Kajian
Online Hamba الله
Kamis,
20 November 2014
Narasumber :
Ustadz Kholid
Rekapan
Grup Nanda 103-104
Tema
: Tazkiyatun Nufus
Editor
: Rini Ismayanti
Seluruh para nabi dan Rasul diutus
untuk memperbaiki jiwa manusia dengan mengembalikannya kepada fitrahnya,
seperti dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya yang artinya:
“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Q.S. Ar-Rum :
30)
Oleh karena itu tazkiyatunnafsi
(pensucian jiwa) menjadi perkara yang harus selalu diperhatikan seorang muslim.
Apalagi di zaman
ini yang dipenuhi dengan syahwat dan sangat dahsyatnya fitnah dan kebodohan. Sehingga
tidak selamat kecuali yang Allah selamatkan dan jaga dirinya.
Apa itu tazkiyatunnafsi (pensucian
jiwa /pembinaan diri)?
Para ulama menjelaskannya dengan
menyatakan tazkiyatunnafsi adalah upaya mensucikan jiwa dan memperbaikinya
dengan ilmu yang manfaat dan amal shalih dan dengan melaksanakan semua perintah
Allah dan menjauhi semua kemungkaran.
Syeikhul Islam Ibnu
Taimiyah
menjelaskan pengertian ini ketika menjelaskan tentang penyakit-penyakit hati.
Beliau berkata: az-Zaka dalam bahasa Arab bermakna pertumbuhan dan pertambahan
dalam kebaikan. Hati (kalbu) membutuhkan pembinaan sehingga bisa tumbuh dan
bertambah mencapai kesempurnaan dan kesalihan, sebagaimana badan butuh
dipelihara dengan memberi makan yang baik untuknya. Hal ini mengharuskan juga mencegah
semua yang merusaknya. Badan tidak tumbuh jecuali dengan diberikan yang
bermanfaat dan mencegah yang merusaknya. Demikian juga kalbu (hati) tidak akan
suci sehingga tumbuh dan sempurna kesalihannya kecuali mendapatkan yang
bermanfaat baginya dan mencegah serta menolak yang merusaknya. (Majmu’ Al-Fatawa
10/96).
Sebenarnya Rasulullah sendiri telah
menjelaskan pengertian tazkiyatunnafsi dalam hadits yang diriwayatkan Imam
ath-Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir dari
Abdullah bin Mu’awiyah
al-Ghaadhiri bahwa Rasulullah bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ فَقَدْ طَعِمَ
طَعْمَ الإِيْمَانِ: مَنْ عَبَدَ الله َوَحْدَهُ، وَأَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله،
وَأَعْطَى زَكَاةَ مَالِهِ طِيْبَةً بِهَا نَفْسَهُ، رَافِدَةً عَلَيْهِ كُلَّ عَامٍ،
وَلاَ يُعْطِي الْهَرَمَةَ وَلاَ الدَّرَنَةَ وَلاَ الْمَرِيْضَةَ وَلاَ الشَّرَطَ:
اللَئِيْمَةَ وَلَكِنْ مِنْ وَسَطِ أَمْوَالِكُمْ، فَإِنَّ اللهَ لَمْ يَسْأَلْكُمْ
خَيْرَهُ وَلَمْ يَأْمُرْكُمْ بِشَرِّهِ وزَكَّى نَفْسَهُ، فََقَالَ رَجُلٌ: وَمَا
تَزْكِيَّةُ النَّفْسِ؟ فَقَالَ: أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُ
كَانَ
Tiga perkara, siapa saja yang
melakukannya maka akan merasakan manisnya iman:
1. Orang yang beribadah kepada Allah
saja dan tiada sesembahan yang benar kecuali Allah.
2. Orang yang mengeluarkan zakat
hartanya dengan senang hati dan tepat setiap tahunnya dan tidak memberi yang
tua, rendah
dan sajit serta Syarath yaitu jelek. Namun ia mengeluarkan harta yang
tengah-tengah, karena Allah tidak meminta kalian mengeluarkan yang terbaik dan
tidak memerintahkan dengan yang buruk.
3. Orang yang mensucikan
dirinya.
Ada yang bertanya: Apakah itu
mensucikan jiwa? Maka beliau menjawab: Mengetahui bahwa Allah bersamanya
dimanapun berada. (HR at-Tabrani dan al-baihaqi dan dishahihkan al-Albani dalam
silsilah Ahadits Shahihah no. 1046)
Rasulullah di sini
menjelaskan standard pensucian jiwa dengan hasil seorang selalu
sadar dan mengetahui Allah selalu bersamanya dimanapun berada sehingga selalu
merasa diawasi Allah dalam semua tindak tanduknya.
TANYA JAWAB
T : Ustadz... mengenai
tazkiyatun nufus itu memang urgensinya adalah pembersihan jiwa jika hati kita
baik maka akan baik pula seluruh anggota badan
tetapi jika hati kita rusak maka rusak pula seluruh anggota badan. Ada
tips ga ustadz agar hati itu bisa benar benar baik tanpa
mengharapkan pujian dr manusia namun benar-benar
mengharapkan ridho Allah subhanahu wa ta'alla? Bagaimana
caranya menghidupkan hati kita terus menerus bahwasanya
Allah itu ada di dalam hati ini?
J : Dikasih
minum ilmu yang
manfaat dan makanan amal sholih nanti hatinya tambah sehat kalau
sehat nanti jadi baik karena tidak
berpenyakit. Baru nanti Allah selalu diingatnya. Tipsnya harus bisa cinta kepada
Allah. Kalau
blom cinta nggak bisa. Klo dah cinta benar nanti ingat Allah terus. Mau makan
ingat Dia, mau tidur ingat Dia mau ngapa-ngapain ingat Dia.
T : Ustadz,
kalau
memaafkan tapi belum
bisa melupakan itu gpp kan ya? Ada yang bilang kalau
memaafkan ya berarti harus dilupain kesalahannya.. Kl diinget-inget
artinya masih menyimpan dendam dan belum ridho.
Tapi
sulit ustadz kalau
disuruh lupain..
J : Kan
bersambung kepada
kiat mencintai Allah... Tidak
kenal maka tak cinta. Kenali Allah dulu baru bisa muncul cinta.
T : Ustadz,
kalau
melupakan padahal
ga lupa berarti kita pura-pura lupa kalau
pernah ada kejadian ga enak gitu ma yang bersangkutan,
bukannya bohong ma diri sendiri ya ustadz?
J : Klo
kejadian memang
susah
lupa tapi
melupakan kesalahannya
itu. Pensucian
Jiwa Urgen! Pensucian
jiwa memiliki kedudukan tinggi dan urgen sehingga Allah Ta’ala
bersumpah sebanyak sebelas kali dalam menjelaskan bahwa kesalihan dan
kesuksesan seorang hamba ada pada pensucian jiwa dalam firman-Nya
yang artinya:
“Demi
matahari dan cahayanya di pagi hari,dan bulan apabila mengiringinya, dan siang
apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta
pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. asy-Syamsu
: 1-10)
Kemudian Allah Ta’ala
menegaskan kembali pengertian ayat ini dalam firman-Nya
yang artinya:
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama
Tuhannya, lalu Dia sembahyang.” (Q.S.
al-A’la :14-15).
Allah juga menjelaskan orang yang
dapat mewujudkan pensucian jiwa ini mendapatkan tempat yang tertinggi dalam
firman-Nya
yang artinya:
“Dan
Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh
telah beramal saleh, Maka mereka itulah orang-orang
yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia),
(yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di
dalamnya. dan itu adalah balasan bagi orang
yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (Q.S. Thahaa :75-76)
Bahkan Al-Qur`an
menjelaskan salah satu tugas penting seorang nabi dan rasul adalah mensucikan
jiwa manusia seperti dikisahkan tentang Nabi Musa dalam firman-Nya
yang artinya:
“Dan
katakanlah
(kepada Fir'aun),
"Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)".
(Q.S.
an-Naazi’at
: 18)
Juga dalam firman-Nya
yang artinya:
“Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan Hikmah (As Sunnah) dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S.
al-Jumu’ah :
20)
Jelaslah urgennya masalah ini dan
kedudukan tingginya di sisi
Allah, sehingga sudah sepantasnya kita semua mempelajari dan mewujudkannya.
Untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan sarana yang dapat menjadi sebab terwujudnya
pensucian jiwa ini.
Kita
akhiri kajian hari ini dengan lafadz Hamdallah dan do'a kifaratul majelis.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika.
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi
bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment