Rukun
iman adalah pondasinya dan rukun Islam adalah bangunannya. Sedangkan ihsan adalah
beribadah seolah-olah melihat Allah atau meyakini bahwa Allah selalu melihat
dan mengawasi hamba-Nya. Ihsan merupakan perbuatan terbaik dan
berkualitas, berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan keislaman
seseorang. Jika seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal Islam terbaik berupa
rukun iman dan rukun Islam atau yang diluar dari keduanya akan terpelihara dan
tahan lama sesuai dengan fungsinya sebagai atap bangunan Islam. Alangkah
beruntungnya seorang mukmin yang catatan amalnya paling panjang, paling tinggi
dan paling banyak tentang catatan ihsannya dalam ibadah.
Ihsan
adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari-Nya. Rukun Ihsan dianalogikan sebagai atap bangunan Islam dan menempati
tingkat lebih tinggi daripada rukun iman dan rukun Islam.
Kali ini ijin kan berbagi bagaimana kita berbuat baik dalam setiap keadaan.
Ihsanul Amal adalah bagaimana kita berakhlak yang baik, berbuat yang baik dalam setiap aktivitas terutama ibadah.
IMAN-ISLAM-IHSAN
Ada dua
alasan mengapa orang harus berbuat ihsan:
1. Adanya
Monitoring Allah (Muraqabatullah)
Dalam HR.
Muslim dikisahkan jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya malaikat Jibril yang
menyamar sebagai manusia, tentang definisi ihsan: “Mengabdilah kamu kepada
Allah seakan-akan kamu melihat Dia. Jika kamu tidak melihatNya, sesungguhnya
Dia meIihatmu”. (HR. MUSLIM)
2. Adanya Kebaikan Allah (Ihsanullah)
Allah
telah memberikan nikmatnya yang besar kepada semua makhlukNya (QS. 28:77 dan QS.
108: 1-3).
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS: Al-Qashash Ayat: 77)
إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَرَ
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak" (QS: Al-Kautsar Ayat: 1)
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkobanlah" (QS: Al-Kautsar Ayat: 2)
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ
"Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus" (QS: Al-Kautsar Ayat: 3)Ihsan inilah yang diperintahkan oleh Allah kepada Qarun, namun dia menolak dengan sombong dan berdalih bahwa nikmat kekayaan yang diperolehnya karena ilmu dan kepintarannya. (QS. Al-Qashash : 77-78)
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِىٓ ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِۦ مِنَ ٱلْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْـَٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ ٱلْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka" (QS: Al-Qashash Ayat: 78)
Dengan
mengingat Muraqabatullah dan Ihsanullah, maka sudah selayaknya kita ber-Ihsanun
Niyah (berniat yang baik). Karena niat yang baik akan mengarahkan kita kepada:
1.
Ikhlasun Niyat (Niat yang Ikhlas)
2.
Itqonul ‘Amal (Amal yang rapi)
3.
Jaudatul Adaa’ (Penyelesalan yang baik)
Jika
seseorang beramal dan memenuhi kriteria di atas, maka ia telah memiliki Ihsanul
‘Amal (Amal yang ihsan).
Berdasarkan
nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada
setiap tingkatan derajatnya masing-masing seorang hamba tidak dapat
mengukurnya. Karena itulah, kita berlomba untuk meraihnya.
Tugas kitalah untuk menemukannya agar hidup menjadi lebih bermakna. Mari, sesibuk apa pun aktivitas kita; sesantai apa pun waktu luang yang kita punya, sesakit apa pun penyakit yang menimpa kita; atau sesehat apa pun jasmani yang selalu terjaga; maka sudah saatnya kita menjeda sejenak, mengambil waktu untuk mengoreksi ulang tentang keberislaman kita.
Dalam keseharian seorang Muslim, ditinjau dari kualitas dan sifat amalnya, ia terbagi kepada dua yaitu amal rutinitas dan amal ihsan. Amal rutinitas adalah suatu perbuatan; baik bersifat wajib ataupun sunnah yang dipahami sebatas hal yang mesti dilakukan.
Pemahaman tidak berlanjut pada bagaimana agar perintah tersebut dapat dikerjakan dengan kualitas yang istimewa.
Sedangkan amal ihsan adalah amal yang dilandasi pemahaman terhadap sabda Rasulullah SAW :
”…Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, namun jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu…” (HR. Muslim)
Dalam
hadits, Islam dijelaskan dengan penjabaran 5 rukun Islam, yaitu syahadat,
shalat, zakat, puasa dan haji.
Syahadat merupakan kesaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Shalat merupakan bentuk hubungan vertikal secara langsung antara hamba dengan sang Khalik. Zakat adalah wujud kepedulian sosial terhaadap sesama manusia. Puasa merupakan ujian melawan hawa nafsu. Dan haji adalah ajang mempererat ukhuwah islamiyah dengan sesama saudara muslim dari seluruh dunia.
Kelima
rukun tersebut merupakan amal lahiriah sebagai perwujudan dari makna Islam itu
sendiri, yaitu kepasrahan diri secara total kepada Allah. Artinya, kepasrahan sebagai
makna Islam tidak hanya disimpan dalam hati, melainkan diwujudkan lewat
perbuatan nyata yaitu kelima rukun Islam tersebut.
IMAN
Iman adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan diwujudkan dalam amal perbuatan. Keyakinan tersebut meliputi enam rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab, nabi dan rasul, hari akhir, qadla dan qadar.
Keenam
rukun iman tersebut adalah bentuk amal batiniah sebagai wujud pengakuan hati
manusia terhadap kebesaran Allah, yang nantinya akan mempengaruhi segala
aktifitas yang dilakukan. Manusia adalah makhluk dengan segala kelebihan dan kekurangan
yang ada. Keimanan akan membawa manusia ke titik penyadaran diri sebagai hamba
Allah yang tunduk di bawah kekuasaan Allah.
Ketika
keyakinan terhadap keenam rukun tersebut sudah tertanam dalam hati, maka tentu
kita akan berusaha untuk menjalani kehidupan sesuai dengan koridor hukum Allah yang
pada akhirnya akan membawa ke arah kehidupan yang berkualitas.
IHSAN
Ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah. Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita dilakukan dengan cara seolah kita berhadapan secara langsung dengan Allah. Cara ini akan membawa ibadah kita ke maqam (tingkat) yang lebih dekat kepada Allah dengan perasaan penuh harap, takut, khusyu’, ridlo dan ikhlas kepada Allah. Perasaan tersebut menjadikan ibadah yang kita lakukan tidak hanya sekadar menjadi kewajiban, tetapi merupakan kebutuhan jiwa dalam penghambaan diri kepada Allah.
Jika cara tersebut belum bisa kita lakukan, maka ibadah kita lakukan dengan keyakinkan bahwa Allah pasti melihat dan mengetahui semua yang kita lakukan. Dengan demikian, tentu kita akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah.
Hubungan antara Iman Islam dan Ihsan
Islam,
Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.
Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian
diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun
Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yang menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.
By: Ahmad
M.
TANYA JAWAB
1.
Assalammualaikum... Kenapa terkadang kalau kita berbuat kebaikan hati senang.
Apa itu riya atau gembira karena udah berbuat baik ya ustadz?
Jawab:
Ketika berbuat baik, mukmin sejatinya senantiasa semangat beramal beribadah bersedekah karena Allah. Maka otomatis jiwa kita ikut bahagia. Sedangkan yang dinamakan riya itu beramal karena ingin dipuji manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apa pendapatmu tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia mendapat pujian dari manusia?”. Beliau menjawab, “Itu adalah kenikmatan yang disegerakan bagi seorang mukmin“. (HR. Muslim (2642) dari hadits Abu Dzar)
Jadi
ketika beramal sholih kita gembira itu nikmat bunda. Karena bekal kita menuju
perjumpaan pada Allah sangat mbutuhkan penyemaian kebaikan yang kelak
akan kita panen di akhirat Insya Allah.
Perlu kita pahami, setiap kemudahan dan kelancaran urusan pribadi adalah bagian dari keberkahan kebaikan kita. Maka jangan berlepas dari pokok nya. Kalau kita menginginkn ujung nya yang indah. Hayya na' mal apapun rasa yang kita alami bermuara pada karenaNya.
2. Bagaimana mengenai adab bergaul dengan sesama?
Jawab:
Adab erat kaitannya dengan perilaku. Biasanya adab berhubungan dengan latar budaya seseorang. Banyak kisah yang menceritakan bagaimana seseorang harus memperhatikan masalah adab maupun mengetahui budaya yang ada di sekitarnya. Budaya yang berbeda dapat menyebabkan kesalahpahaman antar sesama.
Dalam lembar sejarah Islam, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan para sahabatnya tentang tatakrama, mulai memberi salam, makan hingga berkunjung ke tempat orang lain. Rasulullah juga mempersiapkan salah seorang sahabatnya bila akan diutus menjadi duta ke suatu wilayah dengan menyuruhnya memperhatikan perilaku dan budaya yang berlaku disana. Oleh karena itu kita mengenal duta Islam pertama yaitu Mus’ab bin Umair. Beliau diutus untuk mempersiapkan hijrahnya Rasulullah SAW.
Keberhasilan Mus’ab ini dapat dilihat dari masuknya seluruh masyarakat Madinah menyambut seruan itu dan bahkan menanti-nanti kedatangan Rasulullah SAW untuk tinggal bersama mereka. Selanjutnya terbukti bahwa penduduk Madinah menjadi penyokong utama da’wah Rasulullah SAW di kemudian hari.
Sebagai seorang muslim, adab dan perilaku dapat menjadi alat untuk berda’wah. Oleh karena itulah adab dan perilaku kita merujuk kepada Rasulullah SAW, karena dialah yang menjadi panutan umat Islam. Adab juga merupakan hasil dari pemahaman dan pengamalan kita terhadap nilai-nilai Islam yang kita ketahui. Dari lembar siroh kita dapat mengetahui bahwa kemuliaan akhlaq dan perilaku ini dapat melunakkan hati bahkan mengajak seseorang masuk ke dalam Islam dengan kesadarannya sendiri. Kisah seorang wanita yahudi yang selalu meludahi Rasulullah SAW setiap akan sholat ke Masjidil Haram kemudian tergerak hatinya masuk Islam karena Rasulullah SAW-lah yang pertama menjenguknya ketika dia sakit. Dari adab inilah cahaya Islam terpancar. Keutamaan dan kemuliaan Islam akan bersinar melalui adab-adab yang dimiliki umatnya.
II. Adab
ketika akan bertemu dengan orang lain
1. Adab
berpenampilan
Rasulullah
SAW memberikan nasehat bagaimana seorang muslim berpenampilan:
“Sesungguhnya kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian (sesama muslim), maka perbaikilah kondisi perjalanan kalian, perindahlah pakaian kalian sehingga keadaan kalian seakan-akan wangi dalam pandangan manusia karena Allah tidak menyukai kejorokan dan sikap jorok.” (HR. Abu Daud)
Rasulullah
SAW juga memberi peringatan bagi seseorang yang tidak memperhatikan
penampilannya ketika akan bertemu dengan orang lain, sabdanya: “Rasulullah datang berkunjung kepada
kamikemudian beliau melihat seorang laki-laki yang pakainnya kotor lantas
beliau bersabda, “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu untuk mencuci
pakaiannya.” (HR. Imam Ahmad dan
Nasa’i)
2. Adab menjaga kebersihan mulut
Masalah
pakaian dan bau mulut ternyata bagian perhatian yang perlu dijaga. Rasulullah
bersabda,
“Kalau sekiranya aku tidak khawatir memberatkan umatku, maka pastilah akan aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak wudhu.” (HR. Muslim)
Rasulullah
SAW bersabda,
“Barang siapa yang memakan bawang merah, putih dan kurats (sejenis makanan yang meninggalkan bau yang menyengat), maka janganlah ia sekali-kali ia mendekati masjid. Malaikat merasa terganggu apa-apa yang mengganggu anak Adam.” (HR. Muslim)
Bahkan
bagi setiap laki-laki disunnahkan mandi dan memakai minyak wangi sebelum pergi
sholat jum’at. Untuk kondisi sehari-hari Rasulullah mencontohkan bagaimana ia
selalu menjaga kebersihan dan keharuman badannya. Dalam hal ini Anas bin Malik
ra. berkata,
“Aku tidak pernah sama sekali mencium ambar dan mistik (aroma wewangian) yang lebih wangi dari yang tercium dari tubuh Rasulullah SAW.” (HR. Muslim)
3. Menjaga
kebersihan rambut dan badan
Rasulullah
SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga rambut mereka. Sabdanya,
“Siapa-siapa yang memiliki rambut maka hendaklah ia menghormatinya.” (HR. Abu Daud)
Maksud
menghormati disini ialah membersihkannya (mencuci rambut), menyisirnya,
memakaikan wewangian dan memperindah bentuk dan penampilannya.
Dalam hal membersihkan badan secara keseluruhan, Rasulullah SAW mengingatkan batas minimalnya.
“Adalah merupakan hak atas seorang muslim ketika mandi dalam seminggu, agar sehari daripadanya ia membasahi kepala (keramas) dan badannya.” (HR. Mutafaqu’alaih)
Hadits
diatas mengingatkan kita untuk membersihkan kepala kita dalam sepekan sehingga
kepala dan kulit kepala kita bersih dan wangi sebagaimana tubuh kita.
III. Adab pergaulan sehari-hari
1. Adab meminta izin untuk masuk ke rumah orang lain
Islam
sangat menghargai privacy seseorang. Oleh karena itu seorang muslim ketika akan
berkunjung hendaklah memperhatikan masalah ini.
Rasulullah
SAW bersabda,
“Janganlah kalian mendatangi rumah-rumah itu dari depan melainkan dari samping-sampingnya. Maka minta izinlah dan jika diizinkan bagi kalian maka masuklah, kalau tidak mendapat izin pulanglah.” (HR. Thabrani)
2. Mengucapkan
salam
“Apabila salah seorang kalian sampai pada suatu majelis maka hendaklah ia mengucapkan salam, sebab bukanlah yang pertama lebih berhak dari yang terakhir.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi ia berkata hasan)
3. Adab
dalam majelis
a. Hendaklah
salah seorang mereka duduk di tempat yang mereka dapatkan di majelis tanpa
merasa kurang dihormati/diremehkan. (HR.
Abu Daud)
b. Tidak
boleh dua orang yang sedang berbicara disela, kecuali dengan izin dari
keduanya. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
c. Bila
majelis itu penuh dan tidak ada tempat bagi yang baru datang maka Rasulullah
menyuruh mereka untuk melonggarkan dan merapatkan diri agar orang tersebut
dapat tempat. (HR. Al Khamsah)
d. Jika
majelis tersebut bersifat khusus dan membicarakan masalah khusus, maka
Rasulullah melarang orang lain bergabung dalam majelis tersebut.
e. Diantara
adab majelis adalah hendaknya tidak menempati tempat duduk seseorang yang
meninggalkannya sementara ada keperluan. (HR.
Muslim)
f. Hendaknya
dua orang tidak berbisik-bisik tanpa meminta izin dari orang ketiga karena akan
membuat orang ketiga itu sakit hati/sedih. (HR.
Bukhari dan Muslim)
4. Adab Makan
a. Membaca
basmalah
b. Makan
dengan tangan kanan
c. Memakan
dari sisi yang depan
d. Tawadhu
ketika makan
e. Tidak
boleh mencela makanan
f. Tidak
meniup makanan yang masih panas
g. Mencuci
tangan sebelum makan dan sesudah makan
5. Adab Minum
a. Minum
dengan tangan kanan
b. Minum
sambil duduk
c. Berdo’a
sebelum dan sesudah makan
d. Mendahulukan
orang di sebelah kanan
e. Diharamkan
makan dan minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak
6. Tata
cara makan dan minum di tempat orang lain
a. Datang
karena diundang
b. Tidak
membawa orang yang tidak diundang
c. Menjaga
harga diri
d. Berdo’a
untuk pemilik hidangan
e. Bersegera
pulang setelah menghadiri acara (tidak berlama-lama)
7. Dalam
pergaulan sehari-hari ada beberapa yang perlu diperhatikan:
a. Mengucapkan
dan menjawab salam
b. Berjabat
tangan (hanya untuk sesama jenis)
c. Khalwah
tidak diperkenankan karena menimbulkan fitnah
Referensi :
1.
Musthofa Muhammad Thahan, Pribadi Muslim Tangguh
2.
Ziyad Abbas (ed.) Pilihan Hadits Politik, Ekonomi dan Sosial
3.
Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim
4.
Isnet, Urgensi Akhlaq 1
5.
Materi Training Manajemen Da’wah Muslimah, “Peran Muslimah dalam
Da’wah”
3. Adab pergaulan dengan non islam
1.
Dibolehkan melakukan kerjasama dlm hal hablum minannas (antar manusia dengan manusia)
seperti perdagangan, pendidikan umum, pekerjaan, memberantas kebatilan,
menolong orang yang dizhalimi, memberantas segala bahaya terhadap kemanusiaan,
menjaga keamanan lingkungan, memperoleh barang bukti dan memberantas
penyakit-penyakit menular, dan lain-lainnya. Tapi tidak boleh kerjasama dalam hal
agama. Seperti ikut perayaan suatu agama, atau melakukan ibadah bersama. Ibadah
bersama yang tidak dibolehkan ini tentu saja dalam konteks ibadah manusia ke Tuhan
seperti sholat atau misa. Tapi ibadah antar manusia seperti saling memberikan
hadiah/sedekah, senyum, mengucapkan salam, berbuat baik dan lain-lain dibolehkan.
Makanya dalam
ibadah yang menyangkut perayaan hari besar agama, ada ulama berpendapat, tidak boleh
mengucapkan selamat kepada non muslim saat perayaan agamanya. Tapi kalau untuk
perayaan umum seperti kelahiran, naik jabatan, ulang tahun dan hal-hal umum
lainnya maka dibolehkan. Karena perayaan agama seperti hari besar agama lain, itu
udah dalam ranah aqidah. Tapi ada ulama lain yang berpendapat, boleh mengucapkan
selamat tetapi tidak boleh mengikuti perayaannya. Toleransi umat Islam untuk non
islam yang sedang merayakan hari besarnya adalah dengan tidak mengganggu, menghalang-halangi dan
tidak ikut campur dalam perayaan tersebut.
Ini didasarkan surat al-kafirun:
Ini didasarkan surat al-kafirun:
1. Qul
yaa ayyuhal kaafiruun.
Katakanlah:
Hai orang-orang kafir,
2. Laa
a'budu maa ta'buduun.
aku tidak
menyembah apa yang kamu sembah.
3. Wa laa
antum 'abiduuna maa a'bud.
Dan kamu
tidak pula menyembah apa yang aku sembah,
4. Wa laa
ana 'aabidum maa 'abattum.
dan aku
bukan menyembah apa yang kamu sembah,
5. Wa laa
antum 'aabiduuna maa a'bud.
Dan kamu
tidak pula menyembah apa yang aku sembah
6. Lakum
diinukum wa liya diin.
Bagi kamu
agama kamu dan bagiku agamaku.
Makanya
letak toleransi umat muslim kepada non muslim dalam urusan agama adalah
"Bagimu agamamu, bagiku agamaku".
2. Berlaku adil kepada mereka. Allah mewajibkan umat muslim menegakkan keadilan, baik ke sesama muslim maupun ke non muslim yang berbuat baik. Dan juga berbuat baik dengan bantuan finansial, memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pinjaman bagi mereka yang membutuhkan, menolong mereka dalam perkara-perkara yang mubah (boleh), berlemah-lembut dalam tutur kata, membalas ucapan selamat mereka (yang tidak terkait dengan akidah, seperti selamat belajar, selamat menikmati hidangan dan lain-lain)
Hal ini
berdasarkan surat Al-Mumtahanah 60.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Surat Al
Maidah ayat 8.
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
3.
Berbuat baik dan berkata baik kepada non muslim, dan jikapun berdebat, berdebat dengan baik, tidak mencaci dan hal-hal buruk lainnya.
Surat Al
Ankabut 46
“Janganlah engkau berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang terbaik, kecuali orang-orang yang zhalim di antara mereka.”
Surat
An-Nahl: 125.
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik."
4. Saya
bekerja dilingkungan orang muslim.. "cina" mereka baik sekali dan
saya nyaman berada diantara mereka. Saat saya lebaran ataupun puasa mereka
sangat mendukung. Namun saat natal atau hari raya mereka takpernah sekalipun
saya mengucapkan selamat kemereka.. Kemaren waktu imlek. Mereka minta saya
untuk ikut merayakan tahun barunya. Saat itu saya benar-benar tidak bisa menolak ummi.
Tapi perang batin di hati saya. Saya pernah mendengar di Al-Qur'an kira-kira begini
bunyinya. "Janganlah kalian bergaul dengan kaum nasrani atau yahudi
sesungguhnya kalian adalah termasuk didalamnya" bagaimana ummi mohon
masukan-masukannya.
Jawab:
Diajak makan bersama mereka bermuamalah tidak apa-apa. Yang ga boleh adalah perkara yang prinsip seperti menyangkut Aqidah. Dan apa yang umi yakini yaitu tidak mengucapkan selamat pada hari besar mereka itu sudah benar menurut syariat.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Allah mencela orang-orang yang memutuskan tali silaturahim dengan ibunya. Allah justru mewajibkan untuk menunaikan haknya meskipun ia seorang wanita kafir.
Ini
berdasarkan firman Allah dalam surat An Nisa ayat 1”…dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim…”
Rasulullah
bersabda:
“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahim.” (HR. al-Imam
Bukhari no. 5984, “Kitabul Adab”, Muslim no. 2556, “Kitab al-Bir wa
ash-Shilah”)
An-Nisa ayat 36
"Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil,
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri.”
5. Ummi dian,Assalamu'alaikum. Sebelumnya sedikit bercerita, saya diberi kesempatan untuk kuliah s2. Harapkan besar orang tua saya adalah ilmu yg saya dapatkan bisa diamalkan kepada orang lain dengan jalan saya bekerja menjadi dosen. Sedangkan suami saya menyarankan saya kerja di rumah. Saya pernah baca mengenai ilmu yg tidak diamalkan akan dimintai pertanggungjawabannya. Pertanyaan saya, apa yang harus saya prioritaskan? apakah memberi penjelasan dan dispensasi dari suami untuk mengamalkan ilmu dengan cara menjadi dosen dan bekerja di luar (dengan menrima kerja setengah hari/dosen tidak tetap) ataukah memilih bekerja di rumah saja?
Jawab:
Waalaikumussalam warahmatullah wabarokaatuh
Baiklah...
Intinya ngobrollah dg baik. Dengan orang tua.. Karena skg sudah bersuami
shg ketaatan syurga dan ridho Allah adalah bakti istri kpd suaminya.
Kencangkan jg hablumminallah agar dimantapkan dan dikuatkan ketika ada hati
bergejolak. Shg hablumminanas pd ortu dan suami/ lainnya pun
teraih.
Komunikasikan
semuanya dg baik. Perlakukan dg ma'ruf, lakukan kwjbn sbgai istri
sholiha dg baik.
6.Untuk
prihal ilmu yg tidak diamalkan bagaimana ya um? Apakah saya berdosa? atau ilmu
yg harus diamalkan itu dikhususkan ilmu agama saja?
jawab:
jawab:
semua ilmu yang kita pelajari baik agama atau umum kelak akan
dimintai pertanggung jawabannya pada Allah kelak. Alangkah indahnya jika ilmu yg
kita miliki di seimbangkan dengan kebaikan ilmu yg bermanfaat mengantar ke akhirat
lebih selamat.
Dmnpun tempatnya di bumi Allah. Ada doanya umm... Tdk harus di Universitas, Slama masih terhampar hijaunya bumi Allah..... Ada doa..... """allahumma innaa nas'aluka 'ilman naafi'an wa 'amalan shooliham mutaqobbala.
Dmnpun tempatnya di bumi Allah. Ada doanya umm... Tdk harus di Universitas, Slama masih terhampar hijaunya bumi Allah..... Ada doa..... """allahumma innaa nas'aluka 'ilman naafi'an wa 'amalan shooliham mutaqobbala.
7. Umi tiwi Umi citra,ikut nanya. Jika saya
niat bersedekah atas nama ibu yang sudah almarhumah.
Dengan tujuan
sedekah tersebut bisa membantu menambah amal almarhumah ibundaku,apakah sedekah tersebut bisa
dibilang beramal krn sebab makhluk ?
Jk
sedekah tersebut diterima oleh Alloh,apakah saya juga mendapat pahalanya ?
Jazaakillah.
Jawab:
Jawab:
Dengan niat baik tulus karena Allah kita bersedekah. Karena ingin
berbakti kpd Allah dan birrul walidain kita pd ( ibu) mk amalannya
diterima... Doa anak sholih yg mdoakan org tua. Amal jariah dan ilmu yg
bermanfaat kita bs mgngkat derajat org tua kita di akhirat...
Kita
akhiri dg mbc doa pnutup majelis
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
الحمد لله
ﺟﺰﺍﻛﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ
Mohon maaf jika ada yg tdk d sengaja ada yg kurang
berkenan ana mhn maaf dan mhn diikhlaskan. Sebelum bubuk.. Dekap hangat
dekap dlm doa doa terbaik salam hangat. Uhibbukum fillah...
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
====================================
Hari/Tanggal : Rabu,25 Pebruari 2015
Narasumber
:Ustdzah Citra
Judul
Kajian :Ihsanul amal
Notulen
:Nadliroh
Editor : Ana Trienta
Editor : Ana Trienta
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment