Kajian Online WA Hamba اللَّهِ SWT Nanda 102
Hari & tanggal : Jumat, 31 Oktober 2014
Narasumber : Ust. Ridwan, Lc, M.Pd.I -
Tazkiyatun Nafs
Materi : Generasi Sentuhan Wahyu
Admin : Dewi
Editor : Ira Wahyudiyanti & Herniza
“Berkatalah
Rasul: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu
yang diabaikan.” (QS al-Furqan : 30).
Melanglang buana ke kehidupan masa lalu,
mengkaji biografi sejumlah generasi muslim awal (Salafus sholeh). Dengan
memasuki jantung mereka, kita rasakan wujud Allah dan kehadiran-Nya mengalir
dalam setiap denyut perasaan mereka, bergetar di lubuk hati mereka, dan
memantul dalam kehidupan mereka. Kita kemudian bertanya-tanya, bagaimana hal
itu bisa terwujud begitu sempurna?, bagaimana wujud Allah dan kehadiran-Nya
begitu sempurna menancap di hati dan kehidupan mereka?.
Mencermati mendasarnya pertanyaan di atas,
Sayyid Quthub dalam bukunya berjudul “Muqowwimaat At-Tashawwur Al-Islami”
kemudian mencoba memberikan jawabannya kepada kita bahwa perwujudan hakikat
ilahiyyah serta ekspresi penghambaan manusia kepada Tuhannya terjadi setelah
generasi awal ini mengenal-Nya dengan akrab, dan kondisi ini diwujudkan dari
proses keintiman generasi awal dengan Al-Qur’an yang merupakan sarana mendasar
merajut tali cinta dengan Dzat-Nya, sehingga syiar dan simbolisasi percintaan
itu terekpresikan dalam ungkapan lisan dan perbuatan mereka:
“Apabila engkau mendengar ungkapan
dalam Al-qur’an yang berbunyi: “Wahai orang-orang yang beriman..”. maka bukalah
lebar-lebar pendengaranmu, karena boleh jadi ayat ini berisikan suatu perintah
yang mesti ditunaikan, atau larangan yang wajib dijauhi” (Abdullah Ibn Mas’ud).
Selanjutnya dalam penuturannya di kitab
tersebut, Sayyid Quthub menyiratkan satu pesan bahwa di sinilah ia menemukan
rahasia di balik kesempurnaan generasi muslim awal itu. Beliau menjadi tahu
dimana dan bagaimana generasi yang sangat ekslusif dalam sejarah kemanusiaan
itu dibangun, dan rahasianya ialah bahwa mereka adalah generasi yang akrab
dengan Al-Qur'an, hidup dengan jalan Al-Qur'an, menapaki substansi yang
ditunjukkan Al-Qur'an. Al-Qur'an meliputi segala sesuatu, menjadi sumber segala
sesuatu dalam hidup mereka, dan segala sesuatu dalam hidup mereka terhubung
dengan Al-Qur'an, dan darinya segala sesuatu itu terbentuk. Maka di dalam semua
itu ditemukan hakikat "ketuhanan" menjelma dalam diri sejumlah
manusia. Sayyid Quthub kemudian menjelaskan kepada kita realitas inilah yang
aku temukan pada sebuah "generasi Rabbani" yang selalu terhubung
dengan Allah, hidup bersama Allah, dan untuk Allah. Tidak ada dalam hati dan
kehidupan mereka selain Allah. Dalam ungkapannya beliau kemudian berkomentar:
“Al-Qur'an akan memberimu ilmu
sebanyak perhatian dan waktu yang kamu curahkan untuknya. Al-Qur'an akan
membukakan untukmu pencerahan dan bimbingan seluas apa kamu membuka diri
untuknya”
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori
dan Muslim diceritakan bahwa Abdullah bin Amr bin Ash -semoga Allah
meridhoinya- adalah seorang sahabat yang ahli ibadah dan zuhud. Setiap hari ia
mengkhatam Al-Qur'an, dan semalam suntuk mengerjakan sholat malam, lalu
berpuasa pada siang harinya. Nabi sallallahu 'alaihi wasallam pernah
mengingatkannya karena terlalu berlebihan bermujahadah dalam ibadah. Rasulullah
SAW bersabda kepadanya, “Adakah benar berita, bahwa engkau puasa sepanjang hari
(setiap hari), dan shalat malam sepanjang malam (setiap malam)?” Aku menjawab, “Benar Wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda, “Jangan berbuat seperti itu. Berpuasalah dan juga berbukalah.
Qiyamullail-lah, dan juga tidurlah. Karena sesungguhnya pada diri kamu terdapat
hak (yang harus dipenuhi), pada kedua matamu juga terdapat hak (yang harus
dipenuhi) dan pada istrimu juga terdapat hak (yang harus dipenuhi). (HR.
Muslim).
Sementara itu dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Turmudzi & Darimi disebutkan bahwa Abdullah bin Amr bin Ash -semoga
Allah meridhoinya- lantas bercerita: "Aku berkata kepada Rasulullah SAW:
”Wahai Rasulullah seberapakah aku (seharusnya) membaca Al-Qur'an?” Beliau
menjawab: 'Khatamkanlah Al-Qur'an dalam satu bulan.” Aku berkata: “Aku sanggup
lebih baik dari itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Khatamkanlah dalam dua
puluh hari.” Aku berkata lagi: “Aku sanggup lebih baik dari itu wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda: “Khatamkanlah dalam lima belas hari.” Aku berkata
lagi: “Aku sanggup lebih baik dari itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda:
“Khatamkanlah dalam sepuluh hari.”
Kemudian aku berkata lagi, “Aku sanggup lebih
baik dari itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Khatamkanlah dalam lima
hari”. Aku berkata lagi: “Aku sanggup lebih baik dari itu wahai Rasulullah?'
Namun beliau tidak memperbolehkan lagi.”
Menakar kedekatan generasi awal dengan
Al-Qur’an, menyiratkan kepada begitu besarnya antusiasme mereka dengan kalam
ilahi ini, tidak terlintas dalam hati serta pikiran mereka untuk meninggalkan
satu hari mereka tanpa bercengkrama dengannya. Maka Al-Qur’an-pun yang suci
menjadi sumber inspirasi nyata untuk gerak langkah hidup mereka, dan nutrisi
jiwa layaknya makanan serta air yang merupakan suplaian wajib demi
berlangsungnya kehidupan manusia. Untuk itu wahai sobat seiman, mari kita takar
sejauhmana detik ini kedekatan kita dengan Kalam Ilahi ini ???.
Cukuplah bagi kita sebagai pengingat membaca petikan firman
Allah Ta’ala yang berbunyi:
“Dan siapa yang berpaling ingkar
dari petunjuk-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami
akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata: “Wahai
Tuhanku, mengapa Engkau himpunkan daku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu
melihat?”, Allah berfirman: “Demikianlah keadaannya! Telah datang ayat-ayat
keterangan Kami kepadamu, lalu engkau melupakan serta meninggalkannya, dan
demikianlah engkau pada hari ini dilupakan serta ditinggalkan” (QS.Thaha:124).
Wallohu A’lamu bisshowab.
Doa kafaratul majelis:
: سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku
bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku
memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”.
Wassalamualaikum wr.wb.
Semoga ilmu hari ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT