Kajian Online WA Hamba الله SWT
Selasa, 28 Februari 2017
Rekapan Grup Nanda 1
Narasumber : Ustadzah Runie
Tema : Syakhsiyah Islamiyah
Editor : Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungkan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahnya ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangkitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dalam lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangkah indahnya kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
ice breaking
'Saya
membuat garis sepanjang 12 cm di papan tulis'
Arahan
ana, "tolong anti perpendek garis tersebut!"
Apa
yang akan anti lakukan Dan kenapa?
"Dihapus
garis 12 cm yang sudah dibuat...jadi lebih pendek."
"Alasannya?
Ada cara lainkah?"
"Membuat
garis yang lebih panjang dari yang sudah dibuat"
"Amel
akan menggambar garis kurang dari 12 cm, agar terlihat pendek,,,
Karena
dari arahan ummi menyuruh gambar perpendek garis,,,"
Kaitan
Dari ice breaking dengan materi kita hari INI "Loyalitas dalam Islam"
adalah....
Mayoritas
jawaban dari antuna adalah perpendek garis dengan cara menghapus bagian dari
garis tersebut.
Akhwatifillah,
jika garis tersebut adalah identitas diri kita sebagai Muslim, sedangkan arahan
untuk perpendek adalah 'ancaman', maka....
Menghapus
bagian identitas kita hanya akan memperlemah diri kita, mengkerdilkan kita,
membuat kita bisa-bisa dalam zona keraguan dan cenderung kepada persepsi 'pihak
luar'.
Hati2
akhwat...
Bijaknya,
jika kita ingin menjadi seorang muslimah yang teguh- istiqomah diantara banyak
nya ancaman saat Ini, maka berpikirlah besar Dan lebih besar
Perpendek
lah identitas kita dengan identitas baru yang lebih baik dengan "Membuat
baru garis yang lebih panjang" yang lebih kuat, loyal akan nilai nilai
akidah, nilai nilai Islam.
Garis
sebelumnya tetap ada menjadi sebuah bukti proses perbaikan kita yang lebih
baik.
InsyaaAllah,
kita semua disini adalah seseorang muslimah dengan pribadi yang teguh untuk
menjaga Allah dalam hati, mencontoh Rasulullah dalam ibadah, dan menjunjung prinsip
islami dalam setiap aktivitas. Aamiin.
LOYALITAS
DALAM ISLAM (ALL - WALA')
Bukti
keimanan seseorang adalah adanya amal nyata dalam kehidupan sehari-hari oleh
karena iman bukan sekadar pengakuan kosong dan “lip service” belaka, tanpa
mampu memberikan pengaruh dalam kehidupan seorang Mukmin. Selain merespon
seluruh amal islami dan menyerapnya ke dalam ruang kehidupannya. Seorang Mukmin
juga harus selalu loyal dan memberikan wala’-nya kepada Allah dan
Rasul-Nya. Ia harus mencintai dan mengikuti apa-apa yang diperintahkan dan
menjauhi seluruh perbuatan yang dilarang. Perhatikan firman Allah berikut ini.
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah
Mahaluas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong kamu
hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (al-Maa`idah:
54-55)
“Katakanlah,
‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya,’ jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Ali ‘Imran: 31-32)
Di
sisi lain, seorang Mukmin tidak boleh loyal dan cinta terhadap
musuh-musuh Islam. Oleh karenanya, dalam beberapa firman-Nya, Allah
mengingatkan orang-orang beriman tentang hal ini.
“Janganlah
orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.
Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (Ali ‘Imran: 28)
“Mereka
ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu
kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka, janganlah kamu jadikan di antara
mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka
jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya,
dan janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka menjadi pelindung, dan
jangan (pula) menjadi penolong.” (an-Nisaa`: 89)
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya,
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (al-Maa`idah:
51)
Oleh
karena itu, setiap Muslim harus memahami dengan baik tentang
konsep al-wala’ dalam perspektif Islam.
Definisi
Secara
etimologi, al-wala’ memiliki beberapa makna, antara lain ‘mencintai’,
‘menolong’, ‘mengikuti’ dan ‘mendekat kepada sesuatu’. Ibnu al-A’rabi berkata,
“Ada dua orang yang bertengkar, kemudian pihak ketiga datang untuk
meng-ishlah (memberbaiki hubungan). Kemungkinan ia memiliki kecenderungan
atau wala’kepada salah satu di antara keduanya.”
Adapun maula memiliki
banyak makna, sebagaimana berikut ini.
“Ar-Rabb,
Pemilik, Sayyid (Tuan), Yang Memberikan kenikmatan, Yang Memerdekakan, Yang
Menolong, Yang Mencintai tetangga, anak paman, mitra, atau sekutu, Yang
Menikahkan mertua, hamba sahaya, dan yang diberi nikmat. Semua arti ini
menunjukkan arti pertolongan dan percintaan.” (Lihat Lisanul-Arab, Ibnu
Mandzur, 3/985-986)
Selanjutnya,
kata muwaalah adalah anonim dari kata mu’aadah‘permusuhan’ dan
kata al-wali adalah anonim dari kata al-aduw‘musuh’. Perhatikan
beberapa ayat di bawah ini.
“Yang
demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang
beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai
pelindung.” (Muhammad: 11)
“Wahai
bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.” (Maryam: 45)
“Allah
Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya
kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.” (al-Baqarah: 257)
Dalam
terminologi syariat, al-wala’ bermakna penyesuaian diri seorang
hamba terhadap apa yang disukai dan diridhai Allah, berupa perkataan,
perbuatan, keyakinan, dan orang (pelaku). Jadi, ciri utama orang Mukmin yang
ber-wala’ kepada Allah SWT adalah mencintai apa yang dicintai Allah dan
membenci apa yang dibenci Allah. Ia mengimplementasikan semua itu dengan penuh
komitmen.
Kedudukan Aqidah Wala’
Akidah al-wala’ ini
memiliki kedudukan yang sangat urgen dalam keseluruhan muatan Islam.
Pertama,
ia merupakan bagian penting dari makna syahadat. Maka, menetapkan “hanya Allah”
dalam syahadat tauhid berarti seorang Muslim harus berserah diri hanya kepada
Allah, membenci dan mencintai hanya karena Allah, lembut dan marah hanya kepada
Allah, dan ia harus memberikan dedikasi maupun loyalitasnya hanya kepada Allah.
“Katakanlah,
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (al-An’aam: 162)
“Dan
dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa, ‘Apakah yang telah diturunkan oleh
Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘(Allah telah menurunkan) kebaikan.’ Orang-orang
yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan
sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat
bagi orang yang bertakwa.” (an-Nahl: 30)
Kedua,
ia merupakan bagian dari ikatan iman yang kuat. Rasulullah saw. bersabda,
“Ikatan
iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena
Allah.” (HR Ahmad dalam Musnadnya dari al-Bara’ bin ‘Azib)
Ketiga,
ia merupakan sebab utama yang menjadikan hati bisa merasakan manisnya iman.
Rasulullah saw. bersabda,
ثَلاَثٌ
مَنْ
كُنَّ
فِيهِ
وَجَدَ
بِهِنَّ
حَلاَوَةَ
الإِيْمَانِ:
مَنْ
كَانَ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ
إِلَيْهِ
مِمَّا
سِوَاهُمَا،
وَأَنْ
يُحِبَّ
الْمَرْءَ
لاَ
يُحِبُّهُ
إِلاَّ
لِلَّهِ،
وَأَنْ
يَكْرَهَ
أَنْ
يَعُودَ
فِي
الْكُفْرِ
بَعْدَ
أَنْ
أَنْقَذَهُ
اللَّهُ
مِنْهُ
كَمَا
يَكْرَهُ
أَنْ
يُقْذَفَ
فِي
النَّارِ
“Ada tiga hal yang
apabila seseorang mendapatkan dalam dirinya, niscaya ia akan merasakan manisnya
iman: hendaklah Allah dan Rasulnya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri;
hendaklah ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah; hendaklah ia benci
kepada kekufuran seperti bencinya untuk dilemparkan ke dalam neraka setelah
Allah menyelamatkannya daripadanya.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Keempat,
ia merupakan tali hubungan di mana masyarakat Islam dibangun di atasnya.
“Orang-orang beriman
itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.”(al-Hujuraat: 10)
Rasulullah
saw. bersabda, “Cintailah saudaramu sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri.” (HR
Ahmad dalam Musnadnya)
Kelima,
pahala yang sangat besar bagi orang yang mencintai karena Allah. Rasulullah
saw. bersabda,
الْمُتَحَابُّونَ
فِي
جَلَالِي
لَهُمْ
مَنَابِرُ
مِنْ
نُورٍ
يَغْبِطُهُمْ
النَّبِيُّونَ
وَالشُّهَدَاءُ
“Orang-orang yang saling
mencintai karena kemuliaan-Ku (Allah) akan berada di atas mimbar dari cahaya
pada hari kiamat di mana para nabi dan syuhada iri kepada
mereka.” (HR at-Tirmidzi)
“Ada tujuh golongan
yang akan mendapatkan naungan Allah, di mana pada hari itu tiada naungan
kecuali naungan-Nya. (Di antara mereka) adalah dua orang laki-laki yang saling
mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karena Allah.” (HR
Muslim)
Keenam,
perintah syariat untuk mendahulukan akidah al-wala’ini daripada hubungan
yang lain.
قُلْ
إِنْ
كَانَ
آَبَاؤُكُمْ
وَأَبْنَاؤُكُمْ
وَإِخْوَانُكُمْ
وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ
اقْتَرَفْتُمُوهَا
وَتِجَارَةٌ
تَخْشَوْنَ
كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا
أَحَبَّ
إِلَيْكُمْ
مِنَ
اللَّهِ
وَرَسُولِهِ
وَجِهَادٍ
فِي
سَبِيلِهِ
فَتَرَبَّصُوا
حَتَّى
يَأْتِيَ
اللَّهُ
بِأَمْرِهِ
وَاللَّهُ
لَا
يَهْدِي
الْقَوْمَ
الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah, ‘Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan
Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.”(at-Taubah: 24)
Ketujuh,
mendapatkan walayatullah.
“Allah Pelindung
orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah
setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqarah:
257)
Kedelapan,
akidah ini merupakan tali penghubung yang kekal di antara manusia hingga hari
kiamat. Allah berfirman,
“(Yaitu) ketika
orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya,
dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus
sama sekali.”Al-Baqarah:166.
Alhamdulillah, kajian kita hari ini
berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan berkah dan bermanfaat.
Aamiin....
Segala yang benar dari Allah semata, mohon
maaf atas segala kekurangan. Baiklah langsung saja kita tutup dengan istighfar
masing-masing sebanyak-banyakanya dan do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu
allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan
memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment