Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Senin, 18 April 2016
Narasumber : Ustadzah
Lara
Rekapan Grup Bunda M6
Tema : Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin
HATERS - BULLYING
Seorang remaja putri
curhat pada ibunya sembari menangis tersedu-sedu sepulang sekolah.
‘Aku mau pindah
sekolah saja ya bu!’ katanya sambil terisak-isak.
Sang ibu menarik napas
sesaat, berusaha mengontrol emosi, seraya memberikan telinga yang simpatik.
‘Aku gak tahan bu,
tadi diolok-olok lagi sama teman- teman. Katanya, aku sok manis,…..sok alim….sok
bersih…..sok pintar,…suka cari muka… huhuhu!’lanjut nya menahan sakit di hati.
Sang ibu kemudian
tersenyum, mulai memahami duduk persoalannya. Ternyata masalah anaknya masih
seputar itu- itu saja. Seperti beberapa minggu sebelumnya, dikala putrinya tak
mau bekerjasama saat ujian, Dia juga ‘disemprot ’oleh beberapa temannya
sepulang sekolah. ‘Huuuuuu…. …..sok jujur!’
Saat dia dan beberapa
sobatnya aktif di kerohanian Islam di sekolah, ejekan spontan masih menggaung.
‘Huuuuuuu….group sok
alim!’.
Saat dia dan sobatnya
mengajukan diri menjadi volunteer membantu gurunya membersihkan ruang
perpustakaan, sekelompok temannya- masih orang yang sama- semangat berseru.
‘Hu… group pencari
muka, ckckckck!’
Saat anaknya lupa
mengerjakan PR dan ditegur oleh gurunya, teman- temannya tersebut seolah
mendapatkan kebahagiaan yang telah lama ditunggu- tunggu.
‘Jiaaaaahhhh……. sang
juara kena hukuman, wkwkwkwkwk!’
Namanya dunia remaja-
dunia mereka yang sedang mencari identitas diri- memang tak bisa lepas
dari storm and stress. Peran dan support kita sebagai orang tua dan
pendidik dalam memberikan contoh/perilaku tauladan sehari-hari
tentu menjadi modal awal. Sekedar nasehat pada anak untuk menjadi
pribadi yang baik, jujur dalam bertindak, santun dalam berbicara , tanpa contoh
dari kita, tentu saja tidak cukup. Sekedar perintah pada anak untuk percaya
diri dalam melakukan kebaikan, berani mempertahankan kebenaran, dan tegas
dalam bersikap -tanpa mensupport mereka- tentu saja tidak fair.
Bagaimana dengan dunia
orang dewasa seperti kita? Masih adakah yang berada dalam proses mencari
identitas diri? Masih adakah yang bingung memilih mana kata-kata yang baik dan
buruk , mana sikap yang peduli, mana sikap yang dengki , mana sikap yang
menghasut? Masih adakah yang memberi nasehat pada anaknya- untuk bersikap baik,
jujur, sopan, bertanggung jawab, penyayang dan sebagainya- tapi melanggar
nasehatnya sendiri?
Jika ada orang yang
berkata-kata tegas dan menunjukkan ketidaksukaannya pada perilaku buruk
seseorang atau perilaku kelompok tertentu, tentulah hal itu merupakan hal
yang wajar. Namun bisa menjadi tak wajar ketika kebencian itu tidak bisa
surut dengan waktu, sekalipun orang yang bersangkutan sudah meminta maaf ,
tobat dengan memperbaiki perilakunya. Bisa menjadi subjektif ketika kebaikan-
kebaikan lain yang ada pada orang tersebut dipukul rata sebagai sebuah
keburukan, dicari- cari kekurangannya hingga dianggap tak ada hal yang dapat
‘diapresiasi’ darinya. Yang di luar batas kewajaran dan tidak
objektif adalah jika ada orang yang benci dan ikut ikutan membenci seseorang
atau kelompok tertentu yang ingin berbuat kebaikan tanpa melihat fakta yang
ada. Dan yang lebih aneh lagi adalah jika orang tersebut merasa
‘demikian terhibur’ ketika orang yang bersangkutan sedang dalam masalah,
sekalipun orang itu tak pernah menggangu dirinya, tak pernah pula merugikan
dirinya. ApaKah kiranya yang terjadi pada para haters ini – yang tidak
senang dan berprasangka buruk pada orang lain yang ingin berbuat
kebaikan, senang ketika orang lain dalam masalah? Apalah kiranya yang bisa
membuat mereka mendendam kebencian jika bukan karena ada masalah pada diri
mereka sendiri? Apakah ‘just kidding’- terhadap olok-olokan yang
dilontarkan bisa menjadi alternative jawaban yang ‘aman’ bagi mereka? Sungguh
perlu kejernihan hati untuk jujur pada kelemahan diri sendiri.
Semua yang sehat
jasmani rohani – spiritual, tentunya sepakat bahwa orang yang benci pada orang
yang berbuat kebaikan, pastilah orang yang punya penyakit. Hanya
saja penyakit model ini tak mudah terlihat, tak mudah disadari keberadaannya,
bahkan tak mudah diakui oleh yang bersangkutan. Selama penyakit dengki ini
masih dipertahankan di hati, para haters akan selalu membenci ‘haters gonna hate‘. Kalau kita mau
berpikir secara objektif, para haters ini tidaklah membenci orang
baik- baik karena orang baik tersebut memiliki kelemahan- karena biasanya orang
tak akan sedemikian membenci orang yang lemah. Tapi para haters biasanya
benci-atau bisa jadi dengki- dengan orang yang memiliki kelebihan.
Rasulullah SAW
bersabda ‘ Takutlah kamu semua akan sifat dengki sebab sesungguhnya
sifat dengki itu memakan segala kebaikan sebagaimana api
memakan kayu bakar.’(HR Abu Daud).
Ekspresi benci itu pun
bisa bermacam bentuknya; bisa lewat lisan, tulisan maupun sikap dan perbuatan.
Biasalah, seperti pepatah mengatakan, ‘In
every game, the audience make noise, not the players.’ Bentuk
kedengkian yang ditunjukkan dengan kegembiraan saat seseorang terkena musibah,
adalah tingkat kedengkian yang parah. Apalagi jika dengki tersebut berkembang
menjadi hasutan (baik secara langsung maupun tak langsung) dengan merekayasa
informasi tanpa fakta, dengan mengajak atau mengarahkan orang lain agar
sama sama membenci seseorang atau kelompok tertentu. Ekspresi yang bisa bermula
dari cara halus berupa’candaan’ hingga cara kasar dalam bentuk ‘hujatan’.
Orang mukmin akan
senantiasa menjadikan Islam sebagai landasan dalam bersikap dan berperilaku.
Mereka tak sombong untuk mengintrospeksi diri, tak enggan untuk segera
meluruskan niat dan membersihkan hati, tak malas untuk mencari tahu
bagaimana Islam memberikan aturan dalam berkata-kata, hingga memberikan batasan
dalam bercanda, Seorang mukmin akan memposisikan cinta dan benci pada
landasan syariat, bukan emosi sesaat.
Salah satu tanda orang
yang memiliki hati yang bersih adalah ketika merasa senang melihat saudaranya
mendapatkan kenikmatan. Apabila saudaranya- sesama hamba Allah- mengalami
musibah, dia ikut bersedih dan berdoa agar Allah SWT meringankan penderitaannya.
Jika hati kita ada masalah, kita melihat orang lain dengan pandangan mata
kebencian, sehingga yang terlihat semuanya tak luput dari cela,sekalipun
faktanya ada kebaikan di dalamnya. Jika hati kita tentram, kita melihat
orang lain dengan pandangan positif, mau menerima nasehat dari orang lain untuk
kebaikan.
Semoga curahan hati
saya ini tidak mengandung kebencian atau menyulut kebencian bagi para
pembacanya yang mau mengambil makna. Para haters– if this is including you
and me- Let’s make Dua (prayer) – Inshaa Allah, we will get well soon.
Aamiin.
Ingatlah, hanya dengan
dzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram.
(QS ar-Ra‘d [13] : 28)
Sumber
:
TANYA
JAWAB
Q : Ternyata hal seperti di atas tidak hanya
terjadi didunia nyata saja, namun juga d dunia maya. Tidak hanya terjadi di
dunia kerja saja namun di dunia dakwah juga. Apa yang perlu kita lakukan bila
keikhlasan kita mulai terkikis, dalam menjalankan suatu hal, ketika banyak
orang yang mencerca kita, menilai negatif segala hal yang kita lakukan, bila
hal tersebut terjadi sekali dua kali mungkin itu wajar, namun bila terlampau
sering, membuat hati ini jadi menciut. Bagaiamanakah bila keadaan tersebut
terjadi.... Bahkan terkadang segala hal yang dengan susah payah kita usahakan
di rusaknya... dengan menjelek-jelekkan nama kita di belakang... meskipun tidak
semua orang buta dengan keadaan,namun tapi tetap saja, saya juga seorang
wanita. Hati ini hanya bisa tertunduk kepadaNya....Namun diri ini juga manusia
biasa, perlu adanya penguat... agar tetap bisa berjalan meskipun harus
tertatih-tatih...Tapi terkadang dunia tidak seperti yang kita harapkan....
Hehehe panjang dan lebar... Menurut ustadzah bagaimana jika hal tersebut
terjadi...
A : Subhanallah bu ana, semoga tetap lurus niat dan tetap bersemangat berdakwah ya. Kritikan dari luar mudah-mudahaan ada hikmahnya yg bisa dipetik untuk introspeksi diri. Yang namanya orang beriman pasti harus melalui serangkaian ujian ya. Seburuk apapun cercaan haters, in shaa Allah niat kita berdakwah karena Allah, bukan pujian manusia.
A : Subhanallah bu ana, semoga tetap lurus niat dan tetap bersemangat berdakwah ya. Kritikan dari luar mudah-mudahaan ada hikmahnya yg bisa dipetik untuk introspeksi diri. Yang namanya orang beriman pasti harus melalui serangkaian ujian ya. Seburuk apapun cercaan haters, in shaa Allah niat kita berdakwah karena Allah, bukan pujian manusia.
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyaknya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment