KAJIAN ONLINE HAMBA ALLAH UMMI G-2
Ahad, 17 April 2017
Nara Sumber : Ustadz Herman Budianto
Materi : Memaknai Ujian Kehidupan
Editor : Sapta
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Memaknai Ujian Kehidupan
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS: Ar Ruum ayat 54)
Proses penciptaan manusia sejatinya diawali dengan fase ketidakberdayaan, hidup seorang bayi tentu bergantung kepada orangtuanya, hingga berbicara dan berjalannya harus dibimbing dan diarahkan oleh kedua orangtuanya.
Setelah itu ia masuk pada fase berikutnya, tumbuh dan berkembang menjadi pribadi kuat, mampu berjalan, bahkan berlari dengan kencang dan bisa hidup mandiri, seiring dengan berjalannya waktu, tubuhnya pun menjadi lemah kembali, tak berdaya bahkan bergantung pada orang lain di usianya yang sudah lanjut.
Inilah hakikat daripada penciptaan manusia, Allah Ta’ala yang sejatinya menghidupkan dan mewafatkan seseorang, sehebat dan sekuat apapun seseorang hidup di dunia, kelak ia akan menjadi lemah kembali dan tak berdaya melawan penuaan.
Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS: An Nahl ayat 70)
Dalam mengarungi samudera kehidupan, seseorang tidak lepas dari yang namanya ujian, setiap insan pasti akan bertemu dengan ujian, dalam keadaan suka atau tidak suka, siap tidak siap, ujian akan datang menghampiri setiap insan.
Semakin tinggi keimanan seseorang, maka akan semakin besar pula ujian yang kelak akan dihadapi, ibarat sebuah pohon, semakin tinggi maka akan semakin kencang pula hembusan angin yang menimpanya, dalam hal ini ujian paling berat dihadapi oleh para nabi, kemudian orang-orang shalih dan seterusnya tergantung kadar keimanan seseorang.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS: Al ‘Ankabuut ayat 2-3)
Allah Ta’ala akan memberikan kabar gembira bagi seseorang yang senantiasa bersabar atas segala ujian kehidupan yang menimpanya, ia akan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk dari-Nya, mendapat jaminan berupa kebaikan di dunia maupun di akhirat serta mendapat pengampunan atas dosa-dosa yang telah ia lakukan dahulu sebagaimana dijelaskan di dalam beberapa ayat dan hadist.
“dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(156). (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”[[1]].(157). mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS: Al Baqarah ayat 155-157)
“dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka.” (QS: Al Hajj ayat 34-35)
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: An Nahl ayat 96)
“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS: As Sajdah ayat 17)
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS: Az Zumar ayat 10)
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar.” (QS: Fushshilat ayat 35)
Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu (perihal keagungan bersabar), bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadist lain dari Anas radiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan dari tanaman tersebut merupakan shadaqahnya (orang yang menanam). Dan apa yang dicuri dari tananman tersebut merupakan shadaqahnya. Dan apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan shadaqahnya. Dan apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman tersebut merupakan shadaqahnya. Dan tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali merupakan shadaqahnya”. (HR. Muslim)
Kehidupan seorang mukim tidak terlepas dari kesabaran, karena seseorang yang beriman kepada Allah Ta’ala, maka ia seyogyanya bersabar dalam menghadapi pelbagai ujian yang menimpa diri dan sanak saudaranya.
Alquran mengisyaratkan sabar sebagai sebuah penolong bagi seseorang dalam menjawab segala teka-teki kehidupan, maka hendaknya seorang mukmin bersabar dengan kesabaran yang indah, karena Allah Ta’ala sedikitpun tidak akan menyia-nyiakan amalan kebajikannya.
Jika kita perhatikan secara seksama akan isi kandungan Alquran, akan kita dapati hampir semua kata-kata “iman” selalu diiringi dengan “amal shalih”, sekiranya ada satu ayat dalam Alquran yaitu di surat Huud ayat 11 yang mensejajarkan “iman” dengan kata “sabar”, hal ini menunjukkan betapa agungnya sebuah kesabaran.
“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”.
Ayat sebelumnya menerangkan keadaan orang-orang yang mendapat nikmat pasca bencana, kebanyakan manusia berbangga dan gembira, ia lupa kalau Allah Ta’ala yang menghilangkan bencana tersebut, berbeda dengan para penyabar yang menyikapinya dengan bijak dan meyakini segala ketetapan-Nya yang sudah tercatat ada di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum dijadikannya suatu bencana atau suatu nikmat.
Dipatenkannya ketetapan yang ada di dalam Lauhul Mahfuzh ,semata-mata supaya orang-orang yang bersabar tidak berduka cita terhadap apa yang luput darinya, tidak pula terlalu gembira dan melampaui batas hingga membuatnya sombong terhadap apa yang diberikan kepadanya.
Hanya orang-orang terpilihlah yang senantiasa bisa menjadi seorang penyabar sejati karena kekhusyuannya sesuai dengan isyarat yang diabadikan di dalam surat Al Baqarah ayat 45:
”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”
Ditambahkan di ayat lainnya perihal keutamaan dan manfaat bersabar:
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[[2]], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah ayat 153).
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu. (QS Ali ‘Imran ayat 200)
Dan bersabarlah, karena Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.(QS Huud ayat 115)
Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (QS Yusuf ayat 90)
Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. (QS Ar Ruum ayat 60)
Jika seseorang melihat fenomena di zaman sekarang, ada beberapa alasan yang menjadikan manusia akan bersedih hati, di antaranya:
- Pesimis menjalani kerasnya hidup.
- Rasa lapar karena sulitnya mendapat makanan.
- Kekurangan materi atau dilanda kemiskinan.
- Tidak lulus dalam ujian sekolah.
- Mendapat kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dengan gaji tetap.
- Letih dan penat dengan rutinitas hidup yang membosankan.
- Mendapat tekanan dari atasan dan tuntutan dari bawahan di tempat kerja.
- Kurang mendapat perhatian dari orang-orang terdekat.
- Mendapat musibah yang tak diduga seperti kecelakaan yang menimpa diri atau sanak saudara.
- Jauh dari anak dan isteri karena terikat pekerjaan yang mengharuskannya pergi berbulan-bulan.
- Memiliki banyak hutang atau terlilit hutang dengan rentenir.
- Kehilangan barang-barang berharga.
- Kehilangan orang-orang yang dicintai.
- Memiliki penyakit menahun yang tak kunjung sembuh.
- Kesulitan mendapat jodoh atau pendamping hidup.
- Memiliki permasalahan dalam kehidupan rumah tangga.
- Belum memiliki keturunan setelah sekian lama menikah.
- Gagal panen karena kebun yang digarap dirusak oleh hama atau cuaca yang kurang bersahabat atau dicuri oleh orang lain
Masalah yang datang silih berganti, beban hidup yang begitu berat sehingga sulit untuk dipikul dan beban pikiran yang terus menumpuk memang akan menjadikan seseorang bersedih hati, akan tetapi sebagai orang mukmin, hendaknya ia jangan pernah lupa untuk terus berusaha dan berdoa.
Imam Syafi’i berkata:
أتهزأ بالدعاء وتزدريه؟ وما تدري بما صنع الدعاء؟
“Apakah engkau mengejek dan meremehkan doa?, Kau tidak tahu apa yang bisa dilakukan oleh doa?”
Sikap seorang mukmin hendaknya tetap bersabar atas segala kejadian yang menimpa dirinya, senantiasa menjalani rentetan kehidupannya dengan penuh keyakinan, karena masalah sejatinya akan memuliakan hidup seseorang dengan sifat sabar yang dimilikinya.
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik”. (QS Al Ma’aarij ayat 5)
Seseorang yang hidupnya sedang ditimpa ujian, usahlah bersedih berkepanjangan dengan beratnya masalah yang sedang dihadapi, tidak mudah memang tapi apa salahnya untuk mencoba dan terus berusaha dengan tetap semangat, optimis dan terus berpikir positif, kenapa demikian?
Karena anda masih mempunyai Tuhan yang senantiasa mendengar, melihat dan memperhatikan, tersenyumlah dengan tulus, di saat orang lain berat untuk melakukannya ketika ia menghadapi kesulitan, anda justru sebaliknya, tersenyumlah karena dari situlah anda akan merasakan kebahagiaan yang dihadirkan oleh Tuhan semesta alam ke dalam hati anda yang penuh keridhoan akan ketetapan yang sudah digariskan, buah dari kesabaran anda menjalani kehidupan adalah kebahagiaan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TANYA JAWAB
T : Assalamu'alaikum ustadz, menurut QS Al Ankabut tersebut apakah semakin tinggi kadar keimanan seseorang maka bisa jadi ujian yang dihadapi lebih berat? Dan apakah pada orang yang biasa berbuat dosa, akan tetapi dari segi karir, harta, dan lain-lain, semua lancar, bukankah itu ujian yg sungguh berat, karena tidak bisa taat? Saya pernah baca, orang yang diuji seseorang pendosa dengan harta, karir, maupun kehidupan yang lancar kelak di akherat siksanya lebih pedih?
J : Wa'alaikumussalam. Betul bu semakin tinggi iman maka semakin besar ujiaannya. Ujian pertama adalah jenis syetan yang menggoda makin besar. Bagi yang maksiat maka bukan ujian tapi itu teguran dari Allah
T : Afwan, jika kita merasa lama tidak mendapatkan ujian Allah, lantas kita merindukan ujian dari-Nya, apakah ini diperbolehkan ustadz? Atau kah masuk ke ranah sombong? Syukron wa jazakallahu khoir atas jawabannya.
J : Ujian itu banyak sekali jenisnya bu termasuk ujian menuntut ilmu ujian dakwah dll. Kalau kita tidak pernah dapat ujian maka perlu evaluasi keimanan kita bu
T : Assalamualaikum ustadz, diatas dijelaskan "jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu". Disini Alloh menyuruh kita untuk bersabar dan sholat.tanpa harus mencari solusi akan sesuatu, saya ingin pengertian sabar yang jelas, apakah sabar itu didalamnya ada ikhtiar? Mohon penjelasanya ustadz, maaf kalau kalimatnya kurang jelas.
J : Wa'alaikumussalam. Sabar sangat penting untuk mohon pertolongan karena rata-rata orang mendapat ujian tidak sabar lalu dia mengeluh putus asa dan lain-lain. Dengan sabar maka dia akan semakin dekat dengan Allah sehingga akan mendapat pertolongan Allah dan tentu ikhtiar menjadi bagian usaha tersebut
T : Apakah pertengkaran antara suami/istri/anak dan uang termasuk ujian?
J : Betul bu, itu bagian ujian selama kita sudah berusaha berumah tangga dengan baik. Tapi bisa berupa adzab kalau kita jauh dari Allah.
T : Assalamualaikum ustadz, saya pernah mendengar kalau "sabar tidak ada batasnya, yang membatasinya adalah tingkat keimanan kita-kita. Mohon penjelasannya ustadz.
J : Wa'alaikumussalam. Betul bu, bahwa sabar tidak ada batasnya. Yang membatasi adalah kita sendiri sehingga semakin besar ujian maka semakin besar pahala dari Allah. Pada jaman Rosulullah ada sahabat yang digergaji kepalanya dan oleh Rosul hanya diminta sabar.
T : Ustadz bolehkah kita menganggap semua kejadian yang tidak menyenangkan adalah hukuman/teguran bukan ujian?
J : Boleh bu sebagai bentuk kehati-hatian agar kita semakin dekat kepada Allah
T : Ustadz amalan apa yang dapat membentengi kita untuk tidak mengeluh dan marah pada saat kita merasa terus dicoba Allah?
J : Banyak amalan bu, salah satunya dengan perbanyak istighfar dan taubat kepada Allah agar dibersihkan dari segala pikiran buruk.
T : Pertanyaan kedua, bagaimana membedakan ujian, teguran dan azab ustadz?
J : Tergantung kualitas keimanan kita bu. Para ulama bahkan merasakan hanya karena satu kesalahan kecil maka merasa terus mendapat teguran dari Allah.
T : Bagaimana dengan orang yang menganggap hukuman/teguran dari Allah adalah "hanya ujian" bukan karena dosa/kemaksiatan yang telah dilakukannya (kalo istilahnya dia gak ngeh/sadar) bahwa dia sedang ditegur oleh-Nya
J : Sebaiknya beliau banyak muhasabah bu agar beliau ingat akan semua amalnya sehingga bisa memperbaiki iman dan amalnya.
T : Tanya lagi ustad, hidup adalah ujian, mulai dari ujian larangan Alloh, ujian kematian, ujian sakit, lapar dan lain-lain, semua pasti ada jalan keluar, Fa Inna Ma’al usri Yusra, kalo untuk ujian kenikmatan bagaimana ustadz, bagaimana membentengi diri kita agar tidak kufur nikmat dan tidak lupa diri?
J : Betul sekali bu, ujian kenikmatan maka dengan banyak shadaqah dan melihat orang miskin bu sehingga kita akan sering merasakan nikmat itu.
T : Dalam materi disebutkan, bersabarlah dengan sabar yang baik. Apa yang dimaksud dengan sabar yang baik itu ustadz?
J : Sabar yang baik adalah sabar dengan mendekatkan diri kepada Allah bukan dengan sabar yang jauh dari Allah.
T : Assalamualaikum ustadz, ijin bertanya, kalau misalnya kita di beri sebuah pilihan antara keluarga sendiri dan keluarga suami yang dimana komplik sering terjadi. Pertanyaan saya ustadz, harus bagaimana kah sikap saya/suami terhadap 2 keluarga tersebut? (selain sabar), Dan apakah semua itu termasuk ujian ? Mohon penjelasannya ustad, Terimakasih.
J : Wa'alaikumussalam. Ketika menikah maka ketaatan istri kepada suami selama bukan maksiat. Tapi tetap harus menjaga hubungan baik dengan keluarga. Saya tidak tahu apa permasalahannya bu kenapa sampai ada dua pilihan tersebut. Semoga bisa akur semuanya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
PENUTUP
DOA PENUTUP MAJELIS
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik. Artinya:“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Aamiin ya Rabb.
======================
Website: www.hambaAllah.net
FanPage : Kajian On line-Hamba Allah
FB : Kajian On Line-Hamba Allah
Twitter: @kajianonline_HA
IG: @hambaAllah_official
Thanks for reading & sharing Kajian On Line Hamba اللَّهِ SWT
0 komentar:
Post a Comment