Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Selasa, 12 Januari 2016
Narasumber : Ustadzah
Azizah
Rekapan Grup Nanda M116 (Sari)
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor
: Rini Ismayanti
SEHATNYA
HATI
Agama
itu bukan sekedar meletakkan khimar menutup aurat.
Islam itu bukan kopiah
indah di kepala.
Bukan sekedar penampilan.. tapi harus faham akan ilmu.
Bukan sekedar penampilan.. tapi harus faham akan ilmu.
Berapa banyak dari
kita yang mengaku muslim tapi sampai saat ini arti ucapan basmalah saja pun tak
mengerti, banyak dari kita yang menunaikan sholat tapi belum juga faham dengan
apa yang kita lafazkan sehari-hari..
Sudah cukup kah semua
itu?
Sudah pantaskah kita menyentuh keyakinan kita atas adanya surga itu tapi sedikitpun tak terketuk untuk faham mendalami mempelajari ilmu menuju surga yang dijanjikan itu..
Sudah pantaskah kita menyentuh keyakinan kita atas adanya surga itu tapi sedikitpun tak terketuk untuk faham mendalami mempelajari ilmu menuju surga yang dijanjikan itu..
Pantaskah kita memohon
dijauhkan akan neraka tapi apa yang haram, halal dan syubhat sampai detik ini
pun kita tak peduli?
Ya Allah jagalah api
semangat belajar dalam jiwa kami ini dan permudahlah jalan kami dalam mencari
ilmuMu...
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Jika Allah menginginkan kebaikan
(petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan memahamkannya agama”. (HR
Bukhori)
Bukankah menuntut ilmu
itu seperti nelayan, makin ke tengah makin banyak hasilnya.
Allah berfirman yang
artinya, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya,
dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al
Qashash: 56).
Banyak orang yang
tidak berubah ke arah yang semakin baik bukan karena mereka tidak mau berubah,
tetapi mereka tidak tahu, atau tidak nampak keperluan untuk berubah..
Di Antara Tanda-Tanda Sehatnya Hati
1. Ia senantiasa
memotivasi dan menjadi pendorong bagi pemiliknya untuk senantiasa bertaubat dan
kembali kepada Allah Azza wajalla.
2. Ia tidak merasa
bosan dari berdzikir dan beribadah kepada Allah Ta'ala.
3. Apabila terlewatkan
darinya dari berbuat taat, maka ia dapati penyesalan yang sangat mendalam lebih
dari penyesalan dan rasa sedih dan sakitnya kehilangan hartanya.
4. Ia mendapati
lezatnya beribadah kepada Allah lebih dari pada lezatnya makan dan minum.
5. Apabila sudah
memulai shalatnya, maka hilang kegelisahan dan kesedihannya.
6. Ia lebih pelit dari
kehilangan waktunya yang berharga dari pada pelitnya kehilangan hartanya.
7. Perhatiannya
terhadap keshahihan dan di terimanya amal perbuatannya lebih besar dari pada
perhatiannya kepada amal itu sendiri.
Sumber : Kitab
Sanabilul Khair, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah ad-Dubai'i hafidzahullah
Allah berfirman
Surah Al-Maeda, Verse
55:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
“Sesungguhnya penolong
kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)”
Semoga Allah
senantiasa memberikan hidayah kepada orang yang berada disekeliling kita. Agar
hamba yang selalu melaksanakan perintah NYA.
TANYA
JAWAB
Q : Mau tanya bundaa..
Agak melenceng dari tema .. Apakah pengertian dari ujub?? Bagaimana agar
terhindar dari sifat tersebut? Lalu apakah hukumnya mngamalkan amalan dari
hadist yang dhoif . Padahal kita sudah tau padahal hal tersebut hadisnya
dhoif..?? Sukron bundaaa...
A : Ujub adalah sikap
mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa memiliki kelebihan tertentu
yang tidak dimiliki orang lain. Imam al-Ghazali pernah berkata "Perasaan
ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya
sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Allah."
Dalam hadits yang
ma’ruf disebutkan,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)
Bahaya ‘Ujub
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Diantara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah:
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Diantara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah:
1. Membatalkan pahala
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rasulullah s.a.w bersabda:
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rasulullah s.a.w bersabda:
“Tiga hal yang
membinasakan : Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan
kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani).
2. Menyebabkan Murka
Allah
Nabi s.a.w bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Allah. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Allah.” (HR. Baihaqi)
Nabi s.a.w bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Allah. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Allah.” (HR. Baihaqi)
Perasaan ‘ujub
menyebabkan murka Allah, karena ‘ujub telah mengingkari karunia Allah yang
seharusnya kita syukuri.
3. Terjerumus ke dalam
sikap ghurur (terperdaya) dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi s.a.w bersabda, ”Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi s.a.w bersabda, ”Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)
4. Gengsi menerima
masukan, sehingga sulit menerima taushiyyah, semakin keras hati dan keras
kepala
5. Menyebabkan
mengumbar nafsu dan melupakan dosa-dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).
6. Menyebabkan orang
lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri, dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustafa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhu’ lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan.”
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri, dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustafa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhu’ lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan.”
7. Menyebabkan Su’ul
Khotimah dan kerugian di Akherat
Nabi s.a.w bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)
Nabi s.a.w bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)
Orang yang mempunyai
sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan.
Umar r.a pernah berkata,”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia
seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia
akan masuk neraka.”
Qatadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu’, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”
Qatadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu’, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”
8. Jatuh dalam
jerat-jerat kesombongan
Sebab ujub merupakan
pintu menuju kesombongan.
9. Dijauhkan dari
pertolongan Allah
Allah Subahanahu
Wata’ala berfirman:
“Orang-orang yang
berjihad (untuk mencari keri-dhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)
10. Terpuruk dalam
menghadapi berbagai krisis dan cobaan kehidupan.
Bila cobaan dan musibah datang menerpa, orang-orang yang terjangkiti penyakit ujub akan berteriak: ‘Hey teman-teman, carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang teguh di atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidak akan melanggar rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Bila cobaan dan musibah datang menerpa, orang-orang yang terjangkiti penyakit ujub akan berteriak: ‘Hey teman-teman, carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang teguh di atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidak akan melanggar rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Siapakah yang mampu
lari dari hari kematian? Bukankah hari kematian hari yang telah ditetapkan?
Bila sesuatu yang belum ditetapkan, tentu aku dapat lari darinya. Namun
siapakah yang dapat menghindar dari takdir?
11. Dibenci dan
dijauhi orang-orang
Tentu saja, seseorang akan diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Tentu saja, seseorang akan diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu
dihormati dengan suatu penghor-matan, maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86)
Namun seseorang kerap
kali meremehkan orang lain, ia menganggap orang lain tidak ada apa-apanya
dibandingkan dirinya. Tentu saja tidak ada orang yang senang kepadanya.
Sebagaimana kata pepatah ‘Jika engkau menyepelekan orang lain, ingatlah! Orang
lain juga akan menyepelekanmu’
12. Azab dan
Pembalasan Cepat ataupun Lambat
Seorang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)
Seorang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)
Hukuman ini
dirasakannya di dunia akibat sifat ujub. Dengan begitu kita harus berhati-hati
dari sifat ujub ini, dan hendaknya kita memberikan nasihat kepada orang-orang
yang terkena penyakit ujub ini, yaitu orang-orang yang menganggap hebat amal
mereka dan menyepelekan amal orang lain. Allahu A’lam.
Satu hal yang perlu
diperhatikan dalam masalah ujub ini adalah sikap gembira yang berlebihan. Sikap
ini akan berujung pada sikap merasa paling hebat sendiri, sehingga dia akan
melahirkan penyakit baru yang bernama sombong. Sebab, orang yang merasa dirinya
hebat biasanya punya kecenderungan meremehkan orang lain. Oleh karena itu,
Rasululullah saw memerintahkan kepada siapa saja yang memiliki penyakit ini
agar melakukan uzlah. Sebab, penyakit ini akan mengubur sikap tolong menolong,
bantu membantu, dan pola hidup berjaamaah atau kolektif. Ada beberapa hal yang
bisa dilakukan oleh setiap orang muslim agar dirinya terhindar dari penyakit
‘ujub, diantaranya adalah :
1. Selalu mengingat
akan hakikat diri
Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya sadar bahwa nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah Allah. Andaikan nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tidak ada harganya lagi sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya pertama-tama dibuat dari tanah yang diinjak-injak manusia dan binatang, kemudian dari air mani yang hina, yang setiap orang merasa jijik melihatnya, lalu kembali lagi ke tanah dan menjadi bangkai yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka mencium baunya.
Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya sadar bahwa nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah Allah. Andaikan nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tidak ada harganya lagi sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya pertama-tama dibuat dari tanah yang diinjak-injak manusia dan binatang, kemudian dari air mani yang hina, yang setiap orang merasa jijik melihatnya, lalu kembali lagi ke tanah dan menjadi bangkai yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka mencium baunya.
2. Selalu sadar akan
hakikat dunia dan akhirat
Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia adalah tempat menanam kebahagiaan kehidupan akhirat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, namun dia tetap akan mati, kemudian hidup di sebuah kampung abadi yaitu akhirat. Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang untuk meluruskan akhlaknya yang bengkok, sebelum napasnya meninggalkan jasadnya dan sebelum hilang kesempatan untuk bertaubat.
Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia adalah tempat menanam kebahagiaan kehidupan akhirat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, namun dia tetap akan mati, kemudian hidup di sebuah kampung abadi yaitu akhirat. Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang untuk meluruskan akhlaknya yang bengkok, sebelum napasnya meninggalkan jasadnya dan sebelum hilang kesempatan untuk bertaubat.
3. Selalu mengingat
nikmat Allah
Allah s.w.t berfirman: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34)
Allah s.w.t berfirman: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrahim: 34)
Dengan kesadaran
seperti ini, seseorang akan merasa lemah dan merasa butuh kepada Allah,
sehingga dia akan membersihkan diri dari penyakit kagum diri dan berusaha
terhindar darinya.
4. Selalu ingat
tentang kematian dan kehidupan setelah mati
Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang meninggalkan perasaan kagum diri karena takut akan berbagai kesengsaraan hidup setelah mati.
Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang meninggalkan perasaan kagum diri karena takut akan berbagai kesengsaraan hidup setelah mati.
5. Tidak berkawan
dengan orang yang kagum diri
Sebaiknya, berkawanlah dengan orang-orang yang tawadhu’ dan memahami status dirinya. Hal semacam itu sangat membantu seseorang untuk meninggalkan perangai buruk yaitu kagum pada diri sendiri.
Sebaiknya, berkawanlah dengan orang-orang yang tawadhu’ dan memahami status dirinya. Hal semacam itu sangat membantu seseorang untuk meninggalkan perangai buruk yaitu kagum pada diri sendiri.
6. Memperhatikan
keadaan orang yang sedang sakit, bahkan keadaan orang yang meninggal dunia,
ziarah kubur dan merenungkan keadaan ahli kubur
Cara semacam ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan perasaan mengagumi diri sendiri dan penyakit hati lainnya.
Cara semacam ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan perasaan mengagumi diri sendiri dan penyakit hati lainnya.
7. Selalu bermuhasabah
(Introspeksi diri)
Dengan demikian, mudah dideteksi gejala awal dari segala bentuk penyakit hati, terutama penyakit kagum pada diri sendiri. Dengan demikian, penyakit ini akan mudah diobati.
Dengan demikian, mudah dideteksi gejala awal dari segala bentuk penyakit hati, terutama penyakit kagum pada diri sendiri. Dengan demikian, penyakit ini akan mudah diobati.
8. Selalu memohon
bantuan dari Allah
Dengan cara berdoa dan senantiasa memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari penyakit kagum diri dan tidak terjerumus ke dalamnya.
Dengan cara berdoa dan senantiasa memohon perlindungan dari-Nya agar terhindar dari penyakit kagum diri dan tidak terjerumus ke dalamnya.
9. Penyembuhan dengan
Al Qur’an
Al Qur’an sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit hati, khususnya penyakit ‘ujub dan berbagai sebabnya karena Al Qur’an telah mengenalkan diri kita kepada Allah, dan Al Qur’an juga telah mengenalkan diri kita kepada kita, yaitu kelemahan, kemiskinan, dan kebutuhan kepada Allah. Maka tidaklah pantas jika seseorang mengagumi dirinya sendiri sementara dia adalah makhluk yang tak mampu berdiri sendiri. Al Qur’an juga telah mengingatkan kita akan akibat dari penyakit ‘ujub, sombong, dan bangga diri. Seperti halnya kisah Fir’aun, Qorun, dan lain sebagainya.
Al Qur’an sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit hati, khususnya penyakit ‘ujub dan berbagai sebabnya karena Al Qur’an telah mengenalkan diri kita kepada Allah, dan Al Qur’an juga telah mengenalkan diri kita kepada kita, yaitu kelemahan, kemiskinan, dan kebutuhan kepada Allah. Maka tidaklah pantas jika seseorang mengagumi dirinya sendiri sementara dia adalah makhluk yang tak mampu berdiri sendiri. Al Qur’an juga telah mengingatkan kita akan akibat dari penyakit ‘ujub, sombong, dan bangga diri. Seperti halnya kisah Fir’aun, Qorun, dan lain sebagainya.
Bunda pernah konsul
masalah itu pada ust. Jika hadist doif itu berkenaan dengan amalan-amalan yang
bisa meningkatkan ketaqwaan pada Allah boleh digunakan. Ahsan kalo kita beramal
hadistnya yang mutawattir.
Q : Bagaimana cara
menghilangkan kebencian dari orang orang yang telah menyakiti kita????
A : Kebencian menurut Wikipedia.
Kebencian merupakan
emosi yang sangat kuat dan melambangkan ketidaksukaan, permusuhan, atau
antipati untuk seseorang, sebuah hal, barang, atau fenomena. Hal ini juga
merupakan sebuah keinginan untuk, menghindari, menghancurkan atau
menghilangkannya.
Kadangkala kebencian
dideskripsikan sebagai lawan daripada cinta atau persahabatan; tetapi banyak
orang yang menganggap bahwa lawan daripada cinta adalah ketidakpedulian.
Ingatlah bahwa tak ada
satupun manusia yang sempurna. Bahkan kalo kita tau bahwa : sahabat yang tulus
itu bukan yang membenarkan apapun tentang diri kita, tapi dia mau menyadarkan
kita bahwa apa yang kita lakukan salah, dan dia menunjukkan cara yang benar seperti
apa. Bahkan ada yang mengatakan, musuh itu justru paling jujur bicara tentang
kekurangan kita dibanding sahabat.
Nah cara mengatasi
kebencian ini adalah
1. Sadari bahwa dia bukan makhluk sempurna seperti nabi yang terjaga untuk berbuat salah dan menyakiti orang lain. Dia manusia biasa, bisa salah dan lalai
1. Sadari bahwa dia bukan makhluk sempurna seperti nabi yang terjaga untuk berbuat salah dan menyakiti orang lain. Dia manusia biasa, bisa salah dan lalai
2. Bahwa apa yang dia
lakukan pada kita dan membuat kita menajid benci padanya adalah satu bagian
dari cacatan takdir perjalanan hidup mbk, gak ada yang kebetulan semua telah
tercatat, dan mbk memang harus mengalami kepahitan itu.
3. Kebencian itu
jangan pernah dibawa kemanapun. Pernah baca postingan anak TK yang sama bu guru
di suruh bawa kentang dalam plastik? Kentang yang dibawa terus menerus dia
membusuk dan berbau. Sementara kentang yang di taruh di tempat yang semestinya
ia malah tetap baik justru bertunas dan berdaun. Artinya letakkan kebencian itu
dalam ruang yang tak bisa ia melukai, jangan pernah tengok lagi dan biarkan
hilang.
4. Sadari bahwa kebencian
itu hanya melahirkan kelelahan buat batin dan gak ada mnfaatnya. Lebih baik
maafkan dan sudahi. Semoga Allah mudahkan untuk ke depan lebih baik
Q : Bunda,, mau tanya.
Sekarang banyak orang yang menyebar kebencian kepada Saudi. Pendapat bunda
terhadap hal ini bagaimana?
A : Khair
mbk,,,dimanapun sumber kebaikan akan menjadi tempat atau peluang pro dan
kontra. Hal apakah yang di benci tentang arab? Jika itu berupa kebaikan maka
biarlah hal itu wajar, karena syetan memang gak pernah mau orang berfastabiqul
khairat. Intinya adalah balance aja
menyikapi, karena tiap negara punya nilai plus dan minus.
Q : Bunda , saya mau
tanya bagaimana sikap kita terhadap orang yang selalu menjelek-jelekkan kita
atau selalu menertawakan penampilan kita ...contohnya : kamu golongan islam apa
sih kok jilbabnya panjang banget ????? Kok sok alim banget ?? Sok suci , dll...
A : Mbk,,,percayalah,
apapun kita mau baik mau buruk orang akan tetap koment. Baik aja dikomenin
apalagi buruk. Untuk itu tetap jadikan koreksi diri saja setiap komentar sumir tentang
jilbab atau apapunlah. Contoh, jika yang dikoment jilbab, maka tunjukkan dengan
jilbab besar tak menghalangi kita untuk aktivitas apapun, tetap tunjukkan kita
empati dan aware dengan sekitar bukan akhwat eksklusif yang maunya hanya gaul dengan
sesama hijabers. Kalo mbk kuliah, tunjukkan nilai-nilai mbk gak masuk isakom
(ikatan IP satu koma), tak harus cumlaude tapi jugan kemelud, mbk adalah akhwat
yang multi talent, masak bisa, diskusi ok, debat hayuh, sharing nyaman, tilawah
ia, paham agama, gak lemmot sikon di luaran (tetap update berita nasional/LN),
pokoknya tutup nada miring itu dengan hal positif yang ada pada diri kita.
Lama-lama kharisma mbk itu yang akan buat mereka kagum dan mulai mencari apa
sih islam itu?
Dulu bunda juga
dianggap aneh sama teman-teman saat kuliah gak mau diajak nonton rame-rame atau
malam inagurasi apalah namanya yang hura-huraan sih. Cap miring tentang jilbab
nempel, tapi bunda terus membangun kebersamaan dengan teman tanpa lihat dia
berjilbab apa enggak. Buktikan juga pada dosen bahwa jilbab tak berarti kuper
dan nilai dipojokan. Kita bisa bersaing dan siap mnghadapi apapun dengan satu
falsafah tak ada yang sulit selama Allahu Ma ana.
Q : Oh iya bunda, kan
dalam liqo sebelum dimulai selalu membaca al-ma'tsurat tapi yang dibaca itu yang
hadistnya dhoif itu gimana bunda. Apa saya harus bilang sama murobbinya atau
gimana.. ?
A : Lho ma'tsurat itu
bukannya doa-doa ma'tsur ya? Yang mana yang dhoif mbk? Bunda dapat kajian al
ma'tsurat itu dari ust abu ziyad beliau S2 tafsir kairo, masyaAllah betapa
kekuatan doa-doanya didalam ma'tsurat itu begitu luar biasa.
Coba mbk copas ke sini
mana yang dhoif
Nanti bunda kirim ke ust abu ziyad
Nanti bunda kirim ke ust abu ziyad
*Di foto aja yah
bunda.. soalnya berbntuk buku bunda. Ada beberapa aja bunda yang dhoif.. yang dari
hasan al banna
*)Setau bunda, waktu
dibahas ust menyarankan itu dilakukan mbk, mengkaji al ma'tsurat itu kami 3 jam
gak selesai
Mohon maaf bunda bukan
ahlinya masalah itu, amalan bunda jauuuuh sekali dari ust sekaliber hasan al
banna
*Oh gitu ya bunda..
soalnya saya mendengar dzikir petang pagi di radio roja dengan yang di
buku-buku kecil ma'tsurat itu ada yang berbeda bunda
*)Dan bunda begitu
terpukau dengan bahasan mendalam setiap hal dalam ma'tsurat
Ahsan kita berkhidmat
pada hal-hal yang membuat hati menajid lebih dekat dengan Allah, jauhi hal-hal yang
justru meruncingkan khilafiyah. Kalo khilafiyah dibahas sampai kapanpun gak
akan pernah bertemu. Silakan mbk pilih mau pake apa tidak, tapi jugan maksain
MR mbk buat gak make.
*Okeh siap bunda..
saya juga in syaa allah membacanya setiap petang dan pagi..
*)Alhamdulillah
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment