Selasa,
19 Juli 2016
Narasumber
: Ustadz Dodi
Kajian
LINK Bunda Pekan ketiga Juli 2016
Tema :
Parenting
Editor
: Rini Ismayanti
Puji sayaukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di
JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan sayaafaat beliau di hari akhir nananti. InsyaAllah aamiin.
KEINGINAN ORANG TUA YANG BERBEDA DENGAN KEINGINAN ANAK
Akan kita bahas point per point terlebih dahulu agar mencakup
pengertian dengan wilayah yang lebih luas yaa.
1. Berbakti Taat Dan Patuh Pada Kedua Orang Tua → WAJIB
Al-Baqarah 2:83 :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً
Artinya: Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani
Israil, "janganlah kamu menyembah selain اللّهُ, dan
berbuat baik kepada kedua orang tua.."
Al-An'am 6:151;
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Marilah aku bacakan apa yang
diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat
baik kepada ibu bapak.."
Dimana surat surat lainnya yaitu : Al-Isra' 17:23, Al-Ankabut
29:8, Al-Ahqaf 46:15
2. Berkata Dan Perlakuan Kedua Orang Tua Dengan Baik → WAJIB
QS Al-Isra' 17:23
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيماً
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendakloah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.
Dan surat surat lainnya : Luqman 31:14.
3. Bersikap Rendah Hati Pada Dan Sopan Santun Kepada Orang Tua →
WAJIB
QS Al-Isra' 17:24
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Dan surat surat lainnya adalah : Luqman 31:15
4. Mendoakan Kedua Orang Tua → WAJIB
QS Ibrahim 14:41
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Artinya: Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan
sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
Dan surat surat lainnya : Al-Isra' 17:24, Asaya-Sayauara' 26:86,
Nuh 71:28
5. Menolak Perintah Orang Tua Yang Melanggar Sayaariah
QS Al-Ankabut 29:8
وَوَصَّيْنَاالْإِنسٰنَ بِوٰلِدَيْهِ حُسْنًا وَإِن جٰهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَآ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua
orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Dan surat surat lainnya : Luqman 31:15
BATAS-BATAS TAAT PADA ORANG TUA
Ketaatan dan kepatuhan pada orang tua ada batasnya. Dan batas yang
paling jelas adalah terkait dengan perilaku yang melanggar sayaariah. Maka
wajib bagi anak untuk menolak atau tidak mematuhi perintah orang tua. Tentu
dengan cara yang baik dan santun.
Selain dari hal tersebut terdapat hal-hal yang abisatrak tentang
sampai di mana batas ketaatan pada orang tua harus dilakukan. Namun, kalau mengacu
pada hukum fiqih, maka batas akhir dari ketaatan orang tua adalah hak-hak anak.
Artinya, apabila secara sayaariah perintah orang tua melanggar hak anak, maka
perintah orang tua boleh dilanggar.
Begitu juga perintah-perintah orang tua yang lain yang timbul
karena kelemahan fikiran orang tua dan kebodohan pendapatnya. Seandainya
perintah-perintah itu diajukan pada ahlinya niscaya mereka akan menganggapnya
sebagai perkara yang mudah dan niscaya mereka berpendapat bahwa tidak akan
menyakiti kalau tidak menuruti. Inilah batas ketaatan pada orang tua.
Kalau kita melihat perkataan Imam Nawawi, apakah yang dimaksud
dengan durhaka pada orang tua, ternyata kita masih melekat pada sifat ini.
‘Uququl walidain atau durhaka pada orang tua adalah segala bentuk
menyakiti orang tua. Tidak termasuk durhaka jika kita mendahulukan kewajiban
pada اللّهُ. Juga
tidak termasuk durhaka jika kita tidak taat dalam maksiat. Taat pada orang tua
itu wajib dalam segala hal selain pada perkara maksiat. Menyelisihi perintah
keduanya termasuk durhaka. Lihat Sayaarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 2:
77, terbitan Dar Ibnu Hazm.
Jadi cakupan durhaka itu luas sekali. Menerima telepon dengan
kasar pun sudah termasuk durhaka. Berkata kasar, muka cemberut pun sudah
termasuk durhaka. Apalagi sampai memaki dan mengejek orang tua, ini jelas
durhakanya.
Apa Dampaknya Jika Orang Tua Mempunyai Sikap HYPER PARENTING
Terhadap Anak Anaknya....?
Setiap orangtua tentu menginginkan hal-hal yang terbaik untuk
anak-anak mereka. Orangtua pasti ingin anak-anak mereka semua sukses di dunia
dan di akhirat. Mereka ingin anak-anak-anak mereka semua dapat hidup bahagia,
punya karir mantap, penghasilan yang lebih dari cukup, perilaku yang baik dan
menyenangkan, dan lain sebagainya.
Sayangnya, tidak semua orangtua memahami bahwa masing-masing anak
memiliki kepribadian, karakter, bahkan juga impian dan cita-cita. Sering kali
kita sebagai orangtua memaksakan kehendak kita kepada anak-anak tanpa menimbang
kemampuan, kesiapan, dan perasaan anak-anak dengan dalih karena kita ingin
anak-anak kita mendapatkan yang terbaik untuk kehidupan mereka.
Kita tidak boleh menjadi orangtua yang hyper parenting, yaitu
orangtua yang memaksakan kehendaknya kepada anak-anak mereka untuk mewujudkan
keinginan kita sebagai orangtua. Bahkan meski itu untuk tujuan mengembangkan
kemampuan dan mewujudkan kehidupan yang baik bagi mereka.
Tidak bisa dipungkiri juga, bahwa orangtua yang menerapkan pola
asuh demikian biasanya mengalami masa kecil yang hampir sama. Atau, biasanya
juga terjadi pada orangtua yang merasa tidak puas dengan karir atau segala hal
yang mereka peroleh, sehingga mereka melampiaskannya pada anak-anak mereka.
Sebenarnya, wajar saja jika orangtua berharap anak-anak mereka
dapat mewujudkan keinginan mereka. Tapi, kita pun perlu tahu bahwa memaksakan
kehendak bukanlah jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Ada dampak
yang bisa menjadi sangat fatal bagi anak-anak, yaitu dapat menghambat
pertumbuhannya, juga dapat menimbulkan kemarahan yang berlebihan dikarenakan
anak-anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk memilih atau melakukan
keinginannya sendiri.
Padahal, pada dasarnya, setiap anak-anak memiliki jiwa yang bebas
dan ingin bebas. Anak-anak juga dapat berkembang dengan baik karena mereka
memiliki kebebasan untuk bereksplorasi, berpendapat, juga merasa bahagia.
Proses ini harus mereka lalui dalam kehidupan mereka, agar mereka dapat
memaksimalkan potensi mereka, juga mengasah kecerdasan mereka dalam masa tumbuh
kembang.
Bagaimana jika kita menggunakan alasan “takut jika anak-anak
terjerumus pada hal-hal maksiat yang mendatangkan murka اللّهُ ”?
Bahkan meski demikian, kita tidak bisa memaksakan kehendak kita
secara brutal. Harus ada proses untuk memberikan pengertian dan pemahaman,
kemudian memberikan opsi-opsi dan jabaran konsekuensi yang harus mereka terima.
Sebijak mungkin, jangan sampai kita menjadi orangtua yang hyper parenting.
Karena sesuatu yang baik, harus disampaikan dengan cara yang baik pula, agar
hasilnya pun baik.
Berikut beberapa ciri dari orangtua yang hyper parenting :
1. Sering merasa cemas secara berlebihan tentang anak-anak mereka.
2. Kebablasan dalam menjalankan kedisiplinan untuk anak-anak.
3. Senang membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan yang
lain, bahkan dengan anak orang lain.
4. Menjadikan prestasi sebagai ukuran keberhasilan (anak didoktrin
untuk selalu menjadi nomor satu) dengan mengesampingkan bahwa masing-masing anak
memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
5. Kecewa secara berlebihan jika melihat kegagalan anak-anak,
bahkan tak jarang menyalahkan guru atas kegagalan tersebut.
6. Tidak suka jika anak-anak mereka dikritik atau diberi masukan.
7. Tidak suka jika anak-anak memiliki waktu “bebas” untuk bermain
bersama kawan-kawannya atau melakukan hobi yang disukainya.
Sedangkan dampak atau efek negatif yang dapat timbul karena
orangtua senang memaksakan kehendak mereka pada anak-anak :
1. Anak-anak menjadi pemarah, emosional, pemberontak, dan
pendendam.
2. Mudah cemas dan memiliki kekhawatiran yang berlebihan.
3. Sering sakit (terutama sakit kepala).
4. Kurang ekspresif, kurang bisa bergaul, dan malas berbicara
5. Nampak tertekan, tidak bahagia, dan tidak bergairah Dapat
mendorong anak untuk melakukan hal-hal menyimpang
Konklousinya → Orang tua boleh berkeingan untuk melakukan sesuatu
terhadap anaknya selama tidak bertentangan dengan sayaariah dan karakter dari
masing masing anak.
Karena karakter orang tua terhadap anak yang satu dengan anak yang
lainnya pun tentulah tidak sama, walau anak menerima turunan DNA dari orang
tua.
Jadi sebagai orang tua, ajarkanlah agama sesuai perintah Al Quran
dan Nabi ﷺ dan
juga bersikaplah lebih fair terhadap dan berdasarkan kemampuan dari masing
masik karakter dan kemampuan anak.
والله أعلم بالصواب
TANYA JAWAB
M 20
Q : Assalamualaikum..Ustad mo tanya klo menghadapi anak usia 2th
dan 6th gimana ya? Yang besar kadang jadi marah klo saya rada keras dalam
mendidiknya apalagi klo ga nurut dengan kita..rasa gregetan di kita. Apa harus
di halusin ya.. ini demi masa depannya juga. Ni anak saya cowok semua soalnya
jadi harus super terhadap mereka, mumpung masih kecil..jadi harus bener
mendidik mereka.
A : Berikan KEPERCAYAAN kepada anak sesuai dengan usianya.
Dan berlakukan konsep Reward and Punishment. Puji dia jika melakukan kebaikan
dan nasehati dia dengan halus jika melakukan kesalahan.
Q : Assalaamualaikum Ustadz.. Bila anak beranjak dewasa dan diharuskan
memilih jurusan pendidikan, apa yang seharusnya orang tua lakukan? Mengingat
wawasan orang tua hanya di jurusan ekonomi, sedangkan bisa saja si anak
memiliki kemampuan dan kecenderungan di bidang seni (misalnya); jadi si orang
tua tidak bisa memberi pandangan bagaimana nanti "kedepannya".
A : Mungkin ada jejak record dia selama di sd, smp, atau sma. Anak
kita kiat disisi mana. Jika dia memilih jurusan sesuai dengan keahliannya, maka
kita sebagai orang tua jangan membatasi. Justru support apa yang kita mampu.
Q : Bertanya ustadz, mungkin ada trik membangunkan anak umur 7 tahun
agar mau bangun pagi dan langsung sholat subuh, kalo hari sekolah agak mending
karena mau gak mau mereka bangun pagi, tapi kalo pas libur susah dibangunkan
sehingga kadang sholat subuh jam 7an. Kita-kita sudah memberi contoh. Tapi
anaknya kalo dimarahi malah jadi sewot.
A : Tanya baik baik. Apakah kamu sayang Ayah dan Ibu...? Biarkan
menjawab, Apakah kamu tidak menangis nanti Ayah dan Ibu dibakar api neraka
karena tidak bisa mendidik anaknya sholat...? Biarkan menjawab. Jika kamu tidak
sholat, artinya kamu tidak sayang sama Ayah dan Ibu. Jangan dikit-dikit marah
ya Bunda. Sabar aja. Sentil sisi emotionalnya.
Q : Assalamualaikum ustadz, sekarang nampaknya lagi trend les in
anak diluar jam sekolah, kadang ini hanya mengejar ambisi orang tua saja, anak
sudah nampak lelah tapi pulang sekolah anak harus ikut les ini dan itu, apa
trend sperti ini baik? Apa tidak memaksakan kehendak pada anak?
A : Anak itu waktu terbanyak adalah bermain. Biarkan mereka
bermain diwaktunya dan belajar di waktunya. Jika ada tambahan les, usahakan
tidak setiap hari.
Q : Lalu apa dampak baik dan buruk nya sekolah full day yang
kesan nya orang tua menitipkan akan selama mereka bekerja, dengan alasan klo
disekolah anak akan aman. Apa ini tidak membatasi kebebasan anak dalam bergaul,
mohon penjelasn nya ustadz, hatur nuhun
A : Anak akan kehilangan figur orang tuanya. Dan kemungkinan
besar tidak akan terlalu respek kepada orang tuanya.
Q : Bagaimana memberikan penjelasan kepada si anak, kalau apa yang
sedang diusahakan orangtuanya saat ini adalah untuk kebaikan anak itu sendiri.
Memang terasa tidak nyaman untuk si anak, tentunya ada tujuan yang hendak
dicapai dan ananda banyak protes jadinya.
A : Jelaskan sedetail detailmya dengan gaya bahasa yang sesuai
dengan umurnya. Kasih kesempatan untuk bertanya dan kita jelaskan setiap
jawaban single seperti : boleh atau tidak bolehnya. Usahakan anak menjadi
seperti teman berbicara kita. Bukan sifatnya komunikasi yang satu arah. Harus
dua arah dalam hal ini. Karena mereka sekarang hidup di zaman keterbukaan
informasi.
M13
Q : Ustadz, saya nanya mungkin agak menyimpang. Benarkah surga di
telapak kaki ibu ? Apakah ibu yang setiap saat selalu mengungkit-ungkit bahwa
dia mendoakan anaknya kemudian anaknya walopun sudah dewasa harus selalu
menuruti keinginannya. Ibu yang menginginkan rumah tangga anaknya berantakan,
ibu yang selalu menyakiti hati setiap orang baik dengan perbuatan maupun
kata-kata. Apakah ibu seperti itu di kakinya ada surga ?? Salahkah bila
anak-anak kemudian menjauhinya ????
A : Bagaimanapun keadaan orangtua kita wajib bagi kita tidak
berlaku kasar dan berkata "ah" kepada mereka. Jikalau Ibu selalu
menyuruh membuat kemaksiatan, maka kita sebagai anak diperbolehkan untuk tidak
mematuhinya selama memang bertentangan dengan syariat. Kita dinilainya dari
sisi bertutur kata yang halus dan berlemah lembut dengan orang tua. Menjauhinya
bukan berarti putus silaturahmi, untuk menghindari mudarat yang lebih besar
dipersilahkan. والله أعلم بالصواب
M3
Q : Assalammu'alaikum, mau tanya bun.. kebetulan tahun
ajaran baru ini, 2 anak saya masuk selolah baru, kami orang tuanya yang
menentukan sekolahnya dan agak sedikit memaksa padahal mah anak-anak kurang
setuju. Tapi akhirnya anak-anak menerimanya, dan Alhamdulillah sekarang
anak-anak malah semangat, bagaimana Islam menilai sikap awal kami yang sedikit
agak memaksa?
A : Jika memang sudut pandang orang tua itu baik, tidak mengapa.
Tetapi alangkah bijaknya jika kita memberikan alasan yang masuk akal sesuai
dengan pemahaman anak kita. Jadi tidak ada dusta diantara kita.
Q : Klo anak saya sering ngucapin kata "sebentar" klo
disuruh apa itu termasuk anak yang durhaka?
A : Jika kasar iya. Jika halus dan ada yang dikerjakan, in
sha اللّهُ tidak.
Q : Saya punya anak laki-laki paling besar..sekarang sedang saya
masukkn ke Madrasah Aliyah..tapii sebenarnya dia tidak mau..tapi saya
paksa..mengingat dia type keras suka membangkang kata orang tua..kayak payah
solat,ngaji atau kerja di rumah lainnya..berbeda dengan 2 adiknya..saya masukkn
ke Aliyah biar dia dapat ilmu yang mendlam tentang agama jangan suka melawan
orang tua. Itu gimana ya apa saya terlalu memaksa..?? Saya selalu mendoaknnya
di Qiyamulail saya..agar bisa dia mengubah akhlaknya
A :Tidak apa. Lebih baik dijelaskan apa maksud dan tujuan orang
tua menyekolahkan disana, jangan ceritakan benefit bagi orang tua, ceritakan
juga benefit bagi dia apa yang dia dapatkan kelak.
M8
Q : Saya mau tanya, kesulitan saya sebagai ibu pada anak-anak
kalau mengajak mereka untuk sholat dan mengaji, alhamdulillah anak saya sekolah
di SD islam, kalau di sekolah mungkin mereka berjamaah di skul, tetapi ketika
di rumah atau pas libur, sudah di perintah, jawabnya ya nanti, karena asik
dengan bermain, mohon solusi nya supaya mereka menjalankan perintah agama tanpa
ada rasa terpaksa, terima kasih.
A : Percayalah. Ada istilah populer "monkey see monkey
do". Orang tuanya dulu sholat jika bisa berjamaah dan anak anak melihat.
Ciptakan waktu sholat semua aktifitas berhenti. Jadi mau tidak mau ikut sholat
Bunda
M10
Q : Pak ustadz..bagaimana caranya menghadapi anak yang hyper
aktif?
A : Kasih permainan yang banyak menguras energi. Misal lari, main
bola, berenang dlsbnya. Agar tersalurkan energi yang mengendap didalam
tubuhnya.
Q : Apakah seorang ibu menangis di depan anak itu baik secara
psikologis disaat sang ibu merasa buntu menghadapi tingkah anak?
A : Baik... Jika ingin menunjukkan kasih sayang, tapi bukan untuk
menunjukkan PEMAKSAAN.
Q : Bagaimana cara menasehati anak agar tidak mengompol lagi
sedangkan usia anaknya sudah 9tahun..
A : Kalau ini bukan kebiasaan attitude. Tetapi ini merupakan
kebiasaan organ tubuh. Coba pastikan pipis sebelum tidur, dan bangunkan setelah
2-3 jam, ajak ke kamar mandi untuk pipis kembali. Lakukan berulang ulang,
semoga bisa mereduksi kebiasaan mengompolnya.
M19
Q : Assalamualaykum. Mau tanya. Menurut ibu saya, dalam belajar,
prestasi itu penting untuk masa depan. Jadi anak saya kadang sering ditekan
untuk nilai bagus. Akhirnya malah anak saya jadi kesel. Bahkan kadang malas
jawab klo ibu saya tanya. Klo saya bilang jangan sering ditekan anak saya. Ibu
saya ngomongnya agak kesal. Hadehhh. Pusing. Gimana saya mengakalinya ya
ustadz? Saya sih cuma bisa ngasih saran aja sama anak saya dalam menghadapi uti
nya. Mohon sarannya. Makasih. wassalam
A : Memang pola didik mennetukan anak kita kedepan. Dahulu kala
selalu ditekankan "ayo belajar yang rajin, agar kamu bisa mudah dapat
kerja". Bayangkan.... Sekarang muslim di indonesia rata rata menjadi
pekerja. Bukan pengusaha. Karena mindset yang terbentuk adalah demikian sejak
kecil. Intinya : Boleh berprestasi disekolah dan tawazun [seimbang]
dibidang lainnya. Seperti jiwa sosialnya, jiwa pemahamannya, jiwa tenggang rasanya
dllnya.
Q : Apakah sikap saya terhadap anak bisa dikatakan hyper
parenting... Saya selalu nyarananin kuliah d stdi,lipia,atau semacam itu...dia
sudah ikutin tapi mungkin belum taqdirnya sudah 2 kali mencoba tetap ga bisa
lolos..semua tempat seperti tertutup untuk dia belajar ilmu syar’i.. Akhirnya
saya coba tanya dia, dia mau sekolah di mana? Dia bilang dia suka amikom, ya
saya izinkan, Alhamdulillah dia bisa lulus tes... Akhirnya saya ada penyesalan
tuk dia, karena keinginan saya dia tertunda kuliah 2 tahun.. Tapi dia masih mau
saya sarankan tuk menghafal al quran selama 2 tahun itu..
A : Alhamdulillah. Memang itulah yang terbaik. Sesuai dengan
kemampuan dan keinginan sang anak. Hebaat Bunda. Tidak ada kata terlambat
M2
Q : Bagaimana klo seorang ibu selalu membebankan sesuatu pada anak
yang paling tua..contoh..kakak yang tertua harus bisa matematika..ngaji..les
gambar. les logo..dan lain sebagainya..anak tertua sekarang menjadi pendiam..
A : Ya itulah keinginan orang tua yang dipaksakan kepada anak.
Akhirnya berdampak demikian. Coba urai tanggung jawab tersebut sedikit demi
sedikit yaa. Agar anak kita lebih plong hatinya.
Q : Gimana ngadepin anak semata wayang laki-laki..perjaka..semester
7..yang susaahh banget denger nasehat dan arahan orang tua pak dodi dan susaahh
banget disuruh ? Bicara 4 mata sudah., kasih pengertian sudah. Nurut bentar
dan,,besok gitu lagi
A : Coba berikan 1 sampai 2 tanggung jawab kepada ybs. Misalnya
peliharaan burung Bapak sudah harus dimandikan setiap pagi [contoh]. Anggap dia
sudah dewasa untuk dapat bertanggung jawab terhadap satu hal. Jika sudah
terbiasa, tambahkan lagi 1 tanggung jawab baru demikian seterusnya.
Q : Kita tidak boleh membanding-bandingkan anak..tapi klo
karakternya misal yang satu pintar yang satu malas..biar yang malas
termotivasi..bagaimana caranya..?
A : System Reward, Double Reward dan Triple Reward. Misalnya.
Jika bisa mengalahkan Kakak, maka kamu mendapatkan hadiah dari Bapak dan Ibu
berupa X, tapi jika begini dapatnya XX, apalagi kalau begini bisa dapat XXX.
Jangan dihukum jika tidak sampai. Hargai progress yang sudah anak tersebut
lakukan. Tolong jangan dipatahkan semangatnya ya Bunda
Q : Ceritanya begini di tahun ini ana rencana mau pindahkan
sekolah anak ke sekolah yang fullday saja..tapi ketika d ajak ke lokasi,
si anak minta boarding.. Sampai ketika mau membuat pernyataan orang
tua anak saya ditanya berkali-kali...tapi dia keukeuh mau boarding.
tapiiii...pas kemaren diantar ke pesantren, dari rumah semangaaat sekali,
bahkan ketika sampai d tempat, dia rapikan semua peralatan sendiri...tapi pas
orang tuanya mau pulang ngamuk dianya nangiis.... itu gimana ya?? Merasa terpaksa
kah??? Anak nya SD kelas 4
A : Cari tahu apa yang membuat dia semangat. Dan yakinkan
berulang ulang. Dan pastikan bahwa Ayah dan Ibu akan sering mengunjunginya.
Mungkin dia hanya tidak mau berjauhan dengan orang tuanya.
M5
Q : Pertanyaan saya, bagaimana cara mengarahkan anak untuk mau
sekolah sambil mondok/ngaji?
A : Coba kasih pandangan visual dan pandangan audio kepada anak
kita. Sehingga mereka punya gambaran terhadap hal itu
Q : Bagaimana caranya untuk memberi penjelasan agar anak tidak ngelawan/membantah
pas dinasehatin sewaktu sang anak berbuat salah?
A : Pastikan dengan suara lembut ya Bunda. Semakin besar suara
kita, semakin besar pertahanan anak kita.
Q : Kalo kita tidak boleh memaksakan kehendak kepada anak,
bagaimana dengan menuruti kemauan anak...?
A : Jangan juga. Sikap tawazun / seimbang itu jauh lebih baik.
Atau sikap Reward dan Pusnishment bisa dijalankan. Atau sikap metode
"if" bisa dipergunakan. Ex : Baik Mama belikan, tapi kamu harus
mengaji setiap selesai sholat maghrib ya...? Dapatkan konfirmasi dari anak
langsung ya, baru diberikan keinginannya
M6
Q : Ust bertanya, Alhamdulillah sekarang para orang tua banyak
mendapat materi parenting lewat seminar maupun online. Pertanyaan saya:
1. Terkadang, masih sulit untuk saya menerapkan materi parenting
yang seharusnya saya lakukan. Apakah masih terkungkung dengan asuhan orang tua
kita dahulu? Bagaimana supaya kita tidak mengikuti pola asuh orang tua kita
yang tidak baik?
2. Bagaimana caranya agar orang tua tidak terlalu cemas terhadap
anak?
A : 1. Betull... Sekarang sudah beda zaman untuk menerapkan metode
orang tua kita dulu. Yang saya bilang metode ya. Tetapi adab tetap
dipertahankan. Belajarlah dari segala sumber ya Bunda.
2. Kerjakan selayaknya orang tua terhadap anak. Sisanya serahkan
kepada اللّهُ Ta'ala
Q : Ustadz, saya mau Tanya, orang tua saya termasuk yang hyper
parenting, dan sejujurnya saya menyimpan rasa marah pada orang tua saya. Jika
saya membatasi komunikasi (hanya membahas hal yang kira-kira tidak akan membuat
perselisihan pendapat dengan orang tua) apakah boleh? dan bagaimana cara agar
hati saya dapat memaafkan perlakuan orang tua saya dulu?
A : Boleh dan jangan pendam rasa amarah. Ingat ingat saja yang
posiitif. Bahwa perlakuan orang tua itu hanya untuk kebaikan sang anak. Maafkan
saja yaaa..
M16
Q : Mau tanya ustadz, anak saya klos 4 sd, kadang kalo saya bilangin itu slalu menjawab seolah-olah merasa dia sendiri yang benar dan dia malasnya minta ampun di suruh mandi atau di suruh bangun pagi itu susah, walaupun dia bisa bangun pagi karena saya bangunin itu juga dia bangun nya terpaksa sambil marah gimana ustadz ???
Q : Mau tanya ustadz, anak saya klos 4 sd, kadang kalo saya bilangin itu slalu menjawab seolah-olah merasa dia sendiri yang benar dan dia malasnya minta ampun di suruh mandi atau di suruh bangun pagi itu susah, walaupun dia bisa bangun pagi karena saya bangunin itu juga dia bangun nya terpaksa sambil marah gimana ustadz ???
A : Menyuruh dan merintahnya kemungkinan pakai suara "perintah"
dan "besar". Semakin besar suara kita, semakin besar pertahanan yang
dikeluarkan anak kita. Datangi... Eluss, mandi yukk, oh belum mau ya...? 5
menit lagi yaa...? [biarkan anak menjawab dan pastikan dapat persetujuannya].
M11
Q : Saya sering bingung dalam mengasuh anak ustad.... sebenarnya
saya sudah berusaha untuk demokratis dengan anak, berusaha untuk mendengarkan
anak maunya apa, tapi disatu sisi Ibu saya tinggal bersama saya dan sering
memaksakan kehendak pada anak-anak... yang akhirnya membuat anak-anak jengkel
dan kadang ngomongnya jadi kasar sama ibu.
Saya yang sering bingung ustad... karena harus menjaga perasaan mereka masing-masing. Mohon pencerahan ustad
Saya yang sering bingung ustad... karena harus menjaga perasaan mereka masing-masing. Mohon pencerahan ustad
A : Bicarakan baik-baik dengan Ibunya Bunda. Minta dan Berikan
kesempatan untuk mengurus anak anak langsung. Jelaskan juga dulu Ibu sudah
mendapatkan jatah mengurus anak anak dan sekarang giliran saya untuk mengurus
anak anak. Tetap dengan suara yang halus dan lembut yaa
M7
Q : Ustadz, bagaimana jika kita adalah korban hyperparenting orangtua?
Begitu sayangnya orang tua hingga saat menikah dimana selayaknya anak gadis dipercaya mandiri dan ikut suami, orangtua/ibu merasa Khawatir (agak berlebihan), belum percaya sepenuhnya kepada menantu, dan memiliki perasaan yang super sensitif jika anaknya lebih memilih taat kepada suaminya dibandingkan saat dulu ketika anaknya masih lajang... Bagaimana seharusnya sikap anak mengkondisikan Ibu, suami dan seperti apa memposisikan diri yang baik?
Begitu sayangnya orang tua hingga saat menikah dimana selayaknya anak gadis dipercaya mandiri dan ikut suami, orangtua/ibu merasa Khawatir (agak berlebihan), belum percaya sepenuhnya kepada menantu, dan memiliki perasaan yang super sensitif jika anaknya lebih memilih taat kepada suaminya dibandingkan saat dulu ketika anaknya masih lajang... Bagaimana seharusnya sikap anak mengkondisikan Ibu, suami dan seperti apa memposisikan diri yang baik?
A : Sebaiknya pisah rumah dengan orang tua. Beritahu secara
halus bahwa istri harus taat kepada suami. Jika tidak mempan, pinjam kekuatan
"mulut" keluarga yang disegani, belikan bacaan islami sesuai tematik
yang ingin disampaikan, dan ajak kajian offline bersama dengan suami juga.
Q : Assalamualaikum ustadz....apakah ngurus mertua sama
pahalanya dengan mengurus orang tua sendiri pak ustad....?
A : In sha اللّهُ kalau mertua dan orang tua sama sama diurus dengan baik.
Q : Ustadz afwan mau nanya.... Apakah benar kewajiban mengurus
orangtua itu terletak pada anak laki-laki? Dan selama ini suami ikut saya
ustadz ngurus ibu saya sdengan adik saya malah kerja diluar kota....saya tidak
enak dengann mertua saya yang seharusnya suami saya yang ikut mengurusi beliau.
Dan bagaimana jika saya sengaja menjaga jarak dengan ibu saya karena saya
merasa ibu saya lebih senang memihak adik saya ustadz, maksud saya agar tidak
terjadi gesekan lagi?
A : Benar. Boleh. Jangan putus silaturahmi
Q : Bagaimana menyikapi orang tua yang membeda bedakan
anaknya, misalnya dalam hal kasih sayang...?
A : Boleh dalam kasih sayang. Tapi jangan ditampakkan dengan
jelas. Harus adil dalam pemberian materi
M4
Q : Assalamu'alaikum ustadz mo tanya... Anak saya yang pertama
perempuan umur 4,5 th, sekarang sudah mulai masuk sekolah. Klo pas di sekolah
itu dia enjoy dengan temannya tapi klo pas dirumah persiapan sekolah mulai
mandi dkk itu selalu ribet dulu. Klo di sekolah juga sepertinya kurang
konsentrasi menerima pelajaran lebih suka ngobrol dengan temannya. Bagaimana ya
ustadz cara agar anak mempunyai semangat untuk sekolah? Dan bagaimana cara agar
anak mudah dinasehati karena kadang klo kita menasehati malah anaknya emosi...
Jazakallah ustadz...
A : Minta bantuan guru dalam hal ini, toh kita juga sudah
membayarkan. Biasanya anak-anak ada guru idolanya dan lebih mendengarkan.
Sampaikan juga ke gurunya tentang pentingnya mendengarkan nasihat orang tua.
Q : Bagaimana menurut hukum islam...bila taat nya istri
pada perintah suami tapi membuat ibu sedih....
A : Memang istri harus taat kepada suami. Afdholnya jika kita
bisa memberikan pengertian kepada sang Ibu.
M9
Q : Anak saya punya catatan ibadah hariannya, klo shalat
sempurna bacaan gerakan, rapi pakaian, wudhu, tepat waktu saya kasih 5. Awalnya
sesuai harapan tapi kemudian agak kendur & lalai saya kasih 3. Dia bilang
gpp deh, malah kadang secepat kilat... saya cuma bilang Allah maha melihat yah
nak kamu shalat/tidak, bagaimana shalatmu walau umi tidak lihat, memang nya
kamu ga mau di sayang Allah? Di hadiahi syurga? Bolehkah seperti itu ust?
A : Boleh Bunda
M1
Q : Ustadz...anak saya kelas Xl dah besar. Namun saya merasa dia
orangnya tertutup. .sering klo ditanya mungkin dia lagi bad mood trus marah.
Ini contoh..waktu milih jurusan di SMA dia seolah-olah tau dan ketika kita
tanya kemauan dia...dia seolah-olah sudah memutuskan yang benar menurut dia.
Kami tidak memaksa..suatu saat dia mengoreksi keputusan. Kenapa yaa dia nggak
merasa bersalah. Gimana cara komunikasi dengan anak tipe seperti itu
A : Anggap yang bersangkutan sudah dewasa. Dan ketika dia salah
memutuskan, duduk bersama dan adakan komunikasi dua arah. Agar kita sampaikan
pesan, setiap pilihan ada konsekuensinya.Tanamkan juga ke anak. Bahwa manusia
itu makhluk sosial yang terkadang butuh pendapat dan masukan dari orang lain
dalam menentukan kesulitan dalam memilih. Naah... Kami sebagai orang tua siap
mengisi peran tersebut.
M12
Q : Asslm...ust diumur berapa anak diberi kelonggaran dalam
mengambil keputusan... karena di umur yang belum baligh atau dewasa cenderung
anak mengambil keputusan menurut kesenangan mereka...
A : Disaat baligh. Tetapi pengambilan keputusan yang terkontrol
ya. Bukan dilepas. Orang tua memberikan dampak buruk dan baik dari
masing-masing putusan yang diambil.
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baikloah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asayahadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
Ustad mau nanya sya berumur 24. Yg baru selesai kuliah setelah kuliah ini saya mau kerja di pondok pesatren tapi ibu saya tidak setuju dan ibu saya menyarankan saya kuliah lagi, sebenarnya saya tidak mau kuliah lg karena jurusan kuliah yg saya jalani itu pilihan orang tua saya yaitu jurusan kesehatan saya merasa tidak mampu lg untuk menyambung kuliah lg tapi kalau saya memaksa untuk kerja dipondok ibu saya tidak akan memberi uang dan apabila hari minggu saya pulang ibu saya bilang akan mengunci semua pintu rumah,
ReplyDeleteAss,ustad sy wanita yg ingin menikah tp orgtua sy menginginkan pesta karna nazar ibu sy,sy pun tidak menghalangi keinginan ibu sy ttp kalau kondisinya tidak mampu utk pesta apkah hrs ttp dijalankan,bukankah jika sgala sesuatu jika dipaksakan akan tdk baik? Dan sy bingung knp orgtua sy lbih mementingkan pesta dr pd hidup anak kedepannya? Apakah masih tetap harus dilaksanakan nazarnya ?
ReplyDeleteDan sy sedih ketika orgtua sy berkata"enak aja nikah cuma modal dengkul" apa smata" prnikahan hanya dilihat dr materi? Karna calon suami tidak sanggup utk memenuhi keinginan orgtua sy,dan sumpah serapah pun keluar dr mulut ibu sy sndiri,sy diam selama ini hanya krn takut omongan sy nnti akan menyakiti hati beliau tp ktika sy mengeluarkan pendapat sy beliau malah menghardik diri sndiri brkata utk tidak usah mengakui dirinya sbgai ibu sy lg ,sy sangat sedih pak ustd ,apa yg sy hrs lakukan ? Haruskah mengikuti nazar ibu sy wlapun calon bilang tdk mampu ? Dan bagaimana cara menjelaskan agar orgtua sy mngerti krn sy telah menjelaskan berkali" pun beliau ttp dg keinginannya utk mengadakan pesta ats nazarnya mohon pencerahannya ustd