IHSANUL AMAL

Posted by Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT on Wednesday, February 25, 2015


  Rukun iman adalah pondasinya dan rukun Islam adalah bangunannya. Sedangkan ihsan adalah beribadah seolah-olah melihat Allah atau meyakini bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi hamba-Nya. Ihsan merupakan perbuatan terbaik dan berkualitas,  berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan keislaman seseorang. Jika seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal Islam terbaik berupa rukun iman dan rukun Islam atau yang diluar dari keduanya akan terpelihara dan tahan lama sesuai dengan fungsinya sebagai atap bangunan Islam. Alangkah beruntungnya seorang mukmin yang catatan amalnya paling panjang, paling tinggi dan paling banyak tentang catatan ihsannya dalam ibadah.

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Rukun Ihsan dianalogikan sebagai atap bangunan Islam dan menempati tingkat lebih tinggi daripada rukun iman dan rukun Islam.

Kali ini ijin kan berbagi bagaimana kita berbuat baik dalam setiap keadaan.

Ihsanul Amal adalah bagaimana kita berakhlak yang baik, berbuat yang baik dalam setiap aktivitas terutama ibadah.

IMAN-ISLAM-IHSAN
Ada dua alasan mengapa orang harus berbuat ihsan:
1. Adanya Monitoring Allah (Muraqabatullah)
Dalam HR. Muslim dikisahkan jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya malaikat Jibril yang menyamar sebagai manusia, tentang definisi ihsan: “Mengabdilah kamu kepada Allah seakan-akan kamu melihat Dia. Jika kamu tidak melihatNya, sesungguhnya Dia meIihatmu”. (HR. MUSLIM)

2. Adanya Kebaikan Allah (Ihsanullah)
Allah telah memberikan nikmatnya yang besar kepada semua makhlukNya (QS. 28:77 dan QS. 108: 1-3).

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS: Al-Qashash Ayat: 77)
إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak" (QS: Al-Kautsar Ayat: 1)
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkobanlah" (QS: Al-Kautsar Ayat: 2)
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ
"Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus" (QS: Al-Kautsar Ayat: 3)
Ihsan inilah yang diperintahkan oleh Allah kepada Qarun, namun dia menolak dengan sombong dan berdalih bahwa nikmat kekayaan yang diperolehnya karena ilmu dan kepintarannya.  (QS. Al-Qashash : 77-78)
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِىٓ ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِۦ مِنَ ٱلْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْـَٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka" (QS: Al-Qashash Ayat: 78)
Dengan mengingat Muraqabatullah dan Ihsanullah, maka sudah selayaknya kita ber-Ihsanun Niyah (berniat yang baik). Karena niat yang baik akan mengarahkan kita kepada:
1. Ikhlasun Niyat (Niat yang Ikhlas)
2. Itqonul ‘Amal (Amal yang rapi)
3. Jaudatul Adaa’ (Penyelesalan yang baik)
Jika seseorang beramal dan memenuhi kriteria di atas, maka ia telah memiliki Ihsanul ‘Amal (Amal yang ihsan).

Berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada setiap tingkatan derajatnya masing-masing seorang hamba tidak dapat mengukurnya. Karena itulah, kita berlomba untuk meraihnya.

Tugas kitalah untuk menemukannya agar hidup menjadi lebih bermakna. Mari, sesibuk apa pun aktivitas kita; sesantai apa pun waktu luang yang kita punya, sesakit apa pun penyakit yang menimpa kita; atau sesehat apa pun jasmani yang selalu terjaga; maka sudah saatnya kita menjeda sejenak, mengambil waktu untuk mengoreksi ulang tentang keberislaman kita.

Dalam keseharian seorang Muslim, ditinjau dari kualitas dan sifat amalnya, ia terbagi kepada dua yaitu amal rutinitas dan amal ihsan. Amal rutinitas adalah suatu perbuatan; baik  bersifat wajib ataupun sunnah yang dipahami sebatas hal yang mesti dilakukan.

Pemahaman tidak berlanjut pada bagaimana agar perintah tersebut dapat dikerjakan dengan kualitas yang istimewa.

Sedangkan amal ihsan adalah amal yang dilandasi pemahaman terhadap sabda Rasulullah SAW :
”…Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, namun jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu…” (HR. Muslim)
Dalam hadits, Islam dijelaskan dengan penjabaran 5 rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji.

Syahadat merupakan kesaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Shalat merupakan bentuk hubungan vertikal secara langsung antara hamba dengan sang Khalik. Zakat adalah wujud kepedulian sosial terhaadap sesama manusia. Puasa merupakan ujian melawan hawa nafsu. Dan haji adalah ajang mempererat ukhuwah islamiyah dengan sesama saudara muslim dari seluruh dunia.
Kelima rukun tersebut merupakan amal lahiriah sebagai perwujudan dari makna Islam itu sendiri, yaitu kepasrahan diri secara total kepada Allah. Artinya, kepasrahan sebagai makna Islam tidak hanya disimpan dalam hati, melainkan diwujudkan lewat perbuatan nyata yaitu kelima rukun Islam tersebut.

IMAN
Iman adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Keyakinan tersebut meliputi enam rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi dan rasul, hari akhir, qadla dan qadar.

Keenam rukun iman tersebut adalah bentuk amal batiniah sebagai wujud pengakuan hati manusia terhadap kebesaran Allah, yang nantinya akan mempengaruhi segala aktifitas yang dilakukan. Manusia adalah makhluk dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Keimanan akan membawa manusia ke titik penyadaran diri sebagai hamba Allah yang tunduk di bawah kekuasaan Allah.
Ketika keyakinan terhadap keenam rukun tersebut sudah tertanam dalam hati, maka tentu kita akan berusaha untuk menjalani kehidupan sesuai dengan koridor hukum Allah yang pada akhirnya akan membawa ke arah kehidupan yang berkualitas.

IHSAN
Ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah. Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita dilakukan dengan cara seolah kita berhadapan secara langsung dengan Allah. Cara ini akan membawa ibadah kita ke maqam (tingkat) yang lebih dekat kepada Allah dengan perasaan penuh harap, takut, khusyu’, ridlo dan ikhlas kepada Allah. Perasaan tersebut menjadikan ibadah yang kita lakukan tidak hanya sekadar menjadi kewajiban, tetapi merupakan kebutuhan jiwa dalam penghambaan diri kepada Allah.

Jika cara tersebut belum bisa kita lakukan, maka ibadah kita lakukan dengan keyakinkan bahwa Allah pasti melihat dan mengetahui semua yang kita lakukan. Dengan demikian, tentu kita akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah.

Hubungan antara Iman Islam dan Ihsan
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.

Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.
By: Ahmad M.

TANYA JAWAB
1. Assalammualaikum... Kenapa terkadang kalau kita berbuat kebaikan hati senang. Apa itu riya atau gembira karena udah berbuat baik ya ustadz?

Jawab: 
Ketika berbuat baik, mukmin sejatinya senantiasa semangat  beramal beribadah bersedekah karena Allah. Maka otomatis jiwa kita ikut bahagia. Sedangkan yang dinamakan riya itu beramal karena ingin dipuji manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa pendapatmu tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia mendapat pujian dari manusia?”. Beliau menjawab, “Itu adalah kenikmatan yang disegerakan bagi seorang mukmin“. (HR. Muslim (2642) dari hadits Abu Dzar)
Jadi ketika beramal sholih kita gembira itu nikmat bunda. Karena bekal kita menuju perjumpaan pada Allah sangat mbutuhkan  penyemaian kebaikan yang kelak akan kita panen di akhirat Insya Allah.

Perlu kita pahami, setiap kemudahan dan kelancaran urusan pribadi adalah bagian dari keberkahan kebaikan kita. Maka jangan berlepas dari pokok nya. Kalau kita menginginkn ujung nya yang indah. Hayya na' mal apapun rasa yang kita alami bermuara pada karenaNya.


2. Bagaimana mengenai adab bergaul dengan sesama?

Jawab: 
Adab erat kaitannya dengan perilaku. Biasanya adab berhubungan dengan latar budaya seseorang. Banyak kisah yang menceritakan bagaimana seseorang harus memperhatikan masalah adab maupun mengetahui budaya yang ada di sekitarnya. Budaya yang berbeda dapat menyebabkan kesalahpahaman antar sesama.

Dalam lembar sejarah Islam, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan para sahabatnya tentang tatakrama, mulai memberi salam, makan hingga berkunjung ke tempat orang lain. Rasulullah juga mempersiapkan salah seorang sahabatnya bila akan diutus menjadi duta ke suatu wilayah dengan menyuruhnya memperhatikan perilaku dan budaya yang berlaku disana. Oleh karena itu kita mengenal duta Islam pertama yaitu Mus’ab bin Umair. Beliau diutus untuk mempersiapkan hijrahnya Rasulullah SAW. 

Keberhasilan Mus’ab ini dapat dilihat dari masuknya seluruh masyarakat Madinah menyambut seruan itu dan bahkan menanti-nanti kedatangan Rasulullah SAW untuk tinggal bersama mereka. Selanjutnya terbukti bahwa penduduk Madinah menjadi penyokong utama da’wah Rasulullah SAW di kemudian hari.

Sebagai seorang muslim, adab dan perilaku dapat menjadi alat untuk berda’wah. Oleh karena itulah adab dan perilaku kita merujuk kepada Rasulullah SAW, karena dialah yang menjadi panutan umat Islam. Adab juga merupakan hasil dari pemahaman dan pengamalan kita terhadap nilai-nilai Islam yang kita ketahui. Dari lembar siroh kita dapat mengetahui bahwa kemuliaan akhlaq dan perilaku ini dapat melunakkan hati bahkan mengajak seseorang masuk ke dalam Islam dengan kesadarannya sendiri. Kisah seorang wanita yahudi yang selalu meludahi Rasulullah SAW setiap akan sholat ke Masjidil Haram kemudian tergerak hatinya masuk Islam karena Rasulullah SAW-lah yang pertama menjenguknya ketika dia sakit. Dari adab inilah cahaya Islam terpancar. Keutamaan dan kemuliaan Islam akan bersinar melalui adab-adab yang dimiliki umatnya.

II. Adab ketika akan bertemu dengan orang lain
1. Adab berpenampilan
Rasulullah SAW memberikan nasehat bagaimana seorang muslim berpenampilan:
“Sesungguhnya kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian (sesama muslim), maka perbaikilah kondisi perjalanan kalian, perindahlah pakaian kalian sehingga keadaan kalian seakan-akan wangi dalam pandangan manusia karena Allah tidak menyukai kejorokan dan sikap jorok.” (HR. Abu Daud)  
Rasulullah SAW juga memberi peringatan bagi seseorang yang tidak memperhatikan penampilannya ketika akan bertemu dengan orang lain, sabdanya: “Rasulullah datang berkunjung kepada kamikemudian beliau melihat seorang laki-laki yang pakainnya kotor lantas beliau bersabda, “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu untuk mencuci pakaiannya.” (HR. Imam Ahmad dan Nasa’i)

2. Adab menjaga kebersihan mulut
Masalah pakaian dan bau mulut ternyata bagian perhatian yang perlu dijaga. Rasulullah bersabda,
“Kalau sekiranya aku tidak khawatir memberatkan umatku, maka pastilah akan aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak wudhu.” (HR. Muslim)
Rasulullah SAW bersabda,
“Barang siapa yang memakan bawang merah, putih dan kurats (sejenis makanan yang meninggalkan bau yang menyengat), maka janganlah ia sekali-kali ia mendekati masjid. Malaikat merasa terganggu apa-apa yang mengganggu anak Adam.” (HR. Muslim) 
Bahkan bagi setiap laki-laki disunnahkan mandi dan memakai minyak wangi sebelum pergi sholat jum’at. Untuk kondisi sehari-hari Rasulullah mencontohkan bagaimana ia selalu menjaga kebersihan dan keharuman badannya. Dalam hal ini Anas bin Malik ra. berkata,
“Aku tidak pernah sama sekali mencium ambar dan mistik (aroma wewangian) yang lebih wangi dari yang tercium dari tubuh Rasulullah SAW.” (HR. Muslim)
3. Menjaga kebersihan rambut dan badan
Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga rambut mereka. Sabdanya,
“Siapa-siapa yang memiliki rambut maka hendaklah ia menghormatinya.” (HR. Abu Daud)
Maksud menghormati disini ialah membersihkannya (mencuci rambut), menyisirnya, memakaikan wewangian dan memperindah bentuk dan penampilannya.

Dalam hal membersihkan badan secara keseluruhan, Rasulullah SAW mengingatkan batas minimalnya.
“Adalah merupakan hak atas seorang muslim ketika mandi dalam seminggu, agar sehari daripadanya ia membasahi kepala (keramas) dan badannya.”  (HR. Mutafaqu’alaih)
Hadits diatas mengingatkan kita untuk membersihkan kepala kita dalam sepekan sehingga kepala dan kulit kepala kita bersih dan wangi sebagaimana tubuh kita.

III. Adab pergaulan sehari-hari

1. Adab meminta izin untuk masuk ke rumah orang lain
Islam sangat menghargai privacy seseorang. Oleh karena itu seorang muslim ketika akan berkunjung hendaklah memperhatikan masalah ini.
Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah kalian mendatangi rumah-rumah itu dari depan melainkan dari samping-sampingnya. Maka minta izinlah dan jika diizinkan bagi kalian maka masuklah, kalau tidak mendapat izin pulanglah.” (HR. Thabrani)
2. Mengucapkan salam
“Apabila salah seorang kalian sampai pada suatu majelis maka hendaklah ia mengucapkan salam, sebab bukanlah yang pertama lebih berhak dari yang terakhir.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi ia berkata hasan)
3. Adab dalam majelis
a. Hendaklah salah seorang mereka duduk di tempat yang mereka dapatkan di majelis tanpa merasa kurang dihormati/diremehkan. (HR. Abu Daud)
b. Tidak boleh dua orang yang sedang berbicara disela, kecuali dengan izin dari keduanya. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
c. Bila majelis itu penuh dan tidak ada tempat bagi yang baru datang maka Rasulullah menyuruh mereka untuk melonggarkan dan merapatkan diri agar orang tersebut dapat tempat. (HR. Al Khamsah)
d. Jika majelis tersebut bersifat khusus dan membicarakan masalah khusus, maka Rasulullah melarang orang lain bergabung dalam majelis tersebut.
e. Diantara adab majelis adalah hendaknya tidak menempati tempat duduk seseorang yang meninggalkannya sementara ada keperluan. (HR. Muslim)
f. Hendaknya dua orang tidak berbisik-bisik tanpa meminta izin dari orang ketiga karena akan membuat orang ketiga itu sakit hati/sedih. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Adab Makan
a. Membaca basmalah
b. Makan dengan tangan kanan
c. Memakan dari sisi yang depan
d. Tawadhu ketika makan
e. Tidak boleh mencela makanan
f. Tidak meniup makanan yang masih panas
g. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan

5. Adab Minum
a. Minum dengan tangan kanan
b. Minum sambil duduk
c. Berdo’a sebelum dan sesudah makan
d. Mendahulukan orang di sebelah kanan
e. Diharamkan makan dan minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak
6. Tata cara makan dan minum di tempat orang lain
a. Datang karena diundang
b. Tidak membawa orang yang tidak diundang
c. Menjaga harga diri
d. Berdo’a untuk pemilik hidangan
e. Bersegera pulang setelah menghadiri acara (tidak berlama-lama)
7. Dalam pergaulan sehari-hari ada beberapa yang perlu diperhatikan:
a. Mengucapkan dan menjawab salam
b. Berjabat tangan (hanya untuk sesama jenis)
c. Khalwah tidak diperkenankan karena menimbulkan fitnah

Referensi :  
1. Musthofa Muhammad Thahan, Pribadi Muslim Tangguh
2. Ziyad Abbas (ed.) Pilihan Hadits Politik, Ekonomi dan Sosial
3. Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim
4. Isnet, Urgensi Akhlaq 1
5. Materi Training Manajemen Da’wah Muslimah,   “Peran Muslimah dalam Da’wah”

3. Adab pergaulan dengan non islam
1. Dibolehkan melakukan kerjasama dlm hal hablum minannas (antar manusia dengan manusia) seperti perdagangan, pendidikan umum, pekerjaan, memberantas kebatilan, menolong orang yang dizhalimi, memberantas segala bahaya terhadap kemanusiaan, menjaga keamanan lingkungan, memperoleh barang bukti dan memberantas penyakit-penyakit menular, dan lain-lainnya. Tapi tidak boleh kerjasama dalam hal agama. Seperti ikut perayaan suatu agama, atau melakukan ibadah bersama. Ibadah bersama yang tidak dibolehkan ini tentu saja dalam konteks ibadah manusia ke Tuhan seperti sholat atau misa. Tapi ibadah antar manusia seperti saling memberikan hadiah/sedekah, senyum, mengucapkan salam, berbuat baik dan lain-lain dibolehkan.

Makanya dalam ibadah yang menyangkut perayaan hari besar agama, ada ulama berpendapat, tidak boleh mengucapkan selamat kepada non muslim saat perayaan agamanya. Tapi kalau untuk perayaan umum seperti kelahiran, naik jabatan, ulang tahun dan hal-hal umum lainnya maka dibolehkan. Karena perayaan agama seperti hari besar agama lain, itu udah dalam ranah aqidah. Tapi ada ulama lain yang berpendapat, boleh mengucapkan selamat tetapi tidak boleh mengikuti perayaannya. Toleransi umat Islam untuk non islam yang sedang merayakan hari besarnya adalah dengan tidak mengganggu, menghalang-halangi dan tidak ikut campur dalam perayaan tersebut.

Ini didasarkan surat al-kafirun:
1. Qul yaa ayyuhal kaafiruun.
Katakanlah: Hai orang-orang kafir,
2. Laa a'budu maa ta'buduun.
aku tidak menyembah apa yang kamu sembah.
3. Wa laa antum 'abiduuna maa a'bud.
Dan kamu tidak pula menyembah apa yang aku sembah,
4. Wa laa ana 'aabidum maa 'abattum.
dan aku bukan menyembah apa yang kamu sembah,
5. Wa laa antum 'aabiduuna maa a'bud.
Dan kamu tidak pula menyembah apa yang aku sembah
6. Lakum diinukum wa liya diin.
Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku.
Makanya letak toleransi umat muslim kepada non muslim dalam urusan agama adalah "Bagimu agamamu, bagiku agamaku".

2. Berlaku adil kepada mereka. Allah mewajibkan umat muslim menegakkan keadilan, baik ke sesama muslim maupun ke non muslim yang berbuat baik. Dan juga berbuat baik dengan bantuan finansial, memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pinjaman bagi mereka yang membutuhkan, menolong mereka dalam perkara-perkara yang mubah (boleh), berlemah-lembut dalam tutur kata, membalas ucapan selamat mereka (yang tidak terkait dengan akidah, seperti selamat belajar, selamat menikmati hidangan dan lain-lain)
Hal ini berdasarkan surat Al-Mumtahanah 60.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Surat Al Maidah ayat 8.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 
3. Berbuat baik dan berkata baik kepada non muslim, dan jikapun berdebat, berdebat dengan baik, tidak mencaci dan hal-hal buruk lainnya.
Surat Al Ankabut 46
“Janganlah engkau berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang terbaik, kecuali orang-orang yang zhalim di antara mereka.”
 Surat An-Nahl: 125.
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik."
4. Saya bekerja dilingkungan orang muslim.. "cina" mereka baik sekali dan saya nyaman berada diantara mereka. Saat saya lebaran ataupun puasa mereka sangat mendukung. Namun saat natal atau hari raya mereka takpernah sekalipun saya mengucapkan selamat kemereka.. Kemaren waktu imlek. Mereka minta saya untuk ikut merayakan tahun barunya. Saat itu saya benar-benar tidak bisa menolak ummi. Tapi perang batin di hati saya. Saya pernah mendengar  di Al-Qur'an kira-kira begini bunyinya. "Janganlah kalian bergaul dengan kaum nasrani atau yahudi sesungguhnya kalian adalah termasuk didalamnya" bagaimana ummi mohon masukan-masukannya.

Jawab:
Diajak makan bersama mereka bermuamalah tidak apa-apa. Yang ga boleh adalah perkara yang prinsip seperti menyangkut Aqidah. Dan apa yang umi yakini yaitu tidak mengucapkan selamat pada hari besar mereka itu sudah benar menurut syariat.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Allah mencela orang-orang yang memutuskan tali silaturahim dengan ibunya. Allah justru mewajibkan untuk menunaikan haknya meskipun ia seorang wanita kafir.
Ini berdasarkan firman Allah dalam surat An Nisa ayat 1”…dan (peliharalah) hubungan silaturrahim…”
Rasulullah bersabda:
  “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahim.” (HR. al-Imam Bukhari no. 5984, “Kitabul Adab”, Muslim no. 2556, “Kitab al-Bir wa ash-Shilah”)

An-Nisa ayat 36
 "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

5. Ummi dian,Assalamu'alaikum. Sebelumnya sedikit bercerita, saya diberi kesempatan untuk kuliah s2. Harapkan besar orang tua saya adalah  ilmu yg saya dapatkan bisa diamalkan kepada orang lain dengan jalan saya bekerja menjadi dosen. Sedangkan suami saya menyarankan saya kerja di rumah. Saya pernah baca mengenai ilmu yg tidak diamalkan akan dimintai pertanggungjawabannya. Pertanyaan saya, apa yang harus saya prioritaskan? apakah memberi penjelasan dan dispensasi dari suami untuk mengamalkan ilmu dengan cara menjadi dosen dan bekerja di luar (dengan menrima kerja setengah hari/dosen tidak tetap) ataukah memilih bekerja di rumah saja?

Jawab:
Waalaikumussalam warahmatullah wabarokaatuh
Baiklah... Intinya ngobrollah dg baik.  Dengan orang tua.. Karena skg sudah bersuami shg ketaatan syurga dan ridho Allah adalah bakti istri kpd suaminya.  Kencangkan jg hablumminallah agar dimantapkan dan dikuatkan ketika ada hati bergejolak. Shg  hablumminanas  pd ortu dan suami/ lainnya pun teraih.
Komunikasikan semuanya dg baik. Perlakukan dg ma'ruf,  lakukan kwjbn  sbgai istri sholiha dg baik.
6.Untuk prihal ilmu yg tidak diamalkan bagaimana ya um?  Apakah saya berdosa? atau ilmu yg harus diamalkan  itu dikhususkan ilmu agama saja?

jawab:
semua ilmu yang kita pelajari baik agama atau umum kelak akan dimintai pertanggung jawabannya pada Allah kelak. Alangkah indahnya jika ilmu yg kita miliki di seimbangkan dengan kebaikan ilmu yg bermanfaat mengantar ke akhirat lebih selamat.  
Dmnpun tempatnya di bumi Allah. Ada doanya umm...  Tdk harus di Universitas, Slama masih terhampar hijaunya bumi Allah..... Ada doa..... """allahumma innaa nas'aluka 'ilman naafi'an wa 'amalan shooliham mutaqobbala.
7. Umi tiwi Umi citra,ikut nanya. Jika saya niat bersedekah atas nama ibu yang sudah almarhumah.
Dengan tujuan sedekah tersebut bisa membantu menambah amal almarhumah ibundaku,apakah sedekah tersebut bisa dibilang beramal krn sebab makhluk ?
Jk sedekah tersebut diterima oleh Alloh,apakah saya juga mendapat pahalanya ?
Jazaakillah.

Jawab:
Dengan niat baik tulus karena Allah kita bersedekah. Karena ingin berbakti kpd Allah dan birrul walidain kita  pd ( ibu) mk amalannya diterima... Doa anak sholih yg mdoakan org tua. Amal jariah dan ilmu yg bermanfaat kita bs mgngkat derajat org tua kita di akhirat...
Kita akhiri dg mbc doa pnutup majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
الحمد لله
ﺟﺰﺍﻛﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ
Mohon maaf jika ada yg tdk d sengaja ada yg kurang berkenan  ana mhn maaf dan mhn diikhlaskan. Sebelum bubuk.. Dekap hangat dekap dlm doa doa terbaik  salam hangat. Uhibbukum fillah...
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ

====================================
Hari/Tanggal : Rabu,25 Pebruari 2015
Narasumber :Ustdzah Citra
Judul Kajian :Ihsanul amal
Notulen :Nadliroh
Editor : Ana Trienta

Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT

0 komentar:

Post a Comment

Ketik Materi yang anda cari !!