Home » , , » PARENTING: IBU YANG BAIK & KOMUNIKASI ANAK

PARENTING: IBU YANG BAIK & KOMUNIKASI ANAK

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Sunday, June 22, 2014

Kajian Online WA Hamba اللَّهِ SWT



Jum'at, 20 juni 2014
Narasumber : Ustadzah Nurhamida Syaini

Rekapan Grup HA 14

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Salam serta shalawat senantiasa terlimpah untuk Baginda Rasulullah saw. Terimakasih atas perhatian Ukhtifillah pada kajian hari ini melalui pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa. Agar jawabannya tidak tumpang tindih karena ada pertanyaan yang serupa, saya akan menjawab secara gamblang tetap berdasarkan urutan pertanyaan.


Dari pertanyaan yang masuk, dapat dibagi 2 bagian :

1. Tentang pendidikan anak, 

2. Kiat menjadi ibu yang shalihah dan hebat yang dapat menyeimbangkan perannya untuk keluarga dan masyarakat,

Ada 3 hal penting yang harus diketahui dan dipahami oleh orang tua (ibu, ayah, atau calon ibu dan ayah). 
Pertama, Anak adalah subjek, seperti kita orang dewasa, yang memiliki cara berpikir dan keinginan sendiri. Anak memiliki karakter yang unik dan berbeda yang pada dasarnya karakter dan juga agennya ia warisi dari ayah dan ibu. Demikian pula dengan cara belajarnya, ia pasti punya cara sendiri. 
Kedua, anak memerlukan peraturan dan contoh langsung dalam melakukan hal apapun, baik cara berbicara, bersikap, bertindak, berpikir, dan beribadah. Contoh tersebut yang pertama dan utama. Tentu didapat dari Ibu dan Ayah sebagai lingkungan terdekat. Namun perlu digarisbawahi bahwa pada 6 tahun pertama, ibu adalah role model pertama bagi anak seperti Alhadits. Al Ummu madrasatun uula. 
Ketiga, kepatuhan dan ketaatan anak hanya akan diperoleh apabila orang tua menjadi teladan dlm menerapkan nilai-nilai Islam dan memelihara konsistensi dalam melaksanakan peraturan di rumah secara adil. 

Kenyataannya, kita sering melihat atau bahkan menghadapi situasi, anak yang bersikap tidak sopan pada orang tua, bersikap kasar, berteriak ketika berbicara, bahkan mengabaikan atau yang lebih parah menganggapnya sebagai pembantu. Masyaallah.

Hal ini bermula dari masa balita...saat anak baru dilahirkan, semua menyambut gembira, semua berwajah ceria. Selama masa satu tahun pertama, cara belajar anak adalah dengan mendengar, mengamati, meraba, dan bergerak, sambik perlahan berlatih meraban. Apa yang ia dengar,amati,rasai, dan pergerakan tubuh yang ia lakukan, akan terekam dan tersimpan dalam otak anak membentuk jalur jalur sinapsis. Jalur sinapsis yang terbentuk bila sering terjadi akan saling menguat. Inilah cikal bakal sifat dan perilaku anak. Hal ini akan terus berlangsung sampai usia 3 tahun. Jadi kalau anak sering melihat ayah dan ibunya berkata santun, rajin beribadah, sering bercerita pada anak, atau mengajak anak terlibat dalam aktivitas rumah yang baik dan menyenangkan, maka sebenarnya ia sudah memiliki pondasi karakter yang serupa yang dicontohkan Ayah ibunya.

Sebaliknya, jika Ayah dan ibu sering atau melakukan perdebatan yang tidak sepantasnya di depan anak, mengomel, mengumpat, sering menunda ibadah, jarang mengajak anak terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat atau bercerita tentang kisah-kisah Nabi dan para sahabat, bisa dipastikan karakter yang terbentuk akan serupa seperti yang ia serap selama 3 tahun tersebut.

Pada usia 4-6 tahun berikutnya, itu adalah 'usia pertunjukkan' yaitu memperlihatkan dalam bentuk nyata hasil serapan anak selama 3 tahun tersebut. Orang tua seringkali tidak sadar bahwa anak memiliki bekal yang luar biasa untuk berkembang sempurna. ALLAH telah menganugrahi 1 trilyun sel otak yang kemampuan menyerap informasinya seperti busa, tanpa filter, dan daya ingatnya seperti photografic memory. Sekali klik, tersimpan selamanya, tidak akan bisa dihapus. Berbeda dengan kamera digital ya? Kita bisa hapus foto wajah kita yang tidak cantik dan menggantinya. dengan pose yang pas dengan hati. Nah, apa yang terjadi dengan otak anak? Apakah ia bisa memilih informasi atau kenangan yang ia sukai saja untuk disimpan? Tentu tidak. Karenanya kita perlu berhati hati dalam memperlakukan masa balita ini sehingga bukan informasi dan contoh yang buruk yang lebih banyak diserap..melainkan yang baik saja.

Perlu diketahui pula, pada usia balita, ada fase yang disebut masa egosentris dan Anak memiliki perilaku tantrum (membangkang).
Biasanya terjadi pada usia tengah, 1,5..2,5,..-5,5. Ini menurut penelitian Elizabeth Hurloc, pakar psikologi perkembangan. Pada usia ini, anak akan melakukan penolakan pada hal apapun yang ditawarkan orang dewasa. Maunya dia saja. Semuanya berpusat ada dirinya sendiri. Jadi kalau ada mainan baru, walau itu bukan punya dia, dia klaim miliknya, kalau diminta berbagi, kuenya.

Disembunyikan, atau merebut mainan teman, memukul, menolak bantuan ibunya, atau kalau diajari pegang sendokpun, ia akan bilang, aku bisa.
Burukkah masa egosentris ini? Insyaallah tidak selama orangtua dan lingkungan dapat mengelolanya dengan tepat. Fase ini diperlukan sebagai bekal anak pada saat menghadapi situasi yang mengharuskannya membela diri, mempertahankan pendapat atau harta miliknya.
Nah, yg harus dipelajari para (calon) ayah dan.ibu adalah cara mengelola masa egosentris buah hatinya.

Lalu, bagaimana caranya agar fase ini bisa dilalui? Anak jadi tidak membangkang, maunya sendiri, atau susah diajak belajar?

CARA BERKOMUNIKASI & MEMAHAMI ANAK

Pertama, kenali ciri-ciri anak sesuai usianya. Ini ada dalam materi psikologi perkembangan anak. Kedua, buat peraturan sesuai tahapan perkembangannya. Ketiga, beri reward and punishment sesuai tahapan usia, keempat, sediakan waktu dialog keluarga 30 menit selepas shalat magrib untuk berbagi kisah hikmah antar anggota keluarga.
Anak yang suka berteriak saat berbicara pada ibu/ayah, coba diperiksa, apakah saat anak usia 2 tahun saat baru mulai belajar bicara, ibu mengajarinya meminta dengan baik? Apakah saat anak meminta dengan suara normal, ibu sering mengabaikan? (kejadiannya seperti ini kira-kira, saat ibu sedang mengobrol dengan ayah, anak ingin minun susu, lalu menarik-narik tangan ibu, sambil bicara, cucu Ma, cucu Ma. Anak dibiarkan beberapa saat karena kita asyik mengobrol. Ia menunggu, lalu mulai merengek, kita masih asyik ngobrol juga, lalu si anak jengkel, ia berteriak.....Mamaaaa!!! Cucuuuuuu!!!! Baru kita tergopoh-gopoh, oh Adek mau cucu ya? Ayo Mama buatkan.

Kejadian serupa terus berulang dalam bentuk berbeda yang pada akhirnya, sinapsis sel otak telah menguat bahwa kalau mau minum susu caranya berteriak..

Anak tidak akan meminta yang berlebihan apabila kita sudah menyampaikan batasan permintaan apa yang bisa dikabulkan serta manfaatnya juga mana yang tidak perlu beserta informasi mudharatnya. Peraturan dalam keluarga lah yang akan dapat membatasi perilaku anak dalam artian anak tahu mana yang boleh mana yang tidak. Jadi, cobalah dimulai dengan diskusi, kita memerlukan beberapa peraturan dalam rumah agar tercipta ketentraman dan kenyamanan. Tanya anak peraturan apa saja yang diperlukan oleh mereka lalu apa bentuk ganjaran yang mereka inginkan jika mematuhinya dan apa hukumannya bila melanggar. Dalam kegiatan ini belum dikenalkan konsep pahala dan dosa ya karena masih abstrak buat anak balita.

Pembiasaan ini perlu proses, dan proses itu terjadinya sepanjang hayat Jadi bagi orang tua, tidak ada istilah pensiun mendidik atau menasehati anak. Insyaallah kalau hal ini dilaksanakan dengan konsisten, anak akan tumbuh menjadi pribadi yg santun dan menyenangkan.

ADIL & MAU MENGAKUI KESALAHAN DIDEPAN ANAK

Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil, kita sebagai orang tua perlu mawas diri, jangan-jangan memang benar kita tanpa sadar membedakan anak. Saya sering menemukan orang tua yang seperti ini, si ibu atau ayah tanpa sadar membangga-banggakan salah satu anak di depan anaknya yang lain entah karena kecantikannya, kecerdasannya, prestasinya, atau karena rajin membantu orang tua di rumah. Ada juga orang tua yang selalu mendahulukan anak pertama, atau selalu memenuhi permintaan anak bungsu. Atau kalau anak mengidap penyakit tertentu sehingga orang tua jadi protektif. Sedangkan anak yang lain seolah terlupakan.

Menghadapi hal ini, pertama yang harus dilakukan, menyadari dan mengakui kesalahan tersebut. Kedua, meminta maaf pada semua anak, bagusnya ada waktu secara khusus bicara empat mata dengan anak yang merasa diperlakukan tidak adil, dan berjanji untuk mengubah pendekatan. Ketiga, minta anak mengingatkan apabila kita lupa. Keempat, istiqomah dalam melakukan perubahan ke arah kebaikan.

MEMAHAMI METODE BELAJAR ANAK

Pertanyaan tentang istri yg bekerja belum dijawab ya. Saya lanjutkan. Untuk anak yang susah belajar, perlu diketahui dahulu, definisi belajar untuk orang dewasa tidak sama dengan anak anak. Konflik yang biasa terjadi antara orang tua dengan balitanya adalah, orangtua menyangka belajar itu harus duduk di kursi, menulis atau mengerjakan tugas hitungan atau soal. Sementara anak balita, konsep belajarnya dibangun melalui bermain yang melibatkan panca inderanya. Kenali gaya belajarnya, dan kenali minat bakatnya. 

Gaya belajar ada 3 macam menurut Mac Lahan, pakar psikologi pendidikan, visual, auditory, dan kinestetik. Setiap anak memiliki ketiga gaya ini namun memiliki hanya satu yang menonjol, misal Kahfi lebih sering menikmati belajar dengan menggunakan alat, ia akan mudah menyerap informasi apabila sambil mengetuk ngetuk meja, corat-coret di kertas. Berarti gaya kinestetik yang menonjol. Pada anak model begini jangan pernah berharap bisa duduk tenang mendengarkan kita bercerita atau berbicara atau dimintai membaca. Semuanya akan sangat membosankan.

Nah, kalau ingin anak mudah diajak belajar, kita harus kenali dulu hal ini, lalu tawarkan, ia mau apa, apakah bermain congklak atau atau menggambar yang ia sukai dengan pensil warna (bukan pensil biasa yaaa), tujuan kita mau ngajak ia belajar berhitung, main congklak kan bermain menghitung biji congklak dalam setiap lubang lalu belajar jujur, melatih motorik halus belajar sportif kalau kalah, belajar menghargai kalau menang. Kalau menggambar, juga sama, mengajaknya berhitung. Caranya lomba menggambar kelereng yuk sama ibu. Siapa yang paling banyak, dia menang. Anak balita paling banyak bikin kelereng 10-15 kalau yang sudah pernah di ajari berhitung. Kalau yang belum, paling banyak 8-10.

BAGAIMANA MENJADI IBU YANG BAIK

Pindah topik ya buat para ibu dan calon ibu, menjadi ibu yang baik itu bagaimana? Dari uraian panjang tadi, bisa dibayangkan ya sedikitnya yang harus dimiliki, dipelajari dan dilakukan. 
Namun, Islam telah memberikan posisi yang indah dan luar biasa pada muslimah, hanya tinggal di rumah suaminya, menjalankan kewajiban pada suami, beribadah sesuai tuntunan Allah dan RosulNya taat pada suami dan amanah, pintu syurga terbuka untuk kita. Ngga susah kan?

Persoalannya kemudian, karena pola pendidikan dan asuh kita bersumber. dari negeri Barat, maka posisi indah ini kalah pamor dengan posisi yang sekarang sedang menjajah pola pikir para muslimah kita. Menjadi wanita bekerja itu sebuah keharusan menjadi wanita karir hebat.
Hal penting yang harus dipahami oleh semua muslimah adalah, prinsip tadi, bahwa muslimah yang bersuami kewajibannya adalah mentaati suami selama tidak menyuruhnya melakukan kemaksiatan terhadap Allah dan RasulNya. Yang berikutnya, seorang anak perempuan sebelum bersuami, meletakkan kepatuhannya pada orangtua. tetapi apabila telah bersuami, kepatuhannya bergeser pada suami. Makanya untuk keluar rumahpun harus minta izin suami, jika suami tidak ridha, ia akan.berdosa dan dilaknat Allah dan malaikat sampai ia kembali ke rumahnya. 

Hanya saja, kita sering lupa mana yang wajib mana yang tidak punya nilai di mata Allah. sehingga yang sering terjadi, muslimah itu mengabaikan yang wajib dan mewajibkan yang sunnah pun belum tentu. Nah, apabila ternyata setelah berumah tangga, kita dapat izin dari suami untuk bekerja atau tetap mempertahankan pekerjaan kita, silakan dipilih.


TANYA DAN JAWAB:

■ Boleh tidak bunda kalau setelah menikah tetap kerja, tapi setelah lahir anak 1 baru berhenti kerjanya??
Jawab:
Fokus ikutin perkembangan anak dan jadi istri terbaik buat suami. Boleh saja mbak semua asal suami ridho.
Nah, bagi teman-teman yang orang tuanya minta tetap bekerja, silakan saja dikompromikan dengan suami atau calonnya dan ingat loh niatkan ibadah. Alhamdulillah..

■ Bunda pendidikan suami itu penting tidak bunda? Katanya orang berpendidikan lebih tahu tatak ramah.
Jawab: 
Pendidikan untuk suami sama pentingnya dengan pendidikan istri. Tetapi suami hendaknya lebih memiliki kafaah dibanding istri, karena terkena tanggungjawab mendidik istri dan anak. 
Nah, kalau sekali, suami istri harus sekubu agar tidak jomplang saat harus mengatasi persoalan rumah tangga yang semakin lama semakin berat intensitasnya semakin tinggi pendidikan yang dimiliki disertai akhlak terpuji semakin baik.
Namun bila memang jodoh kita, suami kita pengetahuan agamanya lebih rendah, yang harus dilakukan seorang istri adalah menerimanya sebagai kekurangan yang harus diperbaiki. Setelah itu mendorong suami untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman agamanya dengan cara yang santun ingat loh laki-laki memiliki watak egois, yang bermanfaat untuk menjadikan dirinya pelindung keluarga tetap jika tergores oleh kita dia akan menjadi orang yang paling membenci kita, meski kita adalah istrinya.

Doa Kafaratul Majelis:

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika

“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Semoga Bermanfaat
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

Ketik Materi yang anda cari !!