Kajian Online WA Hamba الله SWT
Senin, 15 Agustus 2016
Narasumber : Ustadz Endri
Rekapan Grup Bunda M14
Tema : Parenting
Editor : Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga kita selalu istiqomah sebagai shohibul
qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring salam selalu kita hadiahkan kepada uswah
hasanah kita, pejuang peradaban Islam, Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT
yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada keluarga dan para sahabat nya semoga
kita mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nananti. InsyaAllah aamiin
MEMBIASAKAN SHALAT KEPADA ANAK
1.Selalu mengingatkan tujuan sholat
Ajak anak membuka Al-Qur’an Surat Thaha (20) ayat 14 :
"Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku,
dan dirikanlah shalat, untuk mengingat Aku.”
Setelah salam dan berdoa, cobalah tanyakan pada anak, apakah
selama sholat tadi dia ingat kepada Allah? Jika anak menjawab belum, maka
berbincanglah dari hati ke hati mengapa dia belum bisa mengingat Allah selama
sholat.
Bantu anak melakukan refleksi atas sholatnya, lalu lakukan
evaluasi dengan memancing ide anak kira-kira apa yang bisa ia lakukan agar
sholat berikutnya lebih bisa mengingat Allah. Tantang dia agar berkomitmen
melakukan idenya sendiri. Lakukan terus perbincangan ini dari hati ke hati,
minimal sekali dalam sehari. Jika belum juga terlihat hasilnya, bersabarlah
tanpa berhenti berusaha.
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah kamu
dalam melakukannya.” (QS Thaha (20) : 132)
2.Mengenalkan karakter Al-Mushollin
Ajak anak membuka Al-Qur’an Surat Al-Ma’arij (70) mulai dari ayat
11 hingga 34. Berikan pengantar seperti bunyi ayat 11 hingga 21, bahwa pada
hari kiamat, ada orang yang sangat ingin menebus dirinya dari siksa api neraka,
dengan anaknya, atau dengan istrinya, atau dengan saudaranya, atau dengan
keluarganya, bahkan kalau perlu dengan semua manusia di bumi. “Biarlah mereka
masuk neraka semua, asalkan saya bisa selamat”, begitu kira-kira.
Mereka masuk neraka karena selama hidup di dunia, selalu menyikapi
sesuatu tidak pada tempatnya. Jika mereka mendapat kesulitan, mereka selalu
berkeluh kesah, menggerutu, ngambek, marah atau memukul. Jika mereka mendapat
kebaikan atau kekayaan, mereka pelit bukan main, sombong, atau boros. Apapun
yang terjadi, sikap mereka selalu negatif.
Masuk dan beri penekanan pada ayat ke 22 : “Ilaal musholliin,
Kecuali orang-orang yang mendirikan sholat (secara berkesinambungan).” Hanya
orang-orang yang berkarakter Al-Mushollin yang bisa selamat dari api neraka.
Ini karena sholat membuat golongan Al-Mushollin mampu untuk bersikap positif
terhadap apapun yang terjadi padanya.
Bantu anak melakukan refleksi, apakah sholatnya selama ini sudah
bisa masuk kategori Al-Mushollin atau belum, misalnya : Menurutmu kalau
sholatnya sambil bercanda, masuk golongan Al-Mushollin tidak?
3. Selalu mengajak sholat di sebelah kita
Anak perlu role-model, bahkan dalam urusan sholat. Sangat jarang
ada anak yang bisa langsung tertib sholatnya. Semua perlu waktu dan usaha.
Rasulullah menyuruh kita mulai mengajarkan dan membiasakan anak sholat di umur
7 tahun, bahkan boleh memukulnya jika sampai usia 10 tahun belum bisa sholat
dengan tertib.
Ada rentang waktu 3 tahun di sana, kurang lebih 5475 kali sholat
fardhu. Alangkah baiknya jika 5475 kali sholat itu, anak melakukannya dalam
pengawasan kita atau orang yang kita percaya. Anak bisa langsung melihat cara
kita sholat, untuk kemudian menirunya. Jika ada yang salah dengan sholatnya pun,
kita bisa langsung menegurnya seusai sholat.
4. Mendoakan supaya istiqomah dalam sholat
Bersamaan dengan usaha kita memotivasi anak, jangan lupa
mengajarinya doa Nabi Ibrahim a.s yang sudah terkenal mustajab.
“Rabbiij'alnii muqiimash-shalaati wamin dzurrii-yatii, rabbanaa
wataqabbal du'aa, Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang selalu mendirikan
shalat, demikian juga anak keturunanku. Ya Tuhanku, perkenankan do'aku." –
(QS. Ibrahim (14) : 40)
TANYA JAWAB
Q : Kalo anak 7thn
gmn mulai ngajari sholat istiqomah 5 waktu, maunya dia kalo udah sholat dhuhur
di sekolah, ga mau sholat ashar
A : Mengajari anak
untuk membiasakan sholat tidak harus menunggu usia 7 tahun. Sejak dia masih
kita timang, kita ajarkan kebiasaan sholat. Jika sudah 7 tahun, maka kita harus
lebih menekankan untuk istiqomah daam menjalankan shalat. Yang bisa kita
lakukan adalah menasihati dengan berbagai metode : cerita, hikmah, peringatan
dll. Anak harus bisa merasakan bahwa ortu tidak bisa kompromi dalam masalah
ini. Kita beritahu, jika tidak shalat dia akan mendapatkan hukuman, jika shalat
maka dia akan mendapatkan reward. Berilah hukuman dan reward yang mendidik dan
tidak membahayakan bagi anak. Jika masuk waktu shalat, ingatkan dia untuk
shalat, dan tidak ada kompromi. Jangan pernah trenyuh dengan rengekan,
kemanjaan dll. Jika dia shalat, maka kita peluk dan kita berikan pujian kepada
dia. Terus lakukan, jangan pernah menyerah. Doa adalah senjata yang utama.
Q : Anak saya umur 7
tahun lebih..alhamdulilah biasa ,menjalankan sholat,,, tapi ituu..
sholatnya cepet banget, alhamdulilah
dah 5 waktu juga walaupun kadang nggak tepat waktunya..Apakah masih wajar dalam
usia seumurnya,,
A : Sangat wajar
untuk anak se usia dia. Seringlah berbicara kepada dia tentang keutamaan dan
tujuan shalat sesuai dengan usianya. Ceritakan tentang pahala shalat, kecintaan
Allah kepada orang yang shalat, dll. Banyak referensi tentang itu. Ajaklah
shalat bersama dengan tuma’ninah. Ajarkan hafalan Qur’an dan ajarkan untuk
dibaca dalam shalat. Jangan pernah menyerah untuk terus melakukan
Q : Anak-anak sholat biasa bareng sama saya, tapi kalo saya lagi
haid gimana trik nya biar anak tetep mau sholat? Saya suruh sholat
sendirian ga mau.
A : Anak adalah
termasuk personal yang bisa diajak biacara. Asalkan rutin, penuh kasih-sayang
dan focus. Di luar shalat, sampaikan kepada anak bahwa seorang wanita ada
siklus menstruasi yang dilarang untuk menjalankan shalat. Ceritakan
berkali-kali, tidak perlu panjang lebar, kecuali dia banyak bertanya. Di luar
shalat, sampaikan kepada dia tentang sayangnya Allah kepada orang yang shalat
dan shalat harus dilakukan sendiri, tidak bisa diwakilkan. Di luar shalat,
tanyakan, mengapa dia gak mau shalat jika ibu menstruasi. Jadikan sebagai
diskusi indah dengannya. Jika ditemukan keinginannya, maka bisa kita penuhi.
Misalkan ditunggui umi, dipakaikan mukena sama umi, umi juga pakai mukena dll.
Kita penuhi. Peluk dan pujiah dia selesai shalat. Doa adalah senjata utama.
Insya Allah dia akan bisa shalat sendiri
Q : Bagaimana cara membiasakan anak sholat dengan sendirinya tanpa
harus disuruh
A : Seringkali saya
tanyakan kepada ibu-ibu :”Senang tidak, jika ibu-ibu menasihati puteranya
sekali saja, maka sang anak akan langsung menjalankan, disiplin,
terus-terusan”. Jawabannya :”Senang sekali !” Maka saya sampaikan :”Kalau
begitu, gantilah anak ibu dengan robot. Insya Allah akan bisa seperti itu”.
Tugas ortu adalah mendampingi anak sejak dia lahir hingga kelak salah satu
diantara kita dipanggil Allah. Berjanjilah sebagai ortu untuk selalu
mendampingi anak selamanya dan tidak akan pernah jemu melakukannya. Untuk
shalat, tepatnya bukan menyuruh anak tapi mengajak anak untuk shalat.
Berjanjilah untuk sehari lima kali sepanjang usia kita, kita akan selalu
bertanya :”Nak, apakah kamu sudah shalat ?” Tidak perlu kita menambahi kalimat
lain ktk dia menjawab :”Belum, bu”. Tidak perlu kita berkata “Ibu capek ngasih
tahu kamu”, “Kan berkali-kali ibu sudah bilang”, “Kapan kamu bisa sadar untuk
shalat” dll. Cukup sampaikan kepada dia :”Sana segera shalat, ibu tungguin
kamu, sampai kamu selesai shalat”. Itulah tugas mulia ortu, selalu tidak pernah
jemu mendampingi sang anak.
Q : Ustadz klo negur atau betulkan solat itu setelah anak selesai
anak solat ya? Karena saya biasanya suka menegur dan membetulkan anak solat
saat sedang solat. Klo udah selesai solatny saya suka lupa yang mn yang mau
dibetulkan afwan
A : Menegur tidak
ada aturan baku, apakah saat shalat, ataukah selesai shalat. Yang terpenting
dalam menegur adalah tidak mempermalukan anak, tidak meremehkan dia dan tidak
menumbuhkan rasa kenapa aku selalu salah. Misalkan anak shalat dengan temannya,
dan ada kesalahan yang sedikit / kecil saja. Maka biarkan saja, selesai shalat
kita berdua bicara sama dia. Kalau kita lupa catat di handphone yang tidak
pernah lepas dari tangan kita. Fungsikan untuk mjadi reminder. Jika kesalahan
anak adalah bercanda bersama temannya, maka ingatkan saat itu juga dengan
bahasa yang tidak berlebihan. Jangan setiap selesai shalat selalu kita
sampaikan kekurangan shalatnya. Dia akan merasa tidak pernah benar. Jika dia
melakukan shalat yang baik, peluk dan pujilah dia.
Q : Bagaimana
hukumnya jika anak balita ikut solat di shaf orang dewasa...
A : Sangat baik mengajarkan anak untuk ikut shalat berjama’ah di
masjid sejak dini. Yang perlu mjadi perhatian adalah mari kita saling menjaga.
Jika kita yang punya anak, maka berilah pakain yang menggambarkan bahwa dia
akan shalat, bukan sedang bermain. Berilah dia pakain shalat, jangan biarkan
dia pakai pakaian bermain. Sebelum ke masjid, nasihatilah dia supaya nanti tenang,
tidak berlari-lari, tidak ramai dll. Carikan shaf yang aman buat dia. Yaitu
tidak di shaf pertama dan belakang imam. Kecuali memang makmumnya sedikit, atau
tidak ada. Jangan berada di shaf yang berdempetan dengan teman sebayanya. Harus
dipisahkan. Berilah isyarat-isyarat kepada dia, jika dia melakukan sesuatu yang
mengganggu jama’ah shalat. Memegang, menggendong, memeluk diperbolehkan bagi
ortu untuk menenangkan anaknya. Jika tidak sesuai skenario, itulah anak-anak.
Sepulang dari masjid, dievaluasi apa yang telah dia lakukan tadi supaya tidak
terulang. Lakukan evaluasi secara proporsional dan mendidik, jangan membuat dia
trauma untuk ke masjid. Jika jama’ah masjid adalah sekumpulan orang yang tidak
menerima kehadian anak-anak, jangan dipaksakan anak berjama’ah di masjid.
Kondisikan masjid kita ramah thd anak, dan kondisikan anak kita beradab dalam
masjid.
Q : Anak yang
berumur 10 th itu apakah sudah dihukumi wajib sholat sementara dia(perempuan)
belum haid ? Dan apakah sikap kami salah ketika dia sedang sakit dengan
kondisi demam tinggi dan diinfus kami tidak suruh dia sholat, karena kami
pikir umur dia masih tahap pembiasaan bukan kewajiban untuk sholat meskipun
saat itu kami juga kasih pemahaman bahwa ini hanya berlaku ketika dia masih
belum haid..besok kalau dia sudah haid tidak boleh meninggalkan sholat meskipun
dalam keadaan sakit sekalipun..
A : Seorang militer harus dilatih untuk menghadapi suasana
pertempuran walaupun dia belum berada di medan tempur. Ketika dia sudah
terlatih akan sangat mudah melakukan adaptasi di medan pertempuran. Demikian
pula anak kita, kita persiapkan dia menghadapai masa depannya dan juga masa
balighnya. Walaupun secara hukum syari’i dia belum mempunyai kewajiban shalat,
tugas ortu melatih dia terbiasa untuk shalat. Jika shalat sudah menjadi
akhlaqnya, maka baginya shalat itu adalah kebutuhan hidupnya. Yang perlu
menjadi perhatian bagi kita adalah, melakukan pembiasaan itu harus dengan :
bertahap, kontinyu dan penuh kasih-sayang. Bertahap maksudnya tidak langsung
diberi tugas yang sempurna, yaitu shalat yang tepat waktu, tuma’ninah, khusyu,
tartil, sempurna rukun dan adabnya. Betapa kasihan anak kita. Latihlah secara
bertahap. Kontinyu adalah terus-menerus, jangan pernah merasa jemu, capek dll.
Jika kita punya target berlebihan kepada anak, seringkali kita sendiri yang
kecapekan dan tidak bisa kontinyu. Dengan kasih-sayang maknanya dengan
kelembutan, tidak usah dibentak, ucapkan pujian jika dia menjalankan dll.
Shalat adl kewajiban agama yang tidak bisa ditinggalkan. Jika dia sakit demam,
kalau dia masih sadar, justru di saat itu kita memberitahu kepada dia tentang
indahnya agama Islam. Dia bisa shalat sambil berbaring, wudhu dengan tayamum,
dan ajarilah doa istighfar untuk membantu kesembuhannya. Dia akan merasakan
dekat kepada Allah di saat sakitnya, sekaligus merasakan kasih-sayang Allah
yang memberikan kemudahan dalam segala urusan
Q : Saya mau tanya ustadz, kalau kita baru sholat dan anak kita
mengganggu(naik punggung/duduk didepan kita) sehingga kita ketinggalan rekaat
atau melenceng nghadap kiblat itu bagaimana ya ustadz?
A : Setelah kita mengjarkan adab shalat dan adab di masjid kepada
anak, maka jika anak di luar kontrol atau di luar skenario, sadarilah itulah
anak-anak. Kita tidak bisa memberikan sanksi yang tidak semestinya, ttapi jg
tidak bisa kita cuek membiarkannya. Teruslah menanamakaan dan membiasakan adab
dl shalat dan di masjid. Jika saat shalat anak naik punggung, menarik sajadah
dan lain-lain, bereaksilah secukupnya. Jika kita shalat di rumah, teruskanlah
shalat, sambil memberikan reaksi supaya kita tetap berada pada posisi dan gerak
yang benar dalam shalat, menahan gerak berlebihan anak kita dan menghindarkan
dari gerak dia yang membahayakan. Selesai shalat kita tanamakaan adab-adab
dalam shalat, walau dia seolah-olah tidak memperhatikan. Teruslah seperti itu,
insya Allah berjalnnya umur akan membuat dia tahu. Jika shalat kita di masjid,
maka ukurlah dengan jama’ah di dekat kita. Jika gerak anak sangat mengganggu
jama’ah lain, apalagi membahaykan dirinya, maka hentikanlah shalat, bantulah
anak kita untuk rapi. Jika perlu pindah shaf yang tidak mengganggu jama’ah
lain. Jika tidak bisa, bawa anak pulang, jika itu lebih aman. Di rumah selalu
ajarkan adab shalat dan di masjid. Esok hari, ajaklah lagi ke masjid dengan
pola yang sama. Jika kita ketinggalan rakaat, selama belum sampai ketinggalan
dua rukun teruskan shalatnya. Jika kita ketinggalan rakaat melebihi dua rukun,
maka mulailah lagi shalatnya sebagimana makmum masbuk. Jika kiblat kita
bergeser, luruskan lagi. Jangan pernah capek mjadi orangtua.
Alhamdulillah, kajian kita hari ini berjalan dengan lancar.
Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala
kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing
sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta
astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT



0 komentar:
Post a Comment