Kajian Online WA Hamba الله
SWT
Senin, 5 September 2016
Rekapan Grup Bunda
Tema : Kajian Umum
Editor
: Rini Ismayanti
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang masih memberikan kita nikmat iman, islam dan Al Qur'an semoga
kita selalu istiqomah sebagai shohibul qur'an dan ahlul Qur'an dan dikumpulkan
sebagai keluarga Al Qur'an di JannahNya.
Shalawat beriring
salam selalu kita hadiahkan kepada uswah hasanah kita, pejuang peradaban Islam,
Al Qur'an berjalan, kekasih Allah SWT yakaninya nabi besar Muhammad SAW, pada
keluarga dan para sahabat nya semoga kita mendapatkan syafaat beliau di hari
akhir nanti. InsyaAllah aamiin
TABAYYUN
DAN URGENSINYA BAGI AKTIFIS DAKWAH
Pengertian
Tabayun
Kata
tabayun berasal akar kata bahasa Arab: tabayyana – yatabayyanu - tabayyunan,
yang berarti at-tastabbut fil-amr wat-ta’annî fih (meneliti kebenaran sesuatu
dan tidak tergesa-gesa di dalamnya). Allah berfirman, “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah.”
(An-Nisâ: 94).
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa tabayun berarti pemahaman
atau penjelasan. Dengan demikian, tabayun adalah usaha untuk memastikan dan
mencari kebenaran dari sebuah informasi sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan.
Syekh
Muhammad Sayyid ath-Thantawi mengartikan tabayun sebagai ketidaktergesaan dan
kesabaran dalam semua hal sehingga mengetahui kebenaran yang disampaikan oleh
orang fasik.
Menurut
al-Kafawi dalam al-Kuliyyât, tabayun merupakan salah satu tingkatan dalam
penalaran. Ia menyatakan bahwa sebuah ilmu dapat mencapai otak (pemahaman)
melalui beberapa tingkatan: asy-syu`ûr (rasa), al-idrâk (tahu), al-hifzh
(hapal), at-tadzakkur (ingat), ar-ra’y (pendapat), at-tabayyun (tahu setelah
ragu) dan al-istibshar (tahu setelah berfikir).
Tabayun
dalam Nash-nash Syar`i
Kata
tabayun dalam teks-teks syar`i –Alquran dan Sunnah—memiliki makna yang
berdekatan dengan makna bahasa (etimologi):
1.
Tabayun dalam Alquran. Kata tabayun dan derivasinya disebutkan sebanyak kurang
lebih 17 kali yang berkisar pada makna menjadi jelas dan carilah kejelasan.
Hanya saja, bentuk kata yang disebutkan adalah berupa kata kerja (fi`il) bukan
kata benda atau sifat. Contoh penyebutan kata tabayun dalam Alquran adalah
firman Allah, “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang
(timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata (tabayyana) bagi mereka
kebenaran.” (Al-Baqarah: 109).
Dan
firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang
telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan (latubayyinunnahu)
isi kitab itu kepada manusia.” (Âli Imrân: 187).
2.
Tabayun dalam Sunnah. Tabayun dalam Sunnah memiliki makna yang sama seperti
dalam Alquran. Misalnya sabda Rasulullah saw., “
إِذَا
زَنَتْ
الْأَمَةُ
فَتَبَيَّنَ
زِنَاهَا
فَلْيَجْلِدْهَا
“Jika
seorang budak perempuan berzina dan terbukti (menjadi jelas) perbuatannya itu,
maka cambuklah dia.” (HR. Bukhari).
Urgensi
dan Keutamaan Tabayun
Tabayun
merupakan salah satu sikap yang sangat penting untuk selalu dipraktekkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Banyak pertikaian dan perselisihan baik dalam skala
terkecil, seperti antar dua orang individu, hingga skala terbesar, seperti
peperangan global, disebabkan oleh tuduhan-tuduhan tidak benar atau pemahaman
keliru dalam membaca sikap pihak lain.
Di
dalam Alquran, perintah melakukan tabayun secara eksplisit dinyatakan oleh
Allah di dua tempat dalam Alquran, yaitu dalam surah an-Nisâ’ ayat 94 dan surah
al-Hujurât ayat 6.
1.
Perintah tabayun dalam surah an-Nisâ ayat 94. Allah berfirman, “Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan
janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam"
kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan
maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta
yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan
nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
Imam
ath-Thabari dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perintah
kepada kaum muslimin yang melakukan jihad di jalan Allah agar tidak
tergesa-gesa dalam menyerang lawannya hingga benar-benar telah jelas dan
terbukti bahwa mereka adalah orang kafir dan layak untuk diperangi. Bahkan,
Allah melarang membunuh seseorang yang mengaku beriman hanya karena kaum
muslimin meragukan pengakuannya tersebut.
2.
Perintah tabayun dalam surah al-Hujurât ayat 6. Allah berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu.”
Dalam
ayat ini Allah memerintahkan agar seseorang tidak bersegera membenarkan berita
yang dibawa oleh seorang fasik hingga ia benar-benar meneliti dan mengecek
kebenarannya.
Bagi
seorang dai atau aktifis dakwah sifat tabayun mutlak diperlukan agar semua
tindakannya tidak terjebak pada penilaian buta dan serampangan yang hanya akan
menjerumuskan dia dalam kemaksiatan yang sangat besar kepada Allah dan
Rasul-Nya. Itu tidak lain karena seluruh ucapan dan tindakannya akan menjadi
contoh oleh masyarakat, sehingga jika penilaiannya yang buruk dan salah itu
tersebar maka ia akan menanggung seluruh beban dosa akibat perbuatannya
tersebut.
Selain
urgensitas di atas, tabayun juga memiliki beberapa keutamaan lain, diantaranya
adalah:
1.
Menjaga jiwa dan harta manusia.
2.
Petanda kematangan akal dan cara berfikir.
3.
Menjaga kehormatan dan ketentraman masyarakat dari keputusan yang tergesa-gesa
dan tanpa didasarkan pada studi dan penelitian.
4.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
5.
Menjauhkan keraguan serta bisikan dan tipu daya setan.
6.
Mengokohkan bangunan sistem amal jama`i.
Penghalang
Tabayun
Meskipun
begitu penting nilai tabayun dalam diri seseorang tapi masih saja kita sering
menemukan kebusukan yang tercium dari mulut yang tergesa-gesa dan tidak
mencermati informasi yang datang dari sumber yang bersih dan valid. Di dalam
Alquran, setelah menjelaskan pentingnya bertabayun dari berita yang diterima
dari orang fasik, Allah `azza wa jalla lalu memperingatkan kaum muslimin dengan
berbagai sifat buruk yang diakibatkan oleh informasi sampah itu. Sikap-sikap
negatif tersebut dibagi menjadi dua: sifat tercela yang diungkapkan secara
terang-terangan di hadapan orang yang dicela --yaitu as-sukhriyyah (mengolok-olok)
dan at-tanâbuz bil-alqâb (memanggil dengan gelar yang buruk)—dan sifat tercela
yang diungkapkan di belakang orang yang dicela –yaitu sû’uz-zhann (berprasangka
buruk), at-tajassus (mencari-cari kesalahan) dan al-ghîbah
(menggunjing)--.
Banyak
hal yang menyebabkan seseorang tidak melakukan tabayun dan klarifikasi,
diantaranya adalah sikap egois dan merasa sudah memahami berita dengan benar,
sombong dan merasa lebih tinggi dari sumber klarifikasi, malas untuk mencari
kebenaran dan lain sebagainya. Namun, ada sifat lain yang kadang menghalangi
seseorang yang aktif dalam dunia dakwah untuk melakukan tabayun, yaitu rasa
`athifiyyah (emosionalitas) terhadap sesama aktifis dakwah.
Seorang
aktifis dakwah sudah barang tentu akan memiliki rasa emosionalitas yang lebih
terhadap saudaranya sesama aktifis dakwah dibandingkan dengan orang lain di
luar dunia dakwahnya. Meskipun hal ini sangat penting dan perlu terus
ditumbuhkan hanya saja jangan sampai hal itu membuatnya menjadi buta dan
menerima begitu saja semua informasi yang diterima dari saudaranya tersebut.
Sikap berlebihan inilah yang tidak jarang mengakibatkan sikap tabayun itu
menjadi tersisihkan bahkan kadang hilang sama sekali, sehingga ia akan menerima
apapun jenis informasi yang diterima dari sesama aktifis tanpa memfilter,
mengkros-cek dan menimbang lebih dalam. Namun, ini tidak berarti kita tidak
perlu membedakan antara informasi yang diterima dari sesama aktifis dan
informasi yang diterima dari luar. Justru, kita tetap menilai bahwa informasi
dari sesama aktifis dakwah tentu memiliki nilai kepercayaan lebih tinggi, tapi
hal itu tidak boleh dijadikan sebagai harga mati dan kepercayaan buta sehingga
menutup pintu untuk melakukan tabayun.
Sebagai
contoh, dalam perang Hunain (8 H), Rasulullah saw. memberikan para pembesar
Quraisy ghanimah yang sangat banyak tapi tidak memberi sedikit pun untuk kaum
Anshar. Karena cukup kecewa dengan pembagian itu, maka mereka meminta Sa`ad bin
Ubadah untuk bertanya kepada beliau. Beliau lalu berkata kepadanya, “Bagaimana
sikapmu, wahai Sa`ad?” Ia menjawab, “Aku bersama mereka, wahai Rasulullah.”
Lalu beliau menyuruh Sa`ad untuk mengumpulkan seluruh kaumnya. Setelah itu
beliau mendatangi mereka dan berkata, “Wahai Anshar, apakah kalian tidak rela
membiarkan mereka pulang dengan seluruh ghanimah itu sementara kalian pulang
dengan membawa Rasulullah?” Mendengar itu mereka menangis dan menjadi rela
dengan semua keputusan beliau. Dalam kisah ini, terlihat bahwa Rasulullah saw.
tetap mencari informasi ke sumbernya meskipun beliau telah mendapatkan sebagian
informasi itu dari Sa`ad yang merupakan salah seorang sahabat terbaiknya serta
merupakan pembesar kaum Anshar dan bagian dari pihak yang merasa kecewa. Di
sini, Rasulullah saw. ingin memberikan pelajaran berharga agar kita tidak tergesa-gesa
dalam memberikan keputusan demi menjaga keutuhan umat.
Tabayun
dalam Kerangka Dakwah
Kehidupan
berdakwah merupakan sebuah wilayah interaksi yang memiliki karakteristik khusus
yang berbeda dengan kehidupan umum dalam masyarakat. Seorang aktifis akan
diikat dengan nilai dan etika tambahan yang dituntut untuk dipatuhi berkaitan
dalam kerangka hak dan kewajibannya dalam gerakan itu. Baik qaid maupun jundi
memiliki jalinan kuat yang saling mengisi dan melengkapi. Di dalam surah
al-Hujurât, Allah SWT secara gamblang menjelaskan hubungan-hubungan itu.
Menurut
as-syahid Sayyid Qutub, nidâ’ (seruan) pertama dalam surah al-Hujurât adalah
perintah untuk menjadikan qiyadah sebagi sumber petunjuk dan perintah.
Kemudian, seruan kedua dalam surah itu merupakan perintah untuk mengikuti adab
dan tata cara berinteraksi dengan qiyadah. Sedangkan dalam seruan ketiga, Allah
ingin mengajarkan bagaimana cara menerima dan mengambil sebuah informasi, yaitu
dengan berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam penerimaan info tersebut.
Karena tidak semua berita datang dari sumber yang valid.
Tabayun
adalah salah satu instrumen dakwah terbaik dalam menjaga persatuan dan
terlaksananya amal jam’i secara utuh demi tercapainya kemakmuran umat dalam
naungan ridha Allah. Oleh karena itu, memiliki sifat ini adalah sebuah
keniscayaan dan keharusan bagi seorang aktifis dakwah. Dengan tabayun, kita
akan diajarkan bagaimana bersikap hati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan atau menghukumi sebuah persoalan tertentu. Kita pun akan
dididik untuk membiasakan meminta pendapat dan nasehat dari rekan atau qiyadah
dalam kerangka menjaga keutuhan jamaah.
Selain
itu, ada hal yang sangat penting yang dapat dipetik oleh aktifis dakwah jika
benar-benar mempraktekkan nilai-nilai tabayun ini, yaitu ats-tsiqah bil-qiyâdah
wal jamâ`ah (yakin dengan keputusan qiyadah dan jamaah) terutama dalam era
keterbukaan saat ini. Informasi bisa datang dari berbagai sumber bahkan
terlihat “berserakan” dimana-mana. Disinilah aktifis dakwah sejati dituntut
menunjukkan kematangannya dalam tarbiyah. Seorang jundi tarbawi harus mampu
mesterilisasi dan memastikan kebenaran sebuah informasi sebelum keluar dari
mulut dan hatinya yang bersih yang kemudian akan dikonsumsi oleh orang lain.
Jika ia mendapati sebuah berita miring tentang jamaahnya maka sikap pertama
yang harus dilakukan adalah husnuzzhan, lalu diikuti dengan tabayun kepada
sumber dan kanal informasi yang bersih dan terpercaya.
Seorang
aktifis dakwah harus berusaha untuk bersikap tabayun dalam berbagai hal apalagi
jika informasi yang ia miliki tentang permasalahan tertentu masih
sepotong-sepotong dan tidak lengkap. Ini untuk menjaga keutuhan jamaah dan
menjaga perjalanan dakwah hingga mencapai tujuannya. Selain itu, sikap tabayun
dapat menjaga keutuhan kaum muslimin secara umum dan menjauhkan mereka dari
pertikaian serta perselisihan yang hanya akan membuat tubuh umat Islam semakin
lemah. Sikap tabayun sangat diperlukan terutama di masa modern saat ini yang
telah berkembang di dalamnya sarana telekomunikasi dan transportasi yang
menyebabkan dunia berubah menjadi sebuah desa yang kecil dengan begitu cepatnya
tersebarnya sebuah informasi ke seluruh elemen masyarakat.
Dengan
demikian, tabayun merupakan salah satu sifat dan karakter penting bagi aktifis dakwah
dan tarbiyah. Ia harus mampu memindahkan nilai-nilai tabayun dari ranah verbal
ke ranah amalan nyata. Amal jama’i yang kita bangun bersama tidak dapat
berjalan mulus bahkan mungkin dapat hancur berkeping-keping jika seorang
aktifis dakwah tidak berhati-hati dan melakukan tabayun dalam semua urusannya.
Pengelolaan informasi yang baik akan menciptakan struktur jamaah yang kuat dan
menghasilkan pribadi-pribadi dakwah yang bersih dan saleh. Hadânallahu wa
iyyakum ajma`în.
TANYA
JAWAB
M13 by Ustad Cipto
Q : Bagaimana hukumnya, kalau kita difitnah orang, kemudian ketika kita tabayun, ternyata orang tsb tidak mau mendengarkan kita, padahal jelas jelas fitnahnya salah
A : Sabar dan perkuat kesabaran...QS 3:200. Fitnah timbul jika tabayun tidak dilakukan...adapun ketika tabayun ybs tidak terima harus ada pihak lain yg membantu...
QS 49:10 bahwa sesama muslim adalah saudara dan damaikanlah antara keduanya jika terjadi perselisihan....Komunikasi perlu dilakukan...
Q : Bagaimana hukumnya, kalau kita difitnah orang, kemudian ketika kita tabayun, ternyata orang tsb tidak mau mendengarkan kita, padahal jelas jelas fitnahnya salah
A : Sabar dan perkuat kesabaran...QS 3:200. Fitnah timbul jika tabayun tidak dilakukan...adapun ketika tabayun ybs tidak terima harus ada pihak lain yg membantu...
QS 49:10 bahwa sesama muslim adalah saudara dan damaikanlah antara keduanya jika terjadi perselisihan....Komunikasi perlu dilakukan...
M2 by Ustdazah Tribuana
Q :Ustadzah...klo ada orang ngobrol ke kita dan membawa berita yang belum tentu benar bagaimana kita harus bersikap? Menyetop pembicaraan atau bagaimana?
A : Menyetop dan mengalihkan, kalau tidak berhenti kita diam saja tidak usah berkomentar.
Q :Ustadzah...klo ada orang ngobrol ke kita dan membawa berita yang belum tentu benar bagaimana kita harus bersikap? Menyetop pembicaraan atau bagaimana?
A : Menyetop dan mengalihkan, kalau tidak berhenti kita diam saja tidak usah berkomentar.
M6 by Ustad Doli
Q : Bagaimana cara kita tabayyun terhadap berita-beria yang kadang kita sendiri tidak tau ini hoax atau real? Soalnya yang menyebarkan media terpercaya,,
A : Kalau tak yakin lebih baik tak usah di anggap ada, tak usah ikut menyebarkan.
Q : Bagaimana cara kita tabayyun terhadap berita-beria yang kadang kita sendiri tidak tau ini hoax atau real? Soalnya yang menyebarkan media terpercaya,,
A : Kalau tak yakin lebih baik tak usah di anggap ada, tak usah ikut menyebarkan.
Q : Kalau pesan berantai macam broadcast gitu ustd gimana ?
A : Sama saja, yang penting substansinya apakah valid atau tidak, bisa di cek ke sumber aslinya.. kalau tak yakin, ya tak usah di anggap.
A : Sama saja, yang penting substansinya apakah valid atau tidak, bisa di cek ke sumber aslinya.. kalau tak yakin, ya tak usah di anggap.
Q : ustadz, saya bukan mau bertanya tp mau mengapresiasi hehe..
terima kasih sudah menyampaikan materi ini, jadi bisa saya bagi ke teman-teman
atau keluarga. Suka pusing soalnya kalo ada broadcast yang isinya belum tentu
benar tapi disebarkan.
A : Intinya adalah dua
1. isi atau konten
2. sumber berita
Kalau kita ragu salah satunya, tak usah di pedulikan. Apalagi kalau kita tau sumbernya tidak kredibel, misalnya bicara kesehatan yang rumit padahal bukan seorang dokter. Bicara masalah pengetahuan tertentu padahal bukan ahlinya. Dstnya.. wallahualam
A : Intinya adalah dua
1. isi atau konten
2. sumber berita
Kalau kita ragu salah satunya, tak usah di pedulikan. Apalagi kalau kita tau sumbernya tidak kredibel, misalnya bicara kesehatan yang rumit padahal bukan seorang dokter. Bicara masalah pengetahuan tertentu padahal bukan ahlinya. Dstnya.. wallahualam
M17 by Ustadzah Neneng
Q : Bagaimana menyikapi berita-berita yang mengatasnamakan agama/umat islam? Sebagai contoh...ada wa berantai..
Mesjid al aqsa saat ini diserang. Mari kita bacakan doa dan zikir...dst. Sebarkan.
Kita tidak tahu kebenarannya tapi klo tidak kita lakukan (menyebarkannya) ada rasa bersalah.
A : Jika sumber beritanya bisa dipercaya, bisa dipertanggungjawabkan, artinya kita punya hujjah saat di buka catatan amal jempol kita kelak.
Q : Bagaimana menyikapi berita-berita yang mengatasnamakan agama/umat islam? Sebagai contoh...ada wa berantai..
Mesjid al aqsa saat ini diserang. Mari kita bacakan doa dan zikir...dst. Sebarkan.
Kita tidak tahu kebenarannya tapi klo tidak kita lakukan (menyebarkannya) ada rasa bersalah.
A : Jika sumber beritanya bisa dipercaya, bisa dipertanggungjawabkan, artinya kita punya hujjah saat di buka catatan amal jempol kita kelak.
N106 by Ustadzah lillah
Q : Klo baca posting ulasan Bunda di atas rasanya mudah bertabayun, tapi memang kenyataannya yang Bunda sebutkan bahwa arus informasi&teknologi yang semakin cepat berkontribusi dalam hal informasi,.selain itu saya(kita) juga khawatir setelah membaca berita yang kita terima & berjaga-jaga/waspada terhadap keluarga kita & orang-orang terdekat kita yang akhirnya kita cepat memforward berita itu. Yang jadi masalah di sini adalah, ketika kita konfirmasi atas berita yang kita terima kebenarannya (bertabayun) pihak tsb lama memberikan konfirmasi sehingga berita yang sidah beredar di masyarakat mungkin bervariasi. Jadi semakin rumit&kompleks, yang ada bagi saya&keluarga orang terdekat saya lebih memilih tidak memforward berita-berita yang kami terima baik dr wa, line, email, sms dll karena kekhawatiran dan fitnah. Nah klo begitu bagaimana ya???
A : Saya termasuk yang tidak berani forward baca karena khawatir bagian dari penyebaran fitnah. Maka berhati-hati insyaallah sudah benar.
Q : Klo baca posting ulasan Bunda di atas rasanya mudah bertabayun, tapi memang kenyataannya yang Bunda sebutkan bahwa arus informasi&teknologi yang semakin cepat berkontribusi dalam hal informasi,.selain itu saya(kita) juga khawatir setelah membaca berita yang kita terima & berjaga-jaga/waspada terhadap keluarga kita & orang-orang terdekat kita yang akhirnya kita cepat memforward berita itu. Yang jadi masalah di sini adalah, ketika kita konfirmasi atas berita yang kita terima kebenarannya (bertabayun) pihak tsb lama memberikan konfirmasi sehingga berita yang sidah beredar di masyarakat mungkin bervariasi. Jadi semakin rumit&kompleks, yang ada bagi saya&keluarga orang terdekat saya lebih memilih tidak memforward berita-berita yang kami terima baik dr wa, line, email, sms dll karena kekhawatiran dan fitnah. Nah klo begitu bagaimana ya???
A : Saya termasuk yang tidak berani forward baca karena khawatir bagian dari penyebaran fitnah. Maka berhati-hati insyaallah sudah benar.
M5 by Ustadzah Yeni
Q
: Tabayun itu sama dengan menahan hawa nafsu/kesabarankah bun?
A : Cek
dan ricek berita mbaa.. agar tidak trjadi fitnah
Q
: Gimana caranya ya bun cara cek ricek agar tidak membauat orang yang ditanyain
tidak tersinggung?
Kadang
saya juga begitu sih..Dalam
hati berpikir ini orang kepo deh Tanya-tanya masalah pribadi saya, tapi saya
suka klo ditanyain langsung bukan tanya belakang saya.
A
: Ada seninya emank mbaa.. dan butuh proses. Kenali karakternya. Jika tipenya g
bisa diajak ngomong langsung maka kita perlu bantuan orang lain yang bisa jaga
rahasia. Nanya nya jng langsung to do point.. tp dajak canda dlu.. padakt dluu
baru diajak komunikasi. Trhadap saudara seaqidah maka kita hrus cari 1001 alasan untuk kita slalu
baik sangka..
Q
: Jika saya mendengar suatu berita/informsi tapi hanya saya dengar asmbail
lalu/ tidak dianggap, dengan alasan tidak ingin terlibat dengan hal trsebut/menganggapnya
tidak penting tanpa mengecek kebenarannya, bolehkan sprti itu ustadzah??
A
: Sah-sa saja sih mba.. tapi jika itu untuk kemaslahatan bersama ada baiknya
kita membaantu mencari kebenarannya
Q
: Bedanya kapan bersikap ngalah dan kapan bersikap tegas bun??
A : Lihat situasi dan kondisi... karena yang
paham keadaan itu kita mba. Jadi ga tergesa... jika mengalah adalah pilihan terbaik
untuk banyak mengundang kebaikan maka lakukanlah. Tapiiii... jika ternyata dengan
mengalah akan tambaah masalah.. maka kudu ditegasin... Ada orang klo ga dikasi
tau langsung ga tau klo kita lagi jengkel karena sikapnya, oleh karena itu
komunikasikan baik-baik agar tidak terjadi ketersinggungan.
Q
: Saya kalau cari informasi kebenaran sering terbawa emosi, gimana ya Ustadzah
cara mengatasinya?
A
: Kudu diademin dulu mba hatinya. Masalah dibawa dengan emosi hasilnya bakalan
ga bagus. Pertama wudhu, kemudian sempatkan sholat sunnah, selanjutnya Do'a ama
Allah minta dilembutkan hati, dimudahkan lisan... dan banyak istighfar, karena dengan
istghfar akan dberi kemudahan. Terakhir tawakalkan pada Allah... Sooo... yang
paham kudu bisa jaga suhu hati yaaa agar ga kebawa emosi. Karena emosi ga akan bisa
nyelesaikan masalah, yang ada baper dan makin laper
Q
: Hhhmmm....semuanya tergantung dari cara menahan emosi ya bun..
A
: Yaaa mba... dan ituuuu perlu proses... apalagi mudah emosi adalah karakter yang
udah tertanam dari kecil.. jadi kudu luasin hati... lapang dada...
Q
: Looo....iyakah bunn??? Tertanam sejak kecil??? Gimana bisa bun?
A
: Bisa mba... setiap kita terlahir fitrah... lembaut. Jika dalam rumah
lingkungan sekitar menyelesaikan sesuatu dengan marah si anak akan terekam
memorynya dan akan tertanam dalam dirinya.. hingga terpatri... ooh beginilah
cara ibu bapakku mnyelesaikan masalah... hati-hati sikap anak adalah cerminan
orang tuanya.
Q
: Bagaimana klo mengmbil sikap diam saja bun...karena khawatir salah ucap dan
sikap, Boleh ya bun begitu?
A : Yup..
diam adalah emas... tapi ga selamanya diam mampu mnyelesaikan masalah. Harus
liat-liat lagi. Ada kadang masalah bisa
berlalu seiring waktu tapi ada pula yang harus diselesaikan... lagi-lagi kita yang
pandai melihat situasi dan kondisinya dilapangan
Alhamdulillah, kajian
kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan
bermanfaat. Aamiin....
Segala yang benar dari
Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita
tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul
majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya
Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah
melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment