PERSAUDARAAN HATI BUKAN TUBUH

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Tuesday, February 24, 2015


Kajian Online WA Hamba اَللّٰه Ta'alaa
Link 1 Bunda

Hari / Tanggal : Selasa, 24 Febuari 2015
Narasumber : Ustadz Kholid Syamhudi Al Bantani Lc

Tema : Muamalah
Notulen : Ana Trienta



Assalamualaikum wr. wb
Tema tentang sifat-sifat baik yang harus dimiliki kita semua. In sya Allah setelah jam 10 yah. Tema kita hari ini tentang sifat persaudaraan (Ukhuwah) yang harus dimiliki oleh kita semua.

Ketika membaca dan merenungkan kisah kehidupan para sahabat terkadang kita terharu dan berharap persaudaraan mereka tersebut bisa kita rasakan. Satu persahabatan dan persaudaraan yang muncul dari hati dan iman yang memenuhi kalbu mereka, bukan sekedar bersatunya tubuh dan badan mereka.

Ironisnya banyak orang memandang persaudaraan identik dengan kumpulnya tubuh dalam satu organisasi atau kelompok. Hal ini jelas keliru, sebab sebenarnya dasar persaudaraan iman adalah kesatuan hati kaum muslimin, bukan berkumpulnya tubuh mereka. Hal ini dapat dilihat pada petunjuk Allah Ta’ala dalam al-Qur`aan yang mulia. Allah menjelaskan persaudaraan kaum muslimin dengan kalimat (فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ) tidak dengan kalimat (فَأَلَّفَ بَيْنَِكُمْ). Dengan demikian, Allah Ta’ala melihat persatuan hati menjadi sebab persaudaraan iman bukan kepada persatuan badan.

Syeikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan hal ini dengan menyatakan: Persatuan hati adalah poros ukhuwah imaniyah (persaudaraan iman) bukan persatuan badan. Berapa banyak umat yang berkumpul tubuhnya namun hati mereka berpecah belah, sebagaimana firman Allah Ta'ala  tentang orang Yahudi yang artinya:
"Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.(QS al-Hasyr/15:13).
Tidak ada faedah dari berkumpulnya badan dengan hati yang berpecah belah. Faedah bersatunya hati adalah berkumpulnya hati walaupun badannya saling berjauhan. Berapa banyak orang yang memiliki hubungan cinta dan persahabatan denganmu namun ia jauh darimu. Berapa banyak juga orang yang sebaliknya. Kamu merasa ia bermuka dua dan tidak ada diantaramu dengannya kecintaan dan persahabatan. Padahal ia berdampingan denganmu seperti benda dengan bayangannya. Jadi yang penting adalah hati. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman:
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ

"Maka Allah mempersatukan hatimu" (QS Alimran/3:103)

Jelaslah persaudaraan terjadi dengan adanya keterikatan antar kaum muslimin yang dilandasi ikatan agama islam. Ikatan yang mengikat kuat hati kaum muslimin seperti satu tubuh yang digambarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

الْمُؤْمِنُونَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ إِنْ اشْتَكَى رَأْسُهُ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ

"Kaum mukminin seperti satu orang, jika kepalanya sakit maka seluruh tubuh merasakan deman dan tidak bisa tidur." (Riwayat Muslim).

Persaudaraan ini bukan persaudaraan karena nasab atau fanatisme golongan (hizbiyah) tapi persaudaraan aqidah dan iman. Oleh karena itu Syeikh Muhammad al-Amiin as-Syingqiti rahimahullah  menyatakan: Secara umum tidak ada perbedaan pendapat diantara kaum muslimin bahwa ikatan yang mengikat individu penduduk bumi anata mereka dan yang mengikat antara penduduk bumi dan langit adalah kalimat La ilaaha Illa Allah. Ikatan persaudaraan kaum muslimin adalah bersatunya hati mereka dalam menegakkan kalimat Allah Ta’ala.  Kalimat tersebut ditegakkan dengan iman dan ketakwaan yang menjadi sebab Allah Ta’ala menyatukan hati mereka.

Persaudaraan Iman anugerah Allah Ta’ala

Tidak ada seorangpun yang dapat menyatukan hati manusia satu dengan lainnya baik itu nabi maupun para ulama atau yang lainnya. Hanyalah Allah Ta’ala semata yang menyatukan hati-hati tersebut dengan hikmah dan kemaha perkasaan-Nya. Betapa tidak, Dia lah yang telah menyatakan hal itu kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam firman-Nya:
"Dan (Allah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. (QS Al Anfal/8:62-63).
Syeikh Abdurrahman bin Naashir as-Sa'di rahimahullah menuturkan: Mereka bersatu dan bersaudara serta bertambah kuat dengan sebab persatuan tersebut. Itu bukanlah hasil usaha seorang dan dengan satu kekuatan selain kekuatan Allah. Walaupun kamu telah membelanjakan emas dan perak serta selainnya yang ada dibumi ini seluruhnya untuk menyatukan hati mereka setelah perselisihan dan perpecahan yang parah tersebut. Tentulah kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Karena yang mampu menpersatukan hati hanyalah Allah Ta’ala. Oleh karena itulah Allah Ta’ala terangkan dengan sangat jelas dalam firmanNya:
"Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; (QS Alimran/3:103)
Jelaslah disini dengan rahmat-Nya, Allah Ta’ala mempersatukan hati kaum mukminin diatas ketaatan dan manhaj-Nya. Pantaslah disyukuri atas nikmat ini dengan cara cinta mencintai karena Allah dan berpegang teguh dengan tali Nya yang kokoh (islam).

Demikianlah persaudaraan tersebut Allah karuniakan kepada kaum mukminin yang bertaqwa dan berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunnah. Tidak dikaruniakan kepada orang-orang yang melanggar ajaran syari'at Allah Ta’ala, sehingga tidak akan terwujudkan dengan mengorbankan aqidah dan agama.

Kiat Menggapai Persaudaraan

Persaudaraan dalam islam dilihat dan bersandar kepada kesatuan dan persaudaraan hati (kalbu), bukan kepada pisik dan tubuh. Persaudaraan ini merupakan hadiah dari Allah kepada kaum muslimin bila mereka berpegang teguh kepada syariat islam. Tentunya hal ini mengajak kita untuk berusaha memperolehnya. Semua Tergantung Kepada Kita

Jelas sekali pemersatu hati kaum muslimin adalah Allah, bukan karena hasil rekayasa manusia, seperti dijelaskan dalam firmanNya :
"Dan (Allah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka." (QS Al Anfal/8:62-63).
Namun ingat Allah Ta'ala tidak merubah keadaan satu kaum tanpa ada usaha dari mereka untuk merubah keaadannya. Inilah yang dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya yang artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS ar-Ra'd/13:11).
Untuk itu untuk mendapatkan persaudaraan iman tersebut dibutuhkan usaha dari kaum muslimin untuk merubah keadaan mereka sekarang. Mereka harus berusaha untuk menjalankan sebab-sebab persatuan hati dengan meniti iman dan takwa. Diantara cara menggapainya adalah:

1. Meluruskan Aqidah dan cara beragama dengan melakukan tashfiyah (pemurnian agama) dan tarbiyah (pembinaan umat diatas ajaran agama yang telah murni). Sebabnya persaudaraan iman yang pernah ada dahulu dihancurkan oleh kebidahan dan penyimpangan agama.

Syeikh Muhammad al-Basyir al-Ibrahimi menjelaskan hal ini: Setelah kita berfikir, meneliti dan mengkaji keadaan umat dan sumber penyakit-penyakitnya. Kita benar-benar mengetahui bahwa jalan-jalan kebid’ahan dalam islam adalah pemecah belah kaum muslimin. Juga kita mengetahui ketika kita melawannya berarti melawan seluruh keburukan. 

Jelas persaudaraan iman harus tegak diatas kemurnian ajaran islam dan pembinaan umat diatasnya. Kemudian terwujudnya persaudaraan iman diatas ajaran Rasululloh shalallahu 'alaihi wasallam mengantar kepada kejayaan islam dapat sebagaimana dicapai para pendahulunya.

Tentang tahfiyah dan tarbiyah ini Syeikh al-Albani menyatakan: apabila kita ingin kejayaan dari Allah dan diangkat dari kita kerendahan serta dimenangkan dari musuh-musuh kita, maka tidak cukup untuk itu semua yang telah saya isyaratkan dari kewajiban meluruskan pemahaman dan menghilangkan pemikiran-pemikiran yang menyelisihi dalil-dalil syar’i. 

Disana ada yang lain sangat penting sekali –inilah sebenarnya intinya- dalam meluruskan pemahaman, yaitu beramal; karena ilmu adalah sarana untuk beramal. Apabila seorang telah belajar dan ilmunya sudah tertashfiyah, kemudian tidak beramal dengannya, maka secara otomatis ilmu tersebut tidak menghasilkan buah. Sehingga harus menyertakan ilmu ini dengan amal. Sudah menjadi kewajiban para ulama untuk mengurus pembinaan kaum muslimin yang baru diatas dasar ketetapan yang ada dalam al-Qur`an dan Sunnah. 

Jangan membiarkan manusia berada diatas pemikiran dan kesalahan yang mereka warisi. Sebagiannya pasti batil menurut kesepakana para ulama, sebagiannya masih diperselisihkan dan memiliki kekuatan dalam penelitian dan ijtihad serta akal pikiran dan sebagian ijtihad dan akal pikiran ini menyelisihi sunnah. Setelah tashfiyah terhadap perkara-perkara ini dan menjelaskan semua kewajiban memulai dan berjalan padanya, maka harus ada tarbiyah (pembinaan) terhadap orang-orang baru diatas ilmu yang shohih ini. 

Pembinaan inilah yang akan membentuk untuk kita masyarakat islam yang bersih dan kemudian akan tegak daulah islam untuk kita. Tanpa dua hal ini yaitu ilmu yang shohih dan pembinaan yang benar diatas ilmu yang shohih ini mustahil –menurut keyakinan saya- akan tegak tiang-tiang islam atau hukum islam atau Negara islam. 

Beriman dan bertakwa dengan benar yang dihasilkan dari proses at-tashfiyah dan tarbiyah diatas. Sebab persaudaran ini didasarkan kepada iman dan takwa seperti dijelaskan Allah dalam firmanNya yang artinya  
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara (QS. Al-Hujurat/49:10).
Syeikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan menyatakan: Ini adalah ikatan yang Allah jadikan sebagai pengikat antar orang-orang yang beriman. Apabila didapatkan pada siapapun juga  yang ada diseluruh dunia memiliki iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab suci, para rasulnya dan hari akhir (dengan benar (pen)), maka ia adalah saudara bagi orang-orang yang beriman. Persaudaraan yang mengharuskan kaum mukminin mencintai untuknya seperti mereka mencintai untuk diri mereka sendiri. Allah Ta'ala juga menjelaskan hubungan tersebut harus ditegakkan dengan takwa dalam firmanNya:  
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa. (QS. Az-Zukhruf/43:67)
Kecintaan orang-orang bertakwa kekal dan terus sinambung dengan sebab kesinambungan orang yang mencintai karena Allah Ta'ala. Hasil dari persaudaraan yang dibangun diatas ketakwaan adalah persaudaraan diatas dasar ikhlas karena Allah.

2. Dasar persaudaraan iman adalah ikhlas karena Allah Ta'ala  sebagai konsekwensi kesempurnaan iman dan takwa. Sebab persaudaraan iman ini adalah ibadah yang tidak diterima tanpa keikhlasan dan mengikuti petunjuk Rasulullah (ittiba’). Dengan demikian dibutuhkan adanya komitmen tinggi kepada manhaj islam yang benar.

3. Komitmen dengan manhaj islam yang benar dan ketentuannya yang merupakan kesempurnaan ikhlas. Sehingga bersatu dan berpisahpun diatas manhaj Allah sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yang artinya: 
"Apakah kamu akan mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyatan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. At-Taubah/9:16)
Demikian juga sabda beliau pada 7 orang yang mendapatkan naunganNya:

وَرَجُلاَنِ تَحَابَا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

Dua orang saling mencintai dijalan Allah berkumpul dan berpisah diatasnya. (Muttafaqun 'alaihi).

Syeikh Saliim bin 'Ied al Hilali –Hafizhahullah- mengimentari hal ini dengan menyatakan: Berpegang teguh kepada manhaj islam yang benar dengan semua yang telah Allah Ta'ala syariatkan dan realisasi teladan baik dalam kehidupan Rasulullah adalah standar (kebenaran). Bukan berpegang teguh kepada hubungan nasab, individu tokoh, organisasi, partai, madzhab, kelompok, pemerintahan atau kebangsaan. Sesungguhnya kelemahan dan ketidakmampuan yang menggerogoti kehidupan islam bersumber dari sikap penentangan dan berpaling dari standar (kebenaran) ini. Atau juga usaha-usaha merampasnya dari tangan seorang muslim.

4. Melaksanakan tugas nasehat menasehati yang menjadi bagian tak terpisahkan dari komitmen terhadap manhaj yang shohih. Oleh karena itu para sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dahulu berbai'at dengannya, sebagaimana dijelaskan Jariir bin Abdillah Radhiyallahu 'anhu :

بَايَعْتُ رَسُوْلَ اللهِ  عَلَى إِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Aku berbai'at kepada Rasululloh shalallahu 'alaihi wa sallam untuk menegakkan sholat, menunaikan zakat dan menasehati setiap muslim. (HR al-Bukhori 1/20)

5. Tugas nasehat menasehati tentunya menjadikan kaum muslimin bekerjasama dalam kebaikan dan takwa, sebagaimana diperintahkan Allah Ta'ala dalam firman-Nya yang artinya:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." (QS al-Maaidah/5:2).
Kerja sama yang baik ini akan menghasilkan sikap solidaritas terhadap saudaranya seiman.

6. Memiliki solidaritas, berkorban dan tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidup saudaranya, sebagai wujud kesempurnaan imannya. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

"Tidak sempurna iman salah seorang kalian hingga mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya." (Muttafaqun 'Alaihi) 

Demikian juga sabda Rasululloh shalallahu 'alaihi wa sallam :

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عَضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَى

"Permisalan kaum mukminin dalam cinta, kasih sayang dan empati mereka seperti satu tubuh apabila salah satu anggotanya sakit maka menjadikan seluruh tubuhnya tidak bisa tidur dan demam." (muttafaqun ‘Alaihi)

Demikianlah sebagian sebab terwujudkannya ukhuwah imaniyah (persaudaraan iman), mari kita jalani sebab persaudaraan ini, mudah-mudahan Allah Ta'ala memberikan taufiq kepada kaum muslimin untuk melaksanakan dan menggapainya. Wabillahitaufiq.

TANYA JAWAB

Pertanyaan M3

1. Ustad mo tanya, khan ada pepatah tak kenal maka tak sayang, apakah di dalam islam berlaku pepatah ini?
Jawab
Itu berlaku namun tidak mutlak. Memang tidak dipungkiri perkenalan bisa mengantar pada cinta namun cinta dan sayang tidak mesti kenalan. Misalnya kita cinta dan sayang dengan para muslimin dan muslimah palestine yang dijajah israil kan nggak harus kenalan dengan mereka dulu baru sayang.

2. Point no.6, memiliki solidaritas, berkorban dan tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan hidup saudaranya, sebagai wujud kesempurnaan imannya. Sekarang ini banyak sekali kejadian-kejadian penipuan mengenai sumbangan terutama di dunia maya. Akibatnya muncul cameo, kalau mau menolong lebih baik yang dekat-dekat saja, sementara di tempat yang jauh memang ada yang membutuhkan bantuan juga dan tidak terpenuhi dari tempatnya berasal. Lalu, Jika kita berusaha membantu, tapi kemudian orang berpikir kita akan menyalagunakan bantuan tersebut kita harus gimana Ustad?
Jawab
Kita tetap istiqamah dan menjalankannya dengan ikhlas nanti juga orang tau kalo kita itu amanah dalam menyalurkan bantuan. Toh yang terpenting kita berusaha membantu saudara kita yang membutuhkan bantuan. Yakinlah dengan terus memperbaiki pelaporan penggunaannya bisa nantinya menjadi jaminan keamanahan dalam menyalurkan bantuan.

Pertanyaan M4

1. Saya pernah dengar untuk memperkuat persaudaraan maka kita harus ta'aruf,tafahum ber taawun. Nah gimana cara kita memahami orang lain yang berbeda segalanya sehingga terwujud ukhuwah islamiyah yang sejati dengan penuh keikhlasan?
Jawab
Memang ta'aruf (kenalan) sangat membantu dalam ukhuwah, namun ukhuwah iman bisa tumbuh pada seorang mukmin walaupun belum pernah ketemu. kadang juga belum kenal. Tapi adanya iman dihati kita menuntut untuk mencintai orang yang beriman dan bisa bersatu dengannya karena keimanan.

2. Assalamu 'alaikum.. Tanya ustadz persaudaraan saling memotivasi menyemangati dalam ibadah yang dijalin dengan sarana tehnologi seperti sekarang ini sesuai dengan ajaran Rosulullah kah ustadz mengingat pada jaman Rosul belum ada tehnologi seperti skrg. (Dikatakan sesuatu ibadah yang di lakukan yang bukan di contohkan oleh Rosulullah adalah bid'ah)
Jawab
Kalo sekedar saling mengingatkan sih sederhana tapi kalo sampai laporan kalo sudah sekian rakaat dan lain-lain itu yang tidak pernah dicontohkan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam sehingga berhati-hati.

Promosi dikit: Seorang gadis membeli sebuah Iphone6. Smartphone tersebut telah dilengkapi dengan pelindung layar dan ‘flip cover’ yang tak kalah cantiknya. Dia menunjukkan smartphone barunya tersebut ke ayahnya. Lalu, sebuah percakapan yang cukup menggugah pun dimulai:
Ayah: Wah, telepon genggam yang bagus. Berapa harga yang harus engkau bayar untuk itu?
Anak Perempuan: Saya membayar 700 dolar untuk telepon genggam ini, 20 dolar untuk penutup teleponnya, serta 5 dolar untuk pelindung layarnya.
Ayah: Oh, mengapa kamu menambahkan pelindung layar dan penutup teleponnya? Bukankah kamu dapat menghemat 25 dolar untuk itu?
Anak Perempuan: Ayah, saya telah menghabiskan 700 dolar untuk mendapatkan telepon genggam ini. Jadi apa alasan saya tidak mengeluarkan 25 dolar untuk keamanannya? Dan lihatlah, penutup ini juga membuat telepon genggamku tampak lebih indah bukan?
Ayah: Bukankah itu suatu penghinaan bagi perusahaan Apple, Inc. Bahwa mereka tidak dapat membuat produk Iphone yang tidak cukup aman?
Anak Perempuan: Tidak, Ayah! Mereka bahkan menyarankan kepada penggunanya untuk menggunakan pelindung layar dan penutup telepon ini untuk keamanannya. Dan saya tidak mau terjadi sesuatu yang dapat membahayakan Iphone baru saya.
Ayah: Apakah itu tidak akan mengurangi keindahan telepon itu?
Anak Perempuan: Tidak. Itu justru membuat telepon genggam saya terlihat lebih indah.
Lalu, sang Ayah menatap putrinya dan tersenyum dengan rasa kasih sayang. Sang Ayahpun berkata,
“Putriku, kau tau Ayah sangat menyayangimu. Kau membayar 700 dolar untuk membeli Iphone ini, serta 25 dolar untuk melindunginya. Aku telah membayarkan seluruh hidupku untukmu, lalu mengapa engkau tak menutup auratmu dengan hijab untuk keselamatanmu sendiri? Telepon ini, kelak tidak akan dipertanyakan di akhirat nanti. Namun kelak aku akan ditanyai oleh Allah tentangmu, putriku…”
Mohammad Bilal Syaikh

Pertanyaan M6

1. Ada yang ingin saya tanyakan ustadz. Tetangga kan saudara kita juga. Apakah salah saya menghindari tetangga saya karena ingin menjaga hati dan lidah karena tetangga kalo berkumpul saling membicarakn kelebihannya lalu membicarakan orang lain akhirnya mengejek. Misalnya Aku mau beli ini kamu ga punya kan? Pokoknya saling mengejek dan mengolok. Lalu hak dan kewajiban tetangga apa saja
Jawab
Apabila ada madharatnya maka harus menghindarinya namun tetap menunaikan hak-hak mereka seperti menegur dan menolong.

Pertanyaan M9

1. Ustadz, seringkali pangkal perselisihan antara ummat adalah perbedaan misal yang satu mengatakan ini Sunnah, yang lain adalah bid'ah dengan landasan yang sama-sama kuat. Apakah berarti bila beda pendapat maka kita tidak diangkat saudara sesama muslim kah? Atau karena yang satu masih belum kurus maka dia tidak bisa diangkat sebagai saudara seiman?
Jawab
Perbedaan tergantung dalam hal apa? Kalo dalam hal perbedaan ulama yang mutabar diatas dalil maka harus ada toleransi dan saling menghornati tidak boleh pecah

Demikian dulu, saya mau pamit dulu. mohon maaf bila ada kekurangan dan jawabnya disambi kerja.
Wassalamu'alaikum

Doa Kafaratul Majelis :

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!