaikum ustadzah, sebagai manusia kita pasti memiliki banyak
keinginan dan hal-hal yang ingin kita capai di masa depan. adakah kiat-kiat
dari ustazah agar keinginan tersebut tidak berubah menjadi kecemasan dan
kegelisahan untuk mencapainya, terlebih jika menjadi obsesi dan agar senantiasa
jalan yg kita ambil selalu dirahmati
Allah? Terima kasih
Jawab
: Wa'alaikumussalam. Semua
manusia pasti punya keinginan dan tujuan dalam hidupnya. Dari awal sebaiknya
tujuan akhir semua keinginan adalah untuk meraih ridho Allah, agar jika
ditengah jalan tujuan kita tidak tercapai atau tidak sesuai target, kita tidak
menyalahkan Allah dan tidak berlebihan menyesali diri. Apapun keadaannya, semua
pasti ada hikmahnya. Selalu berada di rel agama Allah agar jalan menuju
cita-cita itu tidak berbelok atau melenceng. Wallahu’alam.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kita
tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin
Doa
Kafaratul Majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا
أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Wassalamu'alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh
★★★★★★★★★★★★★★
Badan
Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba
اللَّهِ SWT
Blog:
http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage
: Kajian On line-Hamba Allah
FB
: Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter:
@kajianonline_HA
IG:
@hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment