Home » , » HIDUPLAH UNTUK HARI INI

HIDUPLAH UNTUK HARI INI

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, October 22, 2019


Hasil gambar untuk hidup
Rekap Kajian Online HA Ummi G1-G6 dan Akhwat
Hari, Tanggal: Selasa, 15 Januari 2019 
Materi: Hiduplah Untuk Hari Ini
Nara Sumber: Ustadzah Tribuwhana, Ustadzah Maryam, Ustadzah Fina, Ustadzah Pristia, Ustadzah Riyanti, Ustadzah Enung, Ustadzah Rini
Notulen: Restu, Bunda Sasi, Bunda Meita,  Bunda Erta, Bunda Tati
*********************************************



KAJIAN RUTIN HAMBA اللَّهِ SWT ONLINE
EDISI KE-9

HIDUPLAH UNTUK HARI INI


Yang paling jauh bukannya bintang, matahari atau bulan
Tetapi adalah masa yang telah berlalu dan tidak akan kembali.
Kemarin yang luput menjadi kenangan,
Kemarin yang terluput mengukir sesalan,
Yang ada hanya hari ini dan akan datang
Gunakan hari ini sebaik mungkin,
Karena esok belum pasti milik kita,
Sedangkan semalam telah pergi buat selama-lamanya
Imam Asy-Syafie

=========================

Manusia secara hakikat adalah makhluk ciptaan Allah Swt. Kehadiran manusia tidak lepas dari asal-usul alam semesta ini. Manusia diciptakan memiliki akal pikiran yang sempurna. Akal dan pikiran tersebut diberikan Allah Swt kepada manusia untuk menjalankan tugasnya masing-masing dalam menjalani kehidupannya di dunia. Bahkan di tulisan sebelumnya, Allah Swt juga telah berfirman tentang pentingnya akal pikiran bagi manusia, bahkan Allah Swt juga akan mengangkat derajat manusia yang berakal.

Selain itu Allah Swt juga memberikan anugerah yang luar biasa kepada manusia, Yaitu kehidupan. Kehidupan adalah suatu anugerah yang diberikan Allah Swt kepada setiap insani. Kehidupan membawa kita pada lika-liku perjuangan, tantangan, dan harapan yang harus dilalui. Bukankah Allah Swt sudah memberi akal pikiran kepada kita ? Bukankan kita bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat dengan akal kita selama kita masih diberikan kehidupan di dunia ? Ya .. mungkin itulah pertanyaan yang muncul untuk menggambarkan tentang hakikat kehidupan dan manusia itu sendiri.

Namun sebagian besar orang yang lain risau terhadap kehidupan yang sebenarnya sudah dianugerahkan oleh Allah Swt. Kebanyakan dari kita lebih memikirkan masa depan yang sebenarnya kita sendiri pun tidak mengetahui hal apa yang akan terjadi. Di sisi lain kita juga menyesalkan hal-hal kemarin yang sudah jelas tidak bisa terulang kembali. Lalu pertanyaan yang muncul adalah ? Sudahkah kita bersyukur hari ini ? Sudahkah kita tersenyum hari ini ? Sudahkah kita melihat sekeliling kita hari ini ? Jika iya, lalu hal terbaik apa yang sudah kita lakukan hari ini ? Hal bermanfaat apa yang sudah kita lakukan untuk orang lain hari ini ?

Tahukah sobat shalihah, bahwa sebenarnya kita telah kehilangan hal yang sangat berharga ketika kita terlalu memikirkan hari esok ? Hal berharga tersebut adalah umur. Bagaimana kita kehilangan umur ? Yaitu ketika kita sering melalaikan hari ini karena merisaukan hari esok. Kita terus tenggelam dalam risau dan gelisah hingga kematian datang, sementara tangan kita kosong dari kebaikan.

Nikmatilah hari ini, singkirkan rasa cemas dan gelisah akan hari esok. Kenikmatan masa lampau akan sirna dengan berlalunya hari kemarin.

Sebuah hadits dari Abdullah bin Busyrin, seorang Arab Badui bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, siapa sebaik-baik manusia?” Baliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” HR. Tirmidzi.

Dari hadits tersebut kita dapat belajar bahwa manusia terbaik adalah manusia yang menyibukkan waktunya dengan hal-hal yang baik. Menyibukkan dirinya dengan amalan-amalan yang bermanfaat untuk mempersiapkan kehidupannya di hari esok. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah Swt :

’’Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’ (QS Al-Hasyr: 18).

Sebuah kisah tentang Einstein yang dalam beberapa kutipannya pernah mengatakan, bahwa ia tak pernah mengkhawatirkan masa depan. Lantas mengapa seorang jenius seperti Einstein justru tidak pernah mengkhawatirkannya? Bagi Einstein, mengkhawatirkan masa depan sangatlah sia-sia dan tidak berguna, karena apa? Masa depan akan segera datang mengetuk pintu hidupnya.

Sekilas memang tampak sederhana, namun ternyata ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari cara berfikir Einstein, orang paling berpengaruh diabad ke-19. Seseorang jenius seperti Einstein, ternyata tidak pernah mengkhawatirkan masa depannya. Yang ia lakukan hanyalah mempersiapkannya dan berharap untuknya. Karena hakikatnya, masa depan siapa yang tahu?

Seorang bijak pernah berkata, bahwa ada dua hari yang perlu diperhatikan, yang pertama adalah hari kemarin. Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi. Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraan yang kita rasakan kemarin.  Biarkan hari kemarin lewat. Yang kedua adalah hari esok. Hingga mentari esok hari terbit, kita tak tahu apa yang akan terjadi. Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari. Kita juga tidak mungkin sedih atau ceria di esok hari.

Namun hal yang bisa kita ambil dari kedua peristiwa tersebut adalah, kita bisa mulai belajar dari masa lalu untuk membenahi masa yang akan datang. Pada intinya kita hidup untuk hari ini, jadikan hari ini sebagai hari yang terbaik untuk melakukan sesuatu. Jadikan hari ini menjadi modal investasi anda masa depan. Jadikan hari ini menjadi bibit yang suatu saat akan tumbuh dan berbuah dan bisa dinikmati kemudian hari.

Renungkanlah perkataan Abu Hazim, "Jarak antara diriku dan para raja hanya satu hari. Hari kemarin, mereka tak menemukan kenikmatannya. Aku dan mereka sama-sama mengkhawatirkan hari esok. Hidup adalah hari ini. Apakah yang mungkin terjadi pada hari ini?!" Sang fakir yang saleh ini merasa lebih berbahagia dibanding para raja, karena ia menikmati hari-hari yang dilaluinya.

Kenikmatan masa lampau akan sirna dengan berlalunya hari kemarin. Tak ada seorang pun yang bisa mencegah sirnanya kenikmatan itu, meski sedikit. Hari esok adalah misteri yang tak diketahui seorang pun. Semua orang akan menghadapinya, baik para raja maupun para jelata. Bagi semua, hari esok itu gelap. Kenikmatan sejati ada pada hari ini, saat ini. Tak ada yang tersisa kecuali hari ini. Hanya orang yang berakal vang menikmati hari ini. Pada hari ini, yang menjadi Raja adalah mereka yang mampu menguasai diri dan herpandangan luas. Lalu, apa perbedaan hari ini dan hari esok?

Hidup pada hari ini bukan berarti mengabaikan masa depan atau tidak bersiap-siap menghadapinya. Sebab, memperhatikan dan memikirkan hari esok merupakan ciri kearifan dan akal sehat. Orang yang berakal akan mempersiapkan diri untuk hari esok meskipun hari esok adalah bagian dari kegaiban.

Tentu saja ada perbedaan yang jelas antara memikirkan masa depan dan mencemaskannya, antara mempersiapkan diri untuk menghadapinya dan tenggelam dalam kekhawatiran, antara kesadaran menjalani hari ini dan kerisauan yang sering merusak kebahagiaan hari ini. Agama mengajarkan setiap mukmin untuk memikirkan masa depan, menggunakan masa sehat sebelum datang masa sakit, masa muda sebelum datang masa tua, dan masa aman sebelum datang masa perang.

Kegundahan manusia akan muncul ketika manusia mencoba memasuki ranah Allah, gak akan kuat !!! Sungguh !.  Kita tdk punya kuasa untuk menentukan hari esok, bahkan sejam, semenit di hadapan kita sekalipun. Kuasa kita sebatas apa yg harus kita kerjakan hari ini, berikhtiar dan berdoa, bagaimana besok hasilnya itu bagian Allah.  Jika nafsu dan keinginan kita mencoba memasuki hari esok, tanpa keyakinan pd kuasa Allah,  manusia akan dikejar dengan keinginannya sendiri, dan ketika Allah punya kehendak lain, pasti akan kecewa.

Sufyan al- Tsauri, seorang tabiin terkemuka, dikenal sebagai orang kaya raya. Dikisahkan, ia berkata kepada anaknya, "Jika bukan karena ini, mereka (Bani Umayyah) pasti sudah menindas kita:' Maksudnya, limpahan kekayaan yang dimilikinya membuatnya terlindungi dari kezaliman penguasa pada zamannya. Dengan begitu, ia tak perlu menjilat penguasa dan tunduk kepada mereka. Seperti itulah sikap orang yang memiliki kesadaran akan waktu, kesadaran akan pentingnya hari ini, dan pentingnya mempersiapkan diri untuk hari esok. Kenyamanan dan keteguhan pada hari ini menjadi fondasi utama bagi kesuksesan dan kenyamanan pada hari esok.

Nikmatilah hari ini!
Singkirkan rasa cemas dan gelisah akan hari esok!

Seorang penyair bertutur: Pandangan terus mengawasi dan berpasang mata telah terpejam. Terhadap berbagai perkara yang sedang atau yang belum terjadi.
Tuhan mencukupimu pada hari kemarin dengan apa yang sudah terjadi. Dia akan mencukupimu pada hari esok dengan apa yang belum terjadi.

Tahukah sobat sholihah, bagaimana umur seseorang dicuri?
Yaitu ketika seseorang melalaikan hari ini karena merisaukan hari esok. Ia terus tenggelam dalam risau dan gelisah hingga kematian datang, sementara tangannya tetap kosong dari kebaikan.

Orang yang menyia-nyiakan umurnya dan mengabaikan hari-hari yang dilaluinya pasti merugi. Tangannya hampa dari kebaikan.

"Pada hari ketika kiamat terjadi, orang yang berdosa bersumpah bahwa mereka berdiam di kubur hanya sesaat:" (AI-Rum (30): 55.)

"Pada hari ketika melihat hari kiamat, mereka merasa seakan-akan hanya sebentar (tinggal) di dunia pada waktu sore atau pagi hari." (AI-N;hi'at (79): 46.)

Sifat ingkar (tidak tahu terima kasih) merupakan kecenderungan alami manusia.
Sifat itu tumbuh begitu saja seperti rumput yang tumbuh tanpa ditanam.
Adapun sifat syukur bagaikan bunga yang tidak akan tumbuh tanpa disiram, dipupuk, dan dirawat. 

Kita hanya berusaha hari ini dengab kapasitas kita untuk mempersiapkan hari esok dan hari esok bagian Allah, bukan kuasa kita.
Maksimalkan ikhtiar yang mampu kita lakukan hari ini, yakinlah tdk ada kebaikan yg kita lakukan kecuali Allah membalasnya dengan kebaikan. Itu hukum kausalitas Allah, berlaku Mutlak.

Semoga kita menjadi hamba hamba yang senantiasa bersyukur dan mengisi tiap waktu kita dengan amal shalih. Aamiin
Wallahu a'lam.

---------------- ##### ------------------

TANYA JAWAB

************
G1 (Ustadzah Fina)

1. Afwan bertanya ustadzah, kadang kita terlintas bagaimana besok hari tua, tentang kondisi kita, anak cucu kita dan lain-lain, apakah ini termasuk lalai?

Jawab : Memikirkan hari tua, lalu kemudian mempersiapkan hari tua itu dengan sebaik-baiknya pada hari ini, maka itu bukan termasuk lalai, menjadi lalai ketika kita merenungi nasib hari tua kira-kira seperti apa ya? Tanpa ada usaha untuk bisa merubah keadaannya sekarang agar hari tuanya tidak terlewat sedikitpun kecuali isinya adalah amal-amal kebaikan, bahkan sesungguhnya saat inipun kita telah mempersiapkan diri menjelang hari tua kita, dan hari kepastian kita bukan?
Begitu pula memikirkan kondisi anak cucu, tugas kita adalah mempersiapkan generasi-generasi yang kuat di belakang kita. Sebagaimana yang tertulis dalam QS. Annisa: 9, bahkan berfikir ribuan kali untuk melakukan kemaksiatan, karena kemaksiatan itu sejatinya menurun. Begitu pula kesholihan kemarin dapat taujih dalam sebuah acara, sejauh mana kita sudah mempersiapkan diri..dan mengusahakan diri dekat dengan Qur'an.. dengan usia yang sudah tidak sedikit..bisa jadi PR kita masih banyak...sudah berapa banyak tilawah Qur'an kita..sudah berapa kali kita khatam..sudah berapa banyak surat yang kita hafal..surat yang kita tadaburi..surat yang kita amalkan...dikasi umur segini apa utangnya sudah lunas semua?? Atau jangan2 hafalannya masih itu2 aja. Sampe2 malaikat hafal..saat kita sholat..pasti bakal surat Al ikhlas yang dibaca

2. Ustadzah, boleh tidak kita ingat kejadian masa lalu yang tidak baik untuk di ambil ibroh nya, tapi menyangkut aib si fulan?

Jawab : Jika tidak pada taraf meratapi, dan menghabiskan waktu untuk membahas kejadian masa lalu dalam pikiran kita. It's okey. Habis diinget terus diambil Ibroh untuk kemudian mengambil langkah yang berbeda dan lebih bijak agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Jika menyangkut aib, apabila aib itu tidak untuk disebar, cukup berhenti di diri kita.gak masalah. Yang tidak boleh, aibnya dipikirin terus, lalu kita jadi suuzhon pada orang tersebut atau melihat dia sebagai orang yang hina atau membuat diri kita merasa lebih baik darinya, yang seperti ini juga perlu berhati-hati. Karena zhon itu adalah akdzabul hadits (perkataan yang paling bohong), padahal zhon isinya dalam pikiran kita dalam hati kita, kita tidak mengajak orang lain, tapi dalam haditsnya Rasulullah mengatakan demikian.

3. Assalamu'alaikum ustadzah. Perkenalkan saya hanny, izin bertanya, ada seorang wanita yang dulu hidupnya sangat kelam, suka berzina (mantan pelacur), tapi Alhamdulillah sekarang sudah bertaubat. Tapi dalam kehidupannya dulu yang kelam kehidupannya yang sekarang begitu banyak masalah, tapi beliau pantang menyerah dan terus berusaha memperbaiki diri. Apakah KEHIDUPAN beliau yang sudah berhijrah tapi selalu ada masalah adalah Karma yang beliau dapat dari masa lalunya dulu?

Jawab :
(أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ)
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” [Surat Al-Ankabut 2]

Ujian terbesar orang yang berhijrah adalah Allah ingin melihat apakah dia benar-benar dalam hijrahnya atau tidak, ketika kemudian dia kembali kepada kehidupan masa lalunya artinya imannya belum terlalu kuat untuk menjalani kehidupan yang ia yakini benar. Sampai pada akhirnya dengan tempaan ujian itu akan keluar sikap terbaik dari beliau untuk menghadapi ujian-ujian itu

(الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ)
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. [Surat Al-Mulk 2]

Kalau Allah udah lihat kesungguhannya dalam berhijrah, ketetapan imannya dan sikap terbaiknya telah ditunjukkan, insyaa Allah biidznillah masalah itu akan diselesaikan sendiri oleh Allah. Yang perlu dikuatkan adalah bahwa Allah tidak memberikan ujian diluar kemampuan beliau untuk menghadapinya, dan yang ada bisa jadi dengan cara itu Allah gugurkan dosa-dosa beliau.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًىحَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَاإلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Jika ditanya apakah itu karma atau bukan Allahu a'lam, tetapi kalau caranya Allah adalah seperti itu maka semua dari kita akan selalu mendapat azab langsung dari setiap dosa yang kita lakukan, karena tidak ada yang sedikitpun terlepas dari dosa. Jika setiap dosa yang kita lakukan langsung dibalas oleh Allah, saya udah nggak bisa bayangin bunda..

4. Jika suatu saat nanti beliau menikah, apakah masa lalunya itu harus diceritakan pada calon suaminya? Karena beliau tidak ingin suaminya nanti mengetahui dari orang lain?

Jawab : Sejatinya aib yang sudah ditutupi Allah tidak untuk dibuka kembali. Tapi jika kemudian dia ada peluang untuk dibuka oleh orang lain dan menyebabkan rasa sakit yang lebih kepada pasangan maka lebih baik disampaikan dengan cara yang ma'ruf dan secukupnya. Semoga Allah menerima taubat kita semua. Allah akan menerima taubat seorang hamba kalau ia betul-betul bertaubat kepada Allah, orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa, kalau taubatnya taubat nasuha, Allah berfirman (yang artinya),
Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Ath-Thalaq: 71)

Kemudian biar Allah yang tentukan jalannya. Jika dia bisa menerima apa adanya calon istrinya maka itu adalah jodoh terbaik buatnya. Tapi jika tidak maka itupun juga jalan terbaik untuknya mendapat jodoh yang lebih baik. Jodohnya sudah ditetapkan di lauhul mahfuzh sebelum bumi diciptakan, apapun keadaannya dia tidak akan ketuker, bedanya cara ketemunya saja, ketika kondisinya sekarang adalah dalam kondisi yang terbaik (beriman dan bertaubat) maka pasangannya pun akan demikian.  So keep positive.


****************
G2 (Ustadzah Enung)

1. Saya pernah mendengar, seseorang yang menghabiskan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah, maka dia tidak akan mengalami kesulitan di masa tuanya. Saya melihat pula contoh-contoh di sekeliling, kurang lebihnya seperti itu, bahwa mereka yang dekat dengan Allah, masa tuanya bahagia. Sementara baginya masa mudanya dihabiskan untuk emnikmati dunia tanpa beribadah, masa tuanya dalam keadaan sulit. Tapi kemudian, apakah boleh kita beribdah hari ini dengan tujuan salah satunya agar masa tua kita tidak kesulitan?

Jawab: Bunda Yanti yang dirahmati allah, memang sebenarnya itulah tugas kita di dunia, beribadah, melakukan amala sholeh sebanyak-banyaknya. Moga amal sholeh itu bisa menjadi bekal kita di dunia dan  akhirat, aamiin.


*****************
G3 (Ustadzah Riyanti)

1. Assalamualaykum ustadzah, Saya mohon izin untuk bertanya. Apa yg kita ikhtiarkan hari ini, sudah maksimal, sudah total hidup mengharap mardatillah, sudah bersyukur, sabar, ikhlas, tiba-tiba suatu kejadian terjadi yang diluar dugaan kita, yaitu yang tidak kita harapkan sama sekali, kejadian itu fatal ustadzah, karena lisan ini, sampai ada yang tersakiti, tapi karena dipancing dengan kata-kata yang terlebih dulu menyakitkan kita, Nah ustadzah, apa itu Allah sedang menegur kita atau menguji iman kita ya ustadzah, mohon penjelasannya (sekarang selalu dihantui penyesalan )

Jawab : Waalaikum salam wrwb. Subhanallah. Kita diuji dengan kelemahan kita. Namun bukan berarti tidak bisa kita perbaiki. Secara horizontal bunda bisa minta maaf secara langsung, secara vertikal perbanyak istighfar. Hidup memang tidak mungkin sempurna, karena yang sempurna itu hanya Jannah- Nya. Tugas kita adalah ikhtiar agar ketidaksempurnaan tersebut menjadi sempurna dengan sabar dan ikhlas.

2. Sama kayak bunda Evva, ustadzah. Kadang menghayal yang tinggi-tinggi. Tapi segera ditepis khawatir  terlalu berangan-angan. Ternyata itu boleh dan sembari berdoa supaya bisa terkabul ya ustadzah?

Jawab : Boleh. Mimpi besar umat islam itu adalah bagaimana Islam itu menjadi agama yang memimpin umat. Dalam kondisi sekarang mungkin seperti khayalan. Tapi ini justru harus jadi cita - cita dan mimpi setiap muslim.

3. Afwan ustdzh bertanya. Kalau kita punya cita-cita pengen ini itu, pengen liburan ke luar negeri sekeluarga, pengen umroh sekeluarga, pengen bangun rumah, apakah itu termasuk panjang angan-angan, dibolehkan tidak ustadzah cita-cita seperti itu?
Jawab : Boleh banget Bunda. Allah itu maha Kaya. Niatkan semua itu untuk ibadah dan tafakkur alam.

****************
G4 (Ustadzah Rini)

Tidak ada pertanyaan

***************
G5 (Ustadzah Pristia)

1. Ijin bertanya ustadzah. Apakah termasuk perbuatan syirik, ketika merencanakan sebuah aktifitas untuk esok hari? dan apakah termasuk syirik juga jika menyimpan sebagian harta sebagai persiapan jika terjadi musibah?

Jawab : Manusia boleh merencanakan dan bersiap-siap. Syirik itu jika kita mempercayai sesuatu dan menduakan Allah.

2. Izin bertanya ustadzah, hiduplah untuk hari ini, setiap manuasia pasti mempunyai impian masa depan, serta cita-cita tinggi, dan kita sudah maksiamal berusaha untuk mencapai cita-cita tersebut, lalu bagaimanakah bila kita gagal mencapai cita-cita, agar kita tidak menyalahkan keadaan dan menyalahakan semuanya?

Jawab : Jika kita gagal maka kita harus senantiasa tetap bersyukur bahwa sesuatu yang kita cita-cita kan itu belum bisa kita capai. Kita harus tetap bersemangat mencapainya namun dengan melewati hari ini dengan penuh syukur kepada Allah.

3. Assalamualaikum. Izin bertanya . Salahkah jika saya berpikir bahwa rejeki itu apa yang sudah kita makan dan apa yang sudah kita pakai. Pada akhirnya saya tidak punya rencana keuangan / tabungan. Setiap dapat uang selalu habis , entah untuk orangtua, anak atau kegiatan kemasyarakatan (takziah, ngaji, atau jenguk yang sakit ) sehingga besok tidak tahu lagi masih punya uang atau tidak. Tapi kenyataannya Alhamdulillah selalu ada saja rejekinya. Apakah saya termasuk boros dan salah jika tidak memiliki rencana keuangan di masa yang akan datang?

Jawab : Wa'alaikumsalam. Tidak salah. Akan tetapi perlu diatur kembali sisihkan sedikit demi sedikit. Insyaa Allah bisa. Karena menabung  juga penting. Semoga Allah melapangkan rizki bunda. Aamiin

***************
G6 (Ustadzah Maryam)

1. Mau tanya Ustadzah. Bagaimana kita menjemput atau menyikapi masa yang akan datang, terkadang kita ini khawatir atau was-was, selalu ada perasaan takut menghadapi hari esok?

Jawab: Pertama, bersyukurlah dengan berbagai ni'mat yang Allah berikan kepada kita dimana ada orang yang harus kemana-mana bawa kantong untuk *maaf sekedar buang kotorannya. Atau ada yang harus memakai selang oksigen. Semoga dengan adanya rasa syukur itu menambah keinginan kita untuk lebih dekat lagi kepada sang Khaliq, dengan cara melakukan amal-amal baik. Nah bila kebiasaan-kebiasaan baik selalu kita lakukan InsyaAllah akan ada korelasi dengan perasaan kita, bahwasannya Allah selalu dekat dan rasa khawatir/cemas tidak akan ada karena dia yaqin ada Allah yang Maha Pelindung. Sebagai hambaNya kita ikhtiar dan berdo'a saja dalam menjalani hari-hari supaya bahagia dan tenang.

2. Nanya ustadzah, kebanyakan dari kita hanya memikirkan bagaimana hari esok dan kedepannya dalam urusan duniawi saja. Bagaimana agar kita pun maksimal dalam urusan akhirat? Apa usaha yang harus kita lakukan agar kita tak melulu memikirkan duniawi saja? Afwan.

Jawab: Itu perlu proses dan ilmu untuk bisa ke arah sana. Bisa dimulai dengan:
- belajar ilmu agama, tambah faham untuk bisa lebih baik dalam persiapan akhirat.
- berkumpul dengan orang-orang sholih, yang mengingatkan untuk memperbaiki diri dalam hal apapun.
- semoga dengan ikhtiar itu semua, kita menjadi lebih termotivasi dalam berfastabiqul khoirat untuk bekal kita.

3. Assalamualaikum ustadzah, menurut hadist Tirmidzi: "Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya". Baik amalnya itu sejauh mana dan seperti apa, karena terkadang merasa sudah baik tapi kok merasa belum benar amalnya? Syukron.

Jawab : Bada salam. Tentunya amal di sini adalah yang sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW ya supaya tidak sia-sia atau sesat. Oleh karena itu perlunya kita belajar. Makanya Islam menganjurkan "tholabul 'ilmi sampai ke liang lahat" artinya belajar ilmu agama sangat penting sampai kita ke liang lahat. Bisa formal atau non formal dengan rutin liqo, InsyaAllah kita punya mentor/ustadz yang membimbing.

4. Assalamualaikum ustadzah. Sebagai ibu, saya berusaha mendidik anak agar mandiri sesuai usianya, mereka harus makan, mandi, mencuci piring dll. Kadang, anak-anak saya menggerutu, mengapa mereka harus melakukan itu, sementara teman seusianya belum melakukan hal tersebut. Semata hal ini saya lakukan karena Allah dan Rasulullah menyukai umat yang kuat, karena saya tidak tahu sampai dimana Allah mengamanahkan kebersamaan ini. Apakah saya salah ustadzah, bagaimana seharusnya?

Jawab : Bada salam. Anaknya usia berapa bund? Sepertinya dalam praktek membantu membiasakan anak mandiri itu ada tahapan-tahapannya agar tidak menjadi beban/kesel menjalaninya. Alhamdulillah sekarang di sekolah-sekolah TK besar dan kelas 1, ada program membantu orang tua dengan tujuan nantinya anak terbiasa mencuci piring sendiri setelah makan. Kalau untuk besar kelak juga menjadi 'ringan' membantu. Untuk remaja, memang perlu ekstra sabar supaya dia enjoy membantunya bukan dipaksa. Kalau masalah kuat, yang ditekankan Rasulullah adalah kuat menahan hawa nafsu terutama marah, sepertinya ini saya juga masih perlu belajar untuk tidak selalu marah.

5. Anak saya kelas 4 dan TK A ustadzah. Mendidik anak untuk mandiri termasuk ikhtiar, selanjutnya perkuat dengan do'a dan memberi teladan yang baik terutama mengendalikan nafsu agar anak-anak tumbuh dengan jiwa yang kuat begitukah ustadzah? Bismillah, belajar lagi, agar anak-anak menjalankan dengan senang hati. Mohon maaf, maksud saya, apakah saya terlalu mencemaskan masa depan? Terimakasih pencerahannya ustadzah.

Jawab : Ya betul bunda. Iya bisa jadi. Seperti sudah dijelaskan, itu bukan ranahnya manusia, jadi kita ikhitiar dan do'a saja. Dan fokus juga dengan apa yang kita persiapkan atau antisipasi dengan hal-hal yang kita mampu.

****************
Akhwat (Ustadzah Tribuwhana)

1.  Assalamualaikum ustadzah, sebagai manusia kita pasti memiliki banyak keinginan dan hal-hal yang ingin kita capai di masa depan. adakah kiat-kiat dari ustazah agar keinginan tersebut tidak berubah menjadi kecemasan dan kegelisahan untuk mencapainya, terlebih jika menjadi obsesi dan agar senantiasa jalan yg kita ambil selalu dirahmati  Allah? Terima kasih

Jawab : Wa'alaikumussalam. Semua manusia pasti punya keinginan dan tujuan dalam hidupnya. Dari awal sebaiknya tujuan akhir semua keinginan adalah untuk meraih ridho Allah, agar jika ditengah jalan tujuan kita tidak tercapai atau tidak sesuai target, kita tidak menyalahkan Allah dan tidak berlebihan menyesali diri. Apapun keadaannya, semua pasti ada hikmahnya. Selalu berada di rel agama Allah agar jalan menuju cita-cita itu tidak berbelok atau melenceng. Wallahu’alam.




•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•

Kita tutup dengan membacakan hamdalah..
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Doa Kafaratul Majelis:

 سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


★★★★★★★★★★★★★★
Badan Pengurus Harian (BPH) Pusat
Hamba اللَّهِ SWT
Blog: http://kajianonline-hambaallah.blogspot.com
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
 


Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!