KAJIAN
ONLINE HAMBA الله UMI 03 dan 04
Senin,
1 Desember 2014
Narasumber:
ustadz Robin
Materi:
Ma'rifatullah: Mencintai Allah (1)
Editor:
Selli Novita
===========================
Mereka
yang telah mengenal Allah (ma'rifatullah), maka akan segera sadar, bahwa Allah
adalah Dzat Yang Maha Mencinta, dan paling pantas dicinta.
Bagaimana
tidak? Semua kebaikan dan kesempurnaan itu kembali padaNya. Maka jiwa yang
lurus dan mengikuti fitrah, tentu akan mencintai kebaikan dan kesempurnaan itu.
Bahkan, Allah-lah al-Wadud (Maha Mencintai dan Dicintai), yang mana di antara
maknanya ialah Dia memudahkan hamba-hambaNya yang beriman untuk mencintaiNya.
Imam
Ibnul Qayyim dalam Thaariqul Hijratayn berkata: “Rasa cinta ditinjau dari
faktor yang membangkitkannya terbagi menjadi dua:
1. Cinta
yang timbul dari faktor kebaikan, menyaksikan banyaknya nikmat dan anugerah
yang dilimpahkan.
2. Cinta
yang timbul dari faktor kesempurnaan dan keindahan.
Kita
bahas satu per satu ya...
>Faktor pertama...
Sebagai
manusia memiliki banyak keterbatasan, tentu kita dengan mudah memahami
banyaknya kebaikan, nikmat, dan anugerah yang kita terima tanpa bersusah payah.
Lihatlah
udara yang secara otomatis terhirup ke dalam hidung. Perhatikanlah paru-paru
yang bekerja sendiri tanpa kita suruh. Atau bahkan jantung, bagaimana ia
beroperasi 24 jam tanpa istirahat.
Bagaimana
jika semua pekerjaan itu harus dilakukan dengan sadar sebagai mana kita
mengangkat sendok ke mulut ketika makan? Maka bagaimana kita akan bernafas atau
memfungsikan jantung sedangkan kita tidur (tidak sadar)?
Ini
baru sebagian dari nikmat Allah, dan nikmat Allah yang lain, terkait keluarga,
pekerjaan, tetangga, makanan, pencipataan langit dan bumi, dan segala kemudahan
bahkan terkadang kesulitan yang menguatkan kita, jumlahnya sungguh-sungguh
tidak terhitung. Sebagaiman Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ
لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Qs. An Nahl: 18)
Perhatikanlah...
bahkan Dia mengampuni kita karena kurangnya kita bersyukur atas nikmatnya yang
sangat banyak. Bagaimana kita dapat bersyukur dengan cukup, sedangkan nikmat
itu sendiri tak bisa kita hitung? Dalam kondisi seperti ini, sangat keterlaluan
dan tidak beradab jika cinta itu tidak tumbuh di dalam hati kita. Allah azza wa
jalla berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ
الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
“Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila
kamu ditimpa bencana, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan” (QS
an-Nahl: 53).
Maknanya,
segala nikmat itu hanya datang dari Allah, maka hanya kepadaNya-lah seorang
mukmin itu harusnya menundukkan diri dan memohon, karena tidak ada yang dapat
menghilangkan kesusahan dan bencana kecuali Dia. Maka Dzat Yang Maha Tunggal
yang berhak dicintai dan diibadahi itu hanyalah Allah azza wa jalla.
>Faktor kedua...
Adalah
fitrah manusia mencintai keindahan dan kesempurnaan. Seorang lelaki mencintai
seorang wanita bisa jadi karena keindahan fisiknya. Jika tidak karena fisiknya,
maka karena keindahan akhlaknya, atau keindahah agamanya. Dan demikian pula
sebaliknya.
Dan
kecintaan itu akan semakin tinggi bila keindahan yang melekat pada objek cinta
itu semakin sempurna. Maka saksikanlah... Allah adalah Dzat Yang Maha Indah dan
Maha Sempurna keindahannya.
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ{1}
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ{2}
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقاً مَّا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِن
تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِن فُطُورٍ{3}
ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِأً وَهُوَ
حَسِيرٌ{4}
"Maha
Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan
payah" (Al Mulk: 1-4)
Bukankah
kita sering mengagumi alam karena keindahannya?
Bukankah
kita sering menyukai manusia karena keluruhan akhlaknya?
Maka
camkanlah, bahwa itu semua adalah hasil kreasiNya dan bimbinganNya.
Maka,
kita akan memahami, bahwa tidak ada alasan, tidak ada pilihan, kecuali untuk
mencintaiNya, karena ialah sumber segala keindahan dan kesempurnaan.
Benarlah
ucapan Imam Ibnul Qayyim: “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama,
sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”
Al-Imam
pun mengatakan:
“Jika
terkumpul faktor kebaikan dan (banyaknya) limpahan nikmat dengan faktor
kesempurnaan dan keindahan, maka tidak akan berpaling dari mencintai zat yang
demikian keadaannya (terkumpul padanya dua faktor tersebut) kecuali hati yang
paling buruk, rendah dan hina serta paling jauh dari semua kebaikan, karena
sesungguhnya Allah menjadikan fitrah pada hati manusia untuk mencintai pihak
yang berbuat kebaikan (padanya) dan sempurna dalam sifat-sifat dan tingkah
lakunya”.
اللهم إني أسألك حبك، وحب من يحبك، والعمل الذي يبلغني حبك،
Allahumma
inni as-aluka hubbaka, wa hubba man yuhibbuka, wal-'amalalladzi yuballighuni
hubbaka.
"Ya
Allah, aku memohon kepadaMu cinta-Mu, dan cinta orang yang mencintai-Mu, dan
amal-amal yang mengantarkanku pada cinta-Mu"
(HR.
at-Tirmidzi)
Wallahul
musta'an
Wallahu
a'lam bish showab
=============================
TANYA
JAWAB UMI 03
1. TANYA
Ustadz
kalau begitu, jika selama ini rasa cinta harap dan khauf kita sedemikian
sederhana bahkan minim pada Allah, apakah karena memang kita (saya) tak pernah
memahami esensi dan hakikat dari asma'ul husna ya ustadz?
JAWAB:
Jika
cinta harap dan khauf kita terasa minim, kaitannya bukan dengan pemahaman atas
asmaul husna. Namun pada kurangnya kita bertafakkur dan bersyukur atas
anugerahNya.
TANYA
Benarlah
ucapan Imam Ibnul Qayyim: “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama,
sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”
Saya
bertanya berdasarkan kutipan di atas ustadz
JAWAB:
Para
ulama salaf disebutkan sangat menyenangi amalan tafakkur, karena bagi mereka
merenungi kehebatan /anugerah Allah adalah amalan hati yg menguatkan keimanan.
Maksudnya mengenal di situ adalah mengenal dengan tafakkur atas sifat/namanya
yang tampak secara Qauliyah (wahyu) dan Kauniyah (alam)
2. TANYA
Bagaimana
cara membuktikan kalau kecintaan kita kepada Allah diatas segalaNya. Sementara
kadang kita masih lalai..
JAWAB:
bunda,
ada tanda-tanda mahabbatullah, di antaranya adalah hati yang sering teringat
padaNya.
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. al Anfal 2
Lebih
lengkapnya tentang tanda-tanda mahabbah akan dibahas pekan depan. Di antara
waktu tafakkur yang utama adalah pada sepertiga malam terakhir. Inilah yang
dipraktekkan Nabi saw berdasarkan hadits yang shahih. Sebelum solat tahajjud,
beliau bertafakkur memandang langit, lalu membaca surat Ali Imron bagian
terakhir. Mulai dari ayat
إِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي
الْأَلْبَابِ
Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Ali Imron 190
sampai
akhir surat. Namun, tafakkur dianjurkan di segala kondisi dan waktu. Ia adalah
bagian dari Dzikrullah (mengingat Allah), sebagaimana firmanNya:
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka. Ali Imron 191
3. TANYA
Kalau
misalnya sudah masuk waktu sholat tapi kita menyuap atau mengurus anak-anak
kita dulu biar tenang ketika kita tinggal sholat,, itu trmasuk menomorduakan
Allah tidak ya Ustadz?
JAWAB:
InsyaAllah
itu tidak termasuk menomorduakan Allah. Utusan Allah saw, yang mulia telah
membolehkan kita mengurus terlebih dahulu hal-hal yang secara syar'i dikhawatirkan
menganggu solat, di antaranya makan jika masakan sudah terhidang dan mengurus
anak.
-------------------------------------------------
TANYA JAWAB UMI 04
-------------------------------------------------
TANYA JAWAB UMI 04
1. TANYA
Ustadz
ketika suatu bencana alam menimpa suatu wilayah apakah itu suatu balasan dari karena
kurangnya bersyukur kita akan nikmat Allah ? Kemudian jika yang tersisa
misalnya hanya mesjid, kita katakan karena itu rumah Allah, coba kalau gereja
tidak mungkin akan tersisa, benarkah demikian pemikirannya ustadz ?
JAWAB:
Bunda, musibah bisa jadi azab, teguran, atau ujian. ia
menjadi azab jika yang terkena adalah pelaku maksiat yang fasiq. Ia menjadi
teguran jika yang terkena adalah pelaku maksiat yang masih beramal sholih. Ia
menjadi ujian, jika yg terkena adalah orang yang beriman dan beramal sholih.
Tersisanya
masjid atau yang lainnya saat ada bencana, tentu karena memang kehendak Allah.
Namun bukan berarti bangunan lain pasti tidak bertahan. Kalau memang Allah
berkehendak, dan ada hikmah yang ingin Allah sampaikan, maka Allah akan
melaksanakan kehendakNya.
2. TANYA
Ustadz...
saya mau nanya, mungkin diluar tema hari ini... barusan saya dapat bbm dari
teman, beliau murobbi, beliau curhat, katanya merasa lelah berdakwah di kampung
sendiri. Mohon nasehatnya ustadz apa yang harus saya katakan sama teman saya
itu?
JAWAB:
>pengalaman
ana, jika ada yg curhat, pertama-tama jadilah pendengar yang baik. Hal ini
memegang peranan penting, karena tkadang, masalah terbesar orang tersebut
adalah tidak adanya tempat curhat, sehingga semua beban ada pada dirinya. Karena
itu, ana membiasakan diri tuk mendengarkan dan mengiyakan saja cerita orang
lain, slama tdk terkandung kalimat yg melanggar syariat
>kedua,
baru orang tersebut diajak tuk melihat nikmat2 Allah yang lain. ini akan
membuat masalahnya kecil. Ibaratnya, kalau ada genteng satu bocor, apalagi itu
cuma bagian tampias, kita tidak pernah ribut dan stress, karena paham, genteng
di dalam rumah masih aman semua. Jadi, bersyukur akan hal-hal besar, akan
mengecilkan masalah.
>ketiga,
kita ajak dia curhat juga pada Allah
>keempat,
kita doakan dia di waktu-waktu utama untuk berdoa, tanpa memberitahunya. Doa
kepada saudara seiman yang tidak diketahuinya, termasuk doa-doa yang maqbul
Kebenaran
datangnya dari Allah, dan janganlah kita menjadi orang yang ragu. Mohon maaf
jika ada kekurangan.
Subhanakallahumma
wa bihamdika asyhadu alla ilaa ha illa anta astaghfiruka wa atubu ilayk
wassalamualaykum
warahmatullahi wabarakatuh
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment