Kajian Online WA Hamba الله SWT
BAHAGIANYA
ORANG YANG IKHLASH
: إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Segala puji bagi Allah, kita
memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita.
Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang
menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya
baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada
Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk
hingga hari kiamat.
Sesungguhnya orang yang paling
berbahagia adalah orang yang paling ikhlash. Semakin dia meningkatkan
keikhlasannya maka dia akan semakin berbahagia.
Bagaimana dia tidak berbahagia?
Allāh Subhānahu wa Ta'ālā mengetahui
kebaikannya, Allāh mengetahui amalannya dan dia menyerahkan ibadahnya
semata-mata hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Seseorang di atas muka bumi ini
bahagia kalau dia bisa dikenal oleh orang yang mulia, dikenal oleh pejabat.
Apalagi dia dikenal oleh misalnya bupati, apalagi dikenal oleh presiden
misalnya. Dia bahagia, presiden mengenalnya.
Lantas bagaimana jika yang
mengenalnya adalah Rabbul ‘ālamīn, Pencipta dan Penguasa alam semesta ini? Yang
jika menghendaki sesuatu hanya mengatakan, “Kun, fayakun”.
Orang yang ikhlash adalah orang yang
paling bahagia .
Suatu saat Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam pernah berkata kepada Ubay bin Ka’ab, Abu Mundzir radhiallāhu
‘anhu, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:
يَا أُبَيٍّ إِنَّ الله أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ القرآن
"Wahai Ubay, sesungguhnya Allāh
Subhānahu wa Ta'ālā memerintahkan aku untuk membacakan Al Qur’an kepadamu.”
Maka Ubay berkata:
هَلْ سَمَّانِي لك
“Rasūlullāh, apakah Allāh menyebutkan
namaku kepadamu?”
Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi
wa sallam:
سَمَّاكَ لي
“Ya, Allāh Subhānahu wa Ta'ālā
telah menyebut namamu dihadapanku.”
فَجَعَلَ أُبَيٌّ يَبْكِي
Maka Ubay bin Ka’ab pun menangis.
Kenapa? Ubay menangis karena sangat
gembira.
Allāh Subhānahu wa Ta'ālā
mengenalnya, Allāh menyebut namanya.
Orang yang ikhlash, dia tahu
bahwasannya Allāh mengetahui amal ibadahnya. Meskipun mungkin orang lain tidak
ada yang melihatnya.
Mungkin orang lain tidak
mempedulikannya, mungkin orang lain merendahkannya, tapi dia tahu dan yakin,
bahwasannya apa yang dia lakukan, kebaikan yang dia lakukan diketahui
oleh Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Oleh karena itu, Syaikh Abdurrahman
bin Nashir As-Sa’di rahimahullāh dalam kitabnya “Al Wasaail Al Mufidah Lil
Hayati Sa’iidah” (Kiat-kiat Untuk Meraih Kabahagiaan), beliau menyebutkan:
“Di antara hal yang bisa mendatangkan
kebahagian yaitu seseorang tatkala sedang berbuat baik kepada orang
lain, jangan dia menganggap sedang bermuamalah dengan orang tersebut,
tetapi sedang bermuamalah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā”.
Tatkala dia memberikan sumbangan
kepada orang lain, tatkala dia memberikan bantuan uang kepada orang lain, dia
ingat bahwasannya sekarang ini sedang bermuamalah dengan Allāh Subhānahu
wa Ta'ālā, Allāh sedang melihat dia memberi sumbangan.
Muamalah dia bukan dengan orang yang
dia bantu, tapi muamalah dia dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Sehingga jika perkaranya demikian, yang dia harapkan hanyalah pujian Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang dia harapkan Allāh mengetahui siapa dirinya.
Sehingga jika perkaranya demikian, yang dia harapkan hanyalah pujian Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, yang dia harapkan Allāh mengetahui siapa dirinya.
Semakin dia ikhlash, semakin tidak
ada orang yang mengetahui amalannya, Allāh akan semakin mengetahui dia, Allāh
akan semakin mengenalnya, Allāh akan semakin mencintainya.
Oleh karenanya dia tidak peduli
dengan komentar orang-orang yang dia bantu, dia tidak perlu dengan komentar
orang lain.
Dan syi'arnya sebagaimana orang-orang
yang bertakwa yang Allāh sebutkan dalam Al Qur’an:
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ الله لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
“Kami memberi makan kepada kalian
karena Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, muamalah kami dengan Allāh Subhānahu wa
Ta'ālā, bukan dengan kalian. Kami tidak butuh dari kalian terima kasih dan kami
tidak butuh dari kalian baasan”(QS: Al- Insaan : 9)
Inilah orang yang paling ikhlash,
orang yang paling bahagia.
Adapun orang yang tidak ikhlash, dia
senantiasa sibuk mendengar komentar orang lain tentang bagaimana amalan dia.
Apakah dia dipuji, apakah dia dicela.
Tapi orang ikhlash, dia tidak peduli
dengan perkataan orang lain, yang penting dia baik di hadapan Allāh
Subhānahu wa Ta'ālā.
Dia tahu bahwasanya pujian manusia
tidak akan meninggikan derajatnya dan dia tahu bahwa celaan manusia pun tidak
akan merendahkan derajatnya, yang penting dia baik di hadapan Allāh
Subhānahu wa Ta'ālā.
Benar-benar konsentrasi dia,
bawasannya dia bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Karenanya, bunda yang dirahmati oleh
Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, diantara 7 golongan yang akan Allāh naungi pada
dihari kiamat kelak, ada dua orang yang ikhlas yang Allāh menyebutkan atau
Rasulullah shallallāhu 'alayhi wa sallam sebutkan tentang ciri khusus mereka
itu ikhlas.
1.
Yang pertama, kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِ يَمِينِهِ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Seseorang yang dia berinfaq dengan
tangan kanannya kemudian dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfaqkan olah tangan kanannya.”
Dia bahagia tatkala dia tahu
bahwasanya hanya Allāh yang mengetahui amalan dia. Dia tidak perdulikan
komentar orang lain, bahkan dia sengaja menyembunyikan amalannya, agar yang
mengetahui hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'ālā. Dia tidak butuh pujian orang
lain.
2. Yang kedua, kata
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam diantaranya.
رَجُلٌ ذَكَرَ الله خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Seseorang yang tatkala dia mengingat
Allāh dalam bersendirian, maka kemudian matanya mengalirkan air mata”
Orang ini, dia bersendirian dan dia
begitu merasakan kelezatan tatkala mengingat Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,
tatkala mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Dia seakan-akan sedang berbicara
langsung dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, sehingga diapun menangis
meskipun tidak ada yang melihat dia, mengeluarkan air mata kebahagiaan.
Kenapa?
Allāh mengetahui tangisan dia, Allāh
mengetahui dia mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Bahkan diantara tafsiran para
ulama: "Demikian pula seseorang yang tatkala dihadapan orang banyak, namun
saking ikhlasnya, dia bisa mengkondisikan dirinya seakan-akan dia sedang sendirian.
Kenapa? Karena dia tidak mempedulikan
komentar orang lain.
Sehingga dia tetap menangis meskipun
dihadapan banyak orang. Dia yakin sedang bermuamalah dengan Allāh
Subhānahu wa Ta'ālā. Sehingga meskipun dihadapan banyak orang, dia tetap
menangis karena mengagungkan keagungan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Para pamirsa yang dirahmati oleh
Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, anda akan bahagia jika anda mengikhlashkan amalan
ibadah anda hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Adapun jika anda kemudian sibuk
dengan komentar orang lain, sibuk dengan pujian orang lain atau sibuk dengan
cercaan orang lain terhadap anda, maka anda tidak akan pernah bahagia.
Karena tidak mungkin ada seorangpun
yang akan dipuji oleh semua orang, tidak mungkin, mustahil.
Betapapun baiknya anda, pasti ada
yang memuji dan pasti ada yang mencela.
Kalau Allāh Subhānahu wa Ta'ālā,
Rabbul 'ālamīn, Pencipta alam semesta ini tidak selamat dari celaan
ciptaan-Nya, ciptaan makhluknya, seperti orang-orang yahudi mengatakan
bahwasanya,
يَدُ الله مَغْلُولَةٌ
“Tangan Allāh terbelenggu,”
Mereka mengatakan:
إِنَّ الله فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ
“Sesungguhnya Allāh miskin dan kamilah
yang kaya.”
Allāh Subhānahu wa Ta'ālā tidak
selamat dari cercaan makhluknya.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang memiliki akhlak super mulia pun tidak selamat dari cercaan kaumnya.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang memiliki akhlak super mulia pun tidak selamat dari cercaan kaumnya.
Bagaimana dengan kita?
Bagaimana dengan anda?
Bagaimana dengan anda?
Tentunya mengharapkan keridhaan
seluruh manusia adalah sesuatu yang mustahil, sebagaimana perkataan Imam
Syāfi’iy rahimahullāh:
رضا الناس غاية لا تدرك
Bahwasanya mencari keridhaan manusia
adalah suatu hal yang mustahil (tujuan yang mustahil) untuk diraih”
Karenanya, ikatkan hati anda hanya
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'ālā.
Yakinlah bahwasanya anda sedang
bermuamalah dengan Allāh Subhānahu wa Ta'ālā, maka anda akan bahagia
karena Allāh yang akan membahagiakan anda dan anda tidak akan memperdulikan
komentar manusia.
Wallāhu Ta'ālā A’lam bish-shawāb.
Wallāhu Ta'ālā A’lam bish-shawāb.
TANYA JAWAB
Q : Bunda.. Klo rasa ikhlas itu berawal dari rasa terpaksa, itu
gimana bun?
A : Ikhlas kadang perlu pembelajaran, lihatlah ketika dulu kita
belajar sholat, ingatkah bahwa kita di suruh-suruh atau malah dikejar-kejar
dulu. Tak ada yang salah dengan proses, karena Allah melihat kita berproses
bukan hasil akhir dari apa yangsdh kita lakukan. Itulah ke Maha Rahmanan Allah
atas kita. So, jangan takut dengan rasa terpaksa itu, perlahan tapi pasti,
tanamkan kesadaran bahwa ikhlas itu tak ada paksaan siapapun.
Q : Afwan Bun,,ane mau tau,,dulu sebelum merantau, sekilas
kayaknya kalau pas haji besar,,salah satu orang di Masjid itu akan menyebutkan
bahwa sapi/kambing dari A atau B,,gimana itu hukumnya,,bolehkah gak perlu
disebut dari siapa hewan kurban itu,,maaf jika diluar materi,,syukron atas
pencerahannya .
A : Khair, gak masalah dengan menyebutkan nama si A dan si B, semoga
yang punya kambing tak berniat pamer. Jadi
usahakan kita yang menata hati, jangan pernah menghakimi orang lain. Kalo kita
paham, cukup kita bilang pak punten yang kambing saya sebut saja dari abdullah
(hambaNya Allah).
Q : Tanya bun..katanya apabila kita memberi truz kita tidak
boleh berucap,katanya belum ikhlas,mis. 'Iy ان شا ء الله sy ikhlas'.
A : Kembali ya kita pahami, bahwa ikhlas itu pekerjaan hati
antara kita dengan Allah. Mau di sebut dan tidak biarlah hanya kita dan Allah yangtahu,
tak ada yangboleh menilai niatnya. Jika kita memberikan shodaqoh sambil
marah-marah, itu terbilang ikhlas apa ga ya walaupun shodaqohny besar??
Wahhh sayang sekali ya, sudah memberi pake marah-marah. Apa itu
ikhlas? Jika dia menolong benar-benar karena ada yang dalam kesulitan
insyaallah tetap dapat pahala bunda. Jika ikhlas itu nilainya 1-100 maka ada
range nilai di sana, siapa yang benar-benar dapat 100 dan siapa yang hanya 25
itu malaikat yang catat.
Q : Subhanallah,,,maaf
bunda mau bertanya,,,?? Sikap kita harus bagainama bun biar hati bisa
iklas,,,tapi orang menyikapinya beda terhadap kita..kalau kaya begitu gimana
yaa bun.......maaf bunda tolong ajari saya biar hati menjadi iklas,,
A : Tetaplah bersabar, coba kita lihat Rasul. Adakah yang hidupnya lurus-lurus saja? Tanpa ujian tantangan dan cobaan? Anggap ini adalah ujian kenaikan iman yang harus
kita lalui, bukankah ayatnya "apakah kau mengatakan beriman sbelum AKU mengujimu?"
Pernah baca tulisan Ust Rahmat Abdullah alm bunda? Bahwa Allah tahu sekali ujian seperti apa yang harus kita hadapi. Yang kuat dengan ujian harta dia gak akan diuji dengan hrta, bisa jadi malah dengan ujian wanita ia terlena. Jika bunda berhadapan dengan orang seperti itu, maka tekadkan hati bahwa bunda harus bisa mengalahkan ego bunda untuk membencinya, dan tetaplah berbaik sangka padanya. Karena sejujurnya orang yang menilai kita buruk, sedang memberikan feed back pada kita, agar kita semakin baik.
Pernah baca tulisan Ust Rahmat Abdullah alm bunda? Bahwa Allah tahu sekali ujian seperti apa yang harus kita hadapi. Yang kuat dengan ujian harta dia gak akan diuji dengan hrta, bisa jadi malah dengan ujian wanita ia terlena. Jika bunda berhadapan dengan orang seperti itu, maka tekadkan hati bahwa bunda harus bisa mengalahkan ego bunda untuk membencinya, dan tetaplah berbaik sangka padanya. Karena sejujurnya orang yang menilai kita buruk, sedang memberikan feed back pada kita, agar kita semakin baik.
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Rabu,
5 Agustus 2015
Narasumber : Ustadzah
Azizah
Rekapan Grup Bunda M12 (Laela)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment