Kajian Online WA Hamba الله SWT
Rabu ,13 Januari 2016
Narasumber : Ustadzah Tia
Rekapan Grup Nanda M108 (Riza)
Tema : Kajian Islam
Editor : Rini Ismayanti
BOLEHKAH
WANITA MEMAKAI PAKAIAN WARNA WARNI ?
Sebagian orang
menganggap bahwa wanita muslimah hanya boleh memakai pakaian hitam atau gelap
saja. Kadang mereka merendahkan para muslimah yang memakai pakaian berwarna
selain gelap, betapa pun jilbabnya dan baju kurungnya begitu lebar dan panjang
sempurna, dan mereka tetap menjaga diri dan kehormatannya.
Muslimah berpakaian
warna hitam dan gelap, memang umum dipakai oleh wanita pada masa dulu, dan masa
kini disebagian negara, tentunya ini memiliki keutamaan, tetapi mereka tidak
terlarang memakai pakaian berwarna selain hitam dan gelap, seperti hijau,
kuning, dan bermotif.
Sebelum kami sampaikan
dalil-dalil, akan kami sampaikan sebuah ulasan bagus dari seorang ulama, yakni
Al Hafizh Ibnu HajarRahimahullah, katanya : “Sesungguhnya pembuat syariat
tidaklah membatasi warna tertentu bagi pakaian laki-laki dan pakaian wanita.
Kadar perhiasan yang serasi pada pakaian tunduk pada tradisi kaum muslimin pada
setiap negara. Dapat dimaklumi dan disaksikan pasa sekarang ini, dan di semua
masa, bahwa hiasan atau warna yang berlaku di antara wanita mukmin pada umumnya
dapat diterima oleh ulama mereka di suatu tempat, mungkin terasa aneh bagi kaum
muslimin di tempat lain, dan mungkin mereka malah mengingkarinya.
Sebagaimana warnadan
model berbeda dari satu masa ke masa lain di satu daerah. Benarlahkata Imam Ath
Thabari yang mengatakan, “… Sesungguhnya menjaga model zaman termasuk muru’ah
(harga diri) selama tidak mengandung dosa dan menyelisihi model serupa dalam
rangka mencari ketenaran.” (Fathul Bari, 12/424)
Seolah wanita-wanita ini kurang shalihah dan ‘iffah hanya karena masalah warna pakaiannya. Sikap tersebut adalah ghuluw (berlebihan) dan tidak benar, serta bertentangan dengan fakta sejarah yang dilalui wanita-wanita terbaik umat ini pada masa awal Islam.
Berikut ini akan kami sampaikan beberapa atsar yang tsaabit (kuat) tentang para shahabiyah yang memakai pakaian dengan beragam warna.
Riwayat pertama:
Warna merah
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَال
حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ الْعَوَّامِ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، أَنَّهُ كَانَ يَدْخُلُ مَعَ عَلْقَمَةَ، وَالْأَسْوَدِ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَيَرَاهُنَّ فِي اللُّحُفِ الْحُمْرِ»، قَالَ: وَكَانَ إِبْرَاهِيمُ لَا يَرَى بِالْمُعَصْفَرِ بَأْسًاBerkata kepada kami Abu Bakar, katanya: berkata kepada kami ‘Abbadbin Al ‘Awwam, dari Sa’id, dari Abu Ma’syar, dari Ibrahim (An Nakha’i, pen), bahwa dia bersama ‘Alqamah dan Al Aswad menemui istri-istri Nabi ﷺ: mereka berdua melihat istri-istri nabimemakai mantel berwarna merah. Ibrahim An Nakha’i berpendapat tidak apa-apa pula memakai celupan ‘ushfur (warnanya merah, pen). (Imam Ibnu Abi Syaibah,Al MushannafNo. 24739)Mujahid berkata:أَنَّهُمْ كَانُوا لَا يَرَوْنَ بَأْسًا بِالْحُمْرَةِ لِلنِّسَاءِMereka (para sahabat nabi) tidak mempermasalahkan wanita memakaiwarna merah. (Ibid, No. 24740)
Warna merah
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَال
حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ الْعَوَّامِ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، أَنَّهُ كَانَ يَدْخُلُ مَعَ عَلْقَمَةَ، وَالْأَسْوَدِ عَلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَيَرَاهُنَّ فِي اللُّحُفِ الْحُمْرِ»، قَالَ: وَكَانَ إِبْرَاهِيمُ لَا يَرَى بِالْمُعَصْفَرِ بَأْسًاBerkata kepada kami Abu Bakar, katanya: berkata kepada kami ‘Abbadbin Al ‘Awwam, dari Sa’id, dari Abu Ma’syar, dari Ibrahim (An Nakha’i, pen), bahwa dia bersama ‘Alqamah dan Al Aswad menemui istri-istri Nabi ﷺ: mereka berdua melihat istri-istri nabimemakai mantel berwarna merah. Ibrahim An Nakha’i berpendapat tidak apa-apa pula memakai celupan ‘ushfur (warnanya merah, pen). (Imam Ibnu Abi Syaibah,Al MushannafNo. 24739)Mujahid berkata:أَنَّهُمْ كَانُوا لَا يَرَوْنَ بَأْسًا بِالْحُمْرَةِ لِلنِّسَاءِMereka (para sahabat nabi) tidak mempermasalahkan wanita memakaiwarna merah. (Ibid, No. 24740)
Ibnu Abi Malikah berkata:
رَأَيْت
ُ عَلَى أُمِّ سَلَمَةَ دِرْعًا، وَمِلْحَفَةً مُصَبَّغَتَيْنِ بِالْعُصْفُر
ِAku melihat
Ummu Salamah (Istri nabi) memakai baju pelindung dan mantel yang keduanya dicelup dengan ‘ushfur (warnanya merah). (IbidNo. 24741)Al Qasim (cucu Abu Bakar Ash Shiddiq) berkata:
أَنَّ عَائِشَةَ، كَانَت
ْ تَلْبَسُ الثِّيَابَ الْمُعَصْفَرَةَ، وَهِيَ مُحْرِمَةٌBahwasanya, Aisyah dahulu memakai pakaian hasil celupan ‘ushfur dan saat itu dia sedang ihram. (Ibid, No. 24742. Juga oleh Imam Al Bukhari dalam Shahihnya secara mu’allaq, 2/137. Al Hafizh mengatakan: sanadnya shahih.Fathul Bari, 3/405. Juga Al Qasthalani dalamIrsyad As Sari, 3/111)Fathimah binti Mundzir berkata:أَنَّ أَسْمَاءَ كَانَتْ تَلْبَسُ الْمُعَصْفَرَ، وَهِيَ مُحْرِمَةٌ
Bahwa Asma dahulu
memakai pakaian yang tercelup ‘ushfur dan diasedang
ihram. (Ibid, No. 24745)Sa’id bin Jubair
bercerita:أَنَّهُ رَأَى بَعْضَ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، تَطُوفُ بِالْبَيْتِ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ مُعَصْفَرَةٌ
Dia melihat sebagian
istri Nabiﷺ thawaf di ka’bah sambil memakai pakaian yangtercelup ‘ushfur.
(Ibid, No. 24748)Perlu diketahui, bahwa pakaian jika dicelup oleh pewarna ‘ushfur
(sejenistanaman) maka biasanya dominannya adalah merah. Berkata Al Hafizh Ibnu
hajar:فَإِنَّ غَالِب مَا يُصْبَغ بِالْعُصْفُرِ يَكُون أَحْمَر
Sesungguhnya apa saja
yang dicelupkan ke dalam ‘ushfur maka dominasi
warnanya adalah menjadi merah. (Fathul Bari, 10/305. Darul Ma’rifah, Beirut). Seperti ini juga dikatakan oleh Imam Asy
Syaukani. (Nailul Authar, 2/110)
Riwayat-riwayat di
atas menunjukkankebolehan memakai warna merah bagi wanita muslimah. Bahkan itu
dipakai juga oleh istri-istri Nabi ﷺ seperti Ummu Salamah dan ‘AisyahRadhiallahu
‘Anhuma, dan ketahui oleh laki-laki yang bukan mahram mereka, bahkan ‘Aisyah
dan Asma Radhiallahu ‘Anhuma memakainya ketika di luar rumah yakni ketika
ihram.
Riwayat kedua:
Warna hijauDari ‘Ikrimah:
أَ
َّ رِفَاعَةَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ، فَتَزَوَّجَهَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الزَّبِيرِ القُرَظِيُّ، قَالَتْ عَائِشَةُ: وَعَلَيْهَا خِمَارٌ أَخْضَرُ، فَشَكَتْ إِلَيْهَا وَأَرَتْهَا خُضْرَةً بِجِلْدِهَا، فَلَمَّا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالنِّسَاءُ يَنْصُرُ بَعْضُهُنَّ بَعْضًا، قَالَتْ عَائِشَةُ: مَا رَأَيْتُ مِثْلَ مَا يَلْقَى المُؤْمِنَاتُ؟ لَجِلْدُهَا أَشَدُّ خُضْرَةً مِنْ ثَوْبِهَا.Sesungguhnya Rifa’ah menceraikan istrinya, lalu mantan istrinya itu dinikahi oleh Abdurrahman bin Az Zubair Al Qurazhi. ‘Aisyah berkata: “Dia memakaikerudungberwarna hijau,” dia mengadu kepada ‘Aisyah dan terlihat warna hijau pada kulitnya. Ketika datang Rasulullah ﷺ saat itu kaum wanita sedang saling membantu di antara mereka. ‘Aisyah berkata: “Aku tidak pernah melihat seperti apa yang dialami para kaum mu’minah, sungguh kulitnya lebih hijau (karena luntur, pen) dibanding pakaian yang dipakainya.” (HR. Bukhari No. 5825)Kisah shahih ini menunjukkan kebolehan memakai warna hijau, dan ini pun juga diketahui oleh Nabi ﷺ.
Riwayat kedua:
Warna hijauDari ‘Ikrimah:
أَ
َّ رِفَاعَةَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ، فَتَزَوَّجَهَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الزَّبِيرِ القُرَظِيُّ، قَالَتْ عَائِشَةُ: وَعَلَيْهَا خِمَارٌ أَخْضَرُ، فَشَكَتْ إِلَيْهَا وَأَرَتْهَا خُضْرَةً بِجِلْدِهَا، فَلَمَّا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالنِّسَاءُ يَنْصُرُ بَعْضُهُنَّ بَعْضًا، قَالَتْ عَائِشَةُ: مَا رَأَيْتُ مِثْلَ مَا يَلْقَى المُؤْمِنَاتُ؟ لَجِلْدُهَا أَشَدُّ خُضْرَةً مِنْ ثَوْبِهَا.Sesungguhnya Rifa’ah menceraikan istrinya, lalu mantan istrinya itu dinikahi oleh Abdurrahman bin Az Zubair Al Qurazhi. ‘Aisyah berkata: “Dia memakaikerudungberwarna hijau,” dia mengadu kepada ‘Aisyah dan terlihat warna hijau pada kulitnya. Ketika datang Rasulullah ﷺ saat itu kaum wanita sedang saling membantu di antara mereka. ‘Aisyah berkata: “Aku tidak pernah melihat seperti apa yang dialami para kaum mu’minah, sungguh kulitnya lebih hijau (karena luntur, pen) dibanding pakaian yang dipakainya.” (HR. Bukhari No. 5825)Kisah shahih ini menunjukkan kebolehan memakai warna hijau, dan ini pun juga diketahui oleh Nabi ﷺ.
Riwayat ketiga:
kombinasi hitamdan merahSakinah berkata:دَخَلْتُ مَعَ أَبِي عَلَى عَائِشَةَ فَرَأَيْتُ عَلَيْهَا دِرْعًا أَحْمَرَ، وَخِمَارًا أَسْوَدَAku dan ayahku menjumpai ‘Aisyah, aku melihat ‘Aisyah memakai baju pelindung berwarna merah, dan kerudungnya
berwarna hitam. (Ibnu Abi Syaibah,Al Mushannaf, No. 24748)
Riwayat keempat :
motif warna warni
عَنْ أُمِّ خَالِد
ٍ بِنْتِ خَالِدٍ: أُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثِيَابٍ فِيهَا خَمِيصَةٌ سَوْدَاءُ صَغِيرَةٌ، فَقَالَ: «مَنْ تَرَوْنَ أَنْ نَكْسُوَ هَذِهِ» فَسَكَتَ القَوْمُ، قَالَ: «ائْتُونِي بِأُمِّ خَالِدٍ» فَأُتِيَ بِهَا تُحْمَلُ، فَأَخَذَ الخَمِيصَةَ بِيَدِهِ فَأَلْبَسَهَا، وَقَالَ: «أَبْلِي وَأَخْلِقِي» وَكَانَ فِيهَا عَلَمٌ أَخْضَرُ أَوْ أَصْفَر
Dari Ummu Khalid
binti Khalid: didatangkan ke Nabi ﷺ pakaian yang terdapat motif berwarna hitam kecil-kecil. Nabi bersabda: “Menurut kaliansiapa yang pantas memakai pakaian ini?” Mereka terdiam. Beliau bersabda: “Panggilkan kepadaku Ummu Khalid.” Lalu didatangkan Ummu Khalid dan dia dibopong. Lalu Nabi ﷺ mengambil pakaian itu dengan tangannya sendiri dan memakaikan ke Ummu Khalid, lalu bersabda: “Pakailah ini sampai rusak.” Dan, pakaian tesebut juga terdapat corak berwarna hijau dan kuning. (HR. Bukhari No. 5823)
binti Khalid: didatangkan ke Nabi ﷺ pakaian yang terdapat motif berwarna hitam kecil-kecil. Nabi bersabda: “Menurut kaliansiapa yang pantas memakai pakaian ini?” Mereka terdiam. Beliau bersabda: “Panggilkan kepadaku Ummu Khalid.” Lalu didatangkan Ummu Khalid dan dia dibopong. Lalu Nabi ﷺ mengambil pakaian itu dengan tangannya sendiri dan memakaikan ke Ummu Khalid, lalu bersabda: “Pakailah ini sampai rusak.” Dan, pakaian tesebut juga terdapat corak berwarna hijau dan kuning. (HR. Bukhari No. 5823)
Kisah ini begitu jelas
bolehnya muslimah memakai pakaian kombinasi beberapa warna atau bermotif warna
warni, di sebutkan beragam warna motif, hitam, hijau, dan kuning. Bahkan Nabi ﷺ sendiri yang
memakaikannya kepada Ummu Khalid. Jika ini terlarang pastilah Nabi ﷺ akan mencegahnya tapi
justru Beliauyang memakaikannya sendiri. Wallahu A’lamBerkata Syaikh Abdul
Halim Abu Syuqqah Rahimahullah:Sesungguhnya keserasian dalam perhiasan yang
menghiasi pakaian, tidaklah menarik perhatian laki-laki, dan tidak disifati
dengan tabarruj, karena tabarruj adalah apabila wanita mempertontonkan
kecantikan dan keindahan dirinya sehingga dapat membangkitkan syahwat
laki-laki. Ada pun jika pakaian memiliki pakaian yang indah tetapi tidak
mencolok, dan dalam model yang indah tapi tidak menarik perhatian, maka model
dan warna seperti ini dikenal dan dominan di kalangan muslimah. Semua itu tidak
membangkitkan syahwat laki-laki, baik dari niat si wanita maupun dari pengaruh
yang disebabkan oleh warna dan model pakaian-pakaian yang beraneka ragam.
Ini merupakan perkara
yang dapat disaksikan di beberapa negara Islam. Satu model dengan banyak warna
tampak pada mala’ah Sudan dan pada pakaian wanita di perkampungan Siria.
Sedangkan macam-macam warna dengan beragam model, tampak pada pakaian para
mahasiswi yang sopan di kampus-kampus Mesir dan Kuwait.
Kebanyakan mereka
memakai pakaian dengan bermacam warna dan model, tetapi tetap terjagaoleh
kesucian dan pemeliharaan diri, sehingga mereka dihormati dan dihargai. (Syaikh
Abdul Halim Abu Syuqqah,Kebebasan Wanita, Jilid 4, Hal. 352. GIP, Jakarta)
Wallahu a’lam. (dakwatuna/usb)
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Moga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment