Kajian
Online WA Hamba الله SWT
Jumat, 24 Maret
2017
Rekapan
Grup Nanda 2
Narasumber
: Ustadz Undang
Tema : Kajian Umum
Editor
: Rini Ismayanti
Dzat
yang dengan Kebesaran-Nya, seluruh makhluk menyanjung dan mengagungakan-Nya...
Dzat
yang dengan Keperkasaan-Nya, musuh-musuh dihinakan lagi diadzab-Nya...
Dzat
yang dengan Kasih dan Sayang-Nya, kita semua mampu mengecap manisnya Islam dan
indahanyaa ukhuwah di jalan-Nya, memadukan hati kita dalam kecintaan kepadaNya,
yang mempertemukan kita dalam keta'atan kepadaNya, dan menghimpunkan kita untuk
mengokohkan janji setia dalam membela agamaNya.
AlhamduliLlah...
tsumma AlhamduliLlah...
Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada tauladan kita, Muhammad SAW. Yang memberi arah
kepada para generasi penerus yang Rabbaniyyah bagaimana membangakitkan ummat
yang telah mati, memepersatukan bangsa-bangsa yang tercerai berai, membimbing
manusia yang tenggelam dlm lautan syahwat, membangun generasi yang tertidur
lelap dan menuntun manusia yang berada dalam kegelapan menuju kejayaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan.
Amma
ba'd...
Ukhti
fillah sekalian. Agar ilmunya barokah, maka alangakah indahanyaa kita awali dengan
lafadz Basmallah
Bismillahirrahmanirrahim...
MENGAPA RASULULLAH
SAW JARANG SAKIT?
“Anak Adam tidak
memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah beberapa suap
yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia
dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk
minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan.”
(HR Ibnu Majah dan
Ibnu Hibban)
Selama hidupnya
Rasulullah SAW hanya sakit dua kali.
Yaitu setelah
menerima wahyu pertama, ketika itu beliau mengalami ketakutan yang sangat
sehingga menimbulkan demam hebat.
Yang satunya lagi
menjelang beliau wafat.
Saat itu beliau
mengalami sakit yang sangat parah, hingga akhirnya meninggal. Ada pula yang
menyebutkan bahwa Rasul mengalami sakit lebih dari dua kali.
Berapa pun jumlahnya,
dua, tiga atau empat kali, memperjelas gambaran
bahwa beliau memiliki fisik sehat dan daya tahan luar biasa.
Padahal kondisi alam
Jazirah Arabia waktu itu terbilang keras, tandus dan kurang bersahabat.
Siapa pun yang mampu
bertahan puluhan tahun dalam kondisi tersebut, plus berpuluh kali peperangan
yang dijalaninya, pastilah memiliki daya tahan tubuh yang hebat.
Mengapa Rasulullah
SAW jarang sakit?
Pertanyaan ini
menarik untuk dikemukakan.
Secara lahiriah,
Rasulullah SAW jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi
mendatangkan penyakit.
Dengan kata lain,
beliau sangat menekankan aspek pencegahan daripada pengobatan.
Jika kita telaah
Alquran dan Sunnah, maka kita akan menemukan sekian banyak petunjuk yang
mengarah pada upaya pencegahan.
Hal ini
mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan.
Dalam Shahih Bukhari
saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang
tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi,
Ahmad, dsb.
Cara Rasulullah menjaga kesehatan
Ada beberapa
kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan jarang
sakit.
Di antaranya:
Pertama, Selektif terhadap
makanan.
Tidak ada makanan
yang masuk ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan
thayyib (baik).
Halal berkaitan
dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya dan halal barangnya.
Sedangkan thayyib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau
bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi.
Salah satu makanan
kegemaran Rasul adalah madu.
Beliau biasa meminum
madu yang dicampur air untuk membersihan air lir dan pencernaan. Rasul
bersabda,
” Hendaknya kalian
menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran” (HR. Ibnu Majah dan
Hakim).
Kedua, tidak makan sebelum lapar dan berhenti
makan sebelum kenyang.
Aturannya, kapasitas
perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk makanan (zat padat),
sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi untuk udara (gas).
Disabdakan,
”Anak Adam tidak
memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka
beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan
lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan,
sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan”
(HR Ibnu Majah dan
Ibnu Hibban).
Ketiga, makan dengan tenang,
tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo sedang.
Apa hikmahnya?
Cara makan seperti
ini akan menghindarkan tersedak, tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi
lebih ringan.
Makanan pun bisa
dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan
sempurna.
Makanan yang tidak
dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam jangka waktu lama bisa
menimbulkan kanker di usus besar.
Keempat, cepat tidur dan
cepat bangun.
Beliau tidur di awal
malam dan bangun pada pertengahan malam kedua.
Biasanya, Rasulullah
SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan
Allah.
Beliau tidak pernah
tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri untuk tidur sekadar
yang dibutuhkan.
Penelitian Daniel F
Kripke, ahli psikiatri dari Universitas California menarik untuk diungkapkan.
Penelitian yang dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun dengan responden
berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur 8 jam sehari
memiliki resiko kematian yang lebih cepat.
Sangat berlawanan
dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari.
Nah, Rasulullah SAW
biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidur tidak
lebih dari 8 jam.
Cara tidurnya pun
sarat makna.
Ibnul Qayyim Al
Jauziyyah dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur
dengan memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga
matanya terasa berat.
Terkadang beliau
memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk kemudian kembali ke
sebelah kanan.
Tidur seperti ini
merupakan tidur paling efisien.
Pada saat itu
makanan bisa berada dalam posisi yang pas dengan lambung sehingga dapat
mengendap secara proporsional.
Lalu beralih ke
sebelah kiri sebentar agar agar proses pencernaan makanan lebih cepat karena
lambung mengarah ke lever, baru kemudian berbalik lagi ke sebelah kanan hingga
akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung.
Hikmah lainnya,
tidur dengan miring ke kanan menyebabkan beliau lebih mudah bangun untuk shalat
malam.
Kelima, istiqomah melakukan
saum sunnat, di luar saum Ramadhan.
Karena itu, kita
mengenal beberpa saum sunnat yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, ayyamul
bith, saum Daud, saum enam hari di bulan Syawal, dsb.
Saum adalah perisai
terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani.
Pengaruhnya dalam
menjaga kesehatan, melebur berbagai berbagai ampas makanan, manahan diri dari
makanan berbahaya sangat luar biasa. Saum menjadi obat penenang bagi stamina
dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Saum sangat ampuh
untuk detoksifikasi (pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh.
Wallahu A'lam
bishawab
Demikian Paparan
kali ini
Yang benar datang
nya dari اللّه
Mohon maaf jika ada
salah salah kata dalam penulisan , itu murni kesalahan ana yang masih fakir
dalam ilmu Agama
من اراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم
Barang siapa yang
menginginkan dunia maka hal itu dapat dicapai dengan ilmu, barang siapa yg
menginginkan akhirat hal itu bsa didapat dengan ilmu, maka yg mnginginkan
keduanya dapat didapat dengan ilmu
العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر
Ilmu itu
apabila.tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah
Alhamdulillah,
kajian kita hari ini berjalan dengan lancar. Semoga ilmu yang kita dapatkan
berkah dan bermanfaat. Aamiin....
Segala
yang benar dari Allah semata, mohon maaf atas segala kekurangan. Baikloah
langsung saja kita tutup dengan istighfar masing-masing sebanyak-banyakanya dan
do'a kafaratul majelis:
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لا إله إلا أنت أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu allaailaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
“Maha
Suci Engakau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan
yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment